Rahasia Membaca Beberapa Surat Pada Hari Jum’at (bag.2)

Pada hari Jum’at ada delapan surat al-Qur’an yang disyariatkan untuk dibaca. Enam surat di antaranya telah dibahas di bulletin ini pada edisi sebelumnya, yaitu ;
Pertama, Surat al-Kahfi
Kedua, Surat as-Sajdah
Ketiga, Surat Qaaf
Keempat, Surat al-Jumu’ah
Kelima, Surat al-Munafiqun
Keenam, Surat al-Insan

Berikut ini adalah dua surat al-Qur’an yang lainnya yang disyariatkan juga untuk dibaca pada hari jum’at, sebagai lanjutan bahasan edisi sebelumnya. Yaitu :

Ketujuh : Surat al-A’laa
Maksud dari surat ini adalah mempertegas mengenai kebergantungan jiwa kepada Allah Dzat yang Maha agung lagi Maha tinggi. Dorongan agar bersemangat untuk meraih kehidupan akhirat berikut kenikmatan-kenikmatannya, dan pada saat yang sama agar tidak bergantung dengan kehidupan dunia beserta perhiasan-perhiasannya yang menipu lagi fana.

Surat ini mengandung risalah yang pendek namun fokus, menegaskan bahwa ketinggian kedudukan yang hakiki adalah dalam masalah ketaatan dan ketakutan kepada Allah, (Allah berfirman),

سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى

 

Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran) (Qs. al-A’laa : 10)

Dan, bahwa orang yang sengsara dan merugi adalah manakala seseorang menjauhkan diri dari nasehat ini dan menggantungkan diri terhadap dunia, (Allah berfirman),

وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى

 

Dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). (Qs. al-A’laa : 11-12)

Perhatikanlah, bagaimana Allah menyifati orang-orang yang celaka dengan firmannya, (artinya) “(Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka)”. Ini adalah hakikat yang sangat agung hendaknya senantiasa terpancang di hadapan kedua mata seorang yang beriman dalam setiap lini kehidupannya semuanya, berulang kali terlintas di hadapannya pada setiap saat. Oleh karenanya surat ini dibaca pada rakaat pertama dalam shalat Jum’ah, shalat Istisqa dan shalat ‘ied.

Kedelapan, Surat al-Ghaasyiyah
Surat yang agung ini mengingatkan tentang kekuasaan Allah yang demikian agungnya, kelompok manusia pada hari kiamat nanti, dan perjalanan hidup mereka di akhirat kelak. Surat ini demikianlah kandungan makna-maknanya yang agung yang tidak selayaknya hilang dari ingatan seorang mukmin selamanya, oleh karenanya hal ini membutuhkan kepada pengkajian dan pengingatan selalu. Oleh karena itulah surat ini disyariatkan untuk dibaca pada rakaat kedua dari shalat jum’at, shalat ‘ied dan shalat istisqa.

Kalau kita cermati, di antara perkara yang saling berhubungan antara kedelapan surat ini adalah sebagai berikut,
1. Seluruhnya menekankan suatu perkara yang sangat besar dalam kehidupan seseorang ; Permulaan penciptaan langit dan bumi, permulaan penciptaan manusia, mahaj (jalan) yang benar dalam meniti kehidupan dunia, perjalanan menuju kehidupan di akhirat. Ini adalah perkara-perkara yang banyak orang tersesat dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya. Tidak mengetahui perkara ini kecuali orang yang membacanya di dalam kitab-kitab orang-orang yang sesat dan mengetahui bagaimana telah sia-sia perbuatan mereka dalam kehidupan dunia ini dan bagaimana Allah telah memberikan petunjuk kepada kita dengan al-Qur’an yang agung ini.

2. Berulang kalinya penyebutan kata “at Tadzkiir, adz dzikr, dan Adz Dzikra dalam ayat-ayat kedelapan surat ini.
Pada surat al-Kahfi, dalam firmanNya,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا

 

Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah,”Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”.(Qs. Al-Kahfi : 24)

Dan firmanNya dalam ayat yang agung yang bersifat dialogis terkait dengan manhaj seorang mukmin dalam beribadah kepada Allah dan pengekangan hawa nafsunya,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

 

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.(Qs. Al-Kahfi : 28)

Dan, firmanNya,

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ

 

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? … (Qs. Al-Kahfi : 57)

Dan firmanNya tentang sebab terjadinya lupa (untuk menceritakan) tentang ikan pada muridnya Musa, bahwa hal itu terjadi karena setan.

وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ

 

Dan tidak ada yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan (Qs. Al-Kahfi : 63)

Dan firmanNya di akhir-akhir surat -dan ayat tersebut termasuk ayat-ayat yang sangat jelas menunjukkan maksud kita-, (Allah berfirman),

وَعَرَضْنَا جَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لِلْكَافِرِينَ عَرْضًا الَّذِينَ كَانَتْ أَعْيُنُهُمْ فِي غِطَاءٍ عَنْ ذِكْرِي وَكَانُوا لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا

 

Dan Kami nampakkan Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas, yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar. (Qs. Al-Kahfi : 100-101)

Di surat as Sajdah, (Allah berfirman)

,
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

 

Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. (Qs. As Sajdah : 15) , dan firmanNya juga,

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ

 

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.(Qs. as Sajdah : 22)

Di Surat Qaaf, disebutkan di dalamnya ayat-ayat yang berkisar maknanya tentang, “adz Dzikra dan at Tadzkiir”, seperti firmanNya,

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

 

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (Qs. Qaaf : 37)

Dan, di ayat terakhir Allah berfirman:

فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ[/r

Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku. (Qs. Qoof : 45)

Di surat al-Jumu’ah, disebutkan firmanNya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Qs. Al-Jumu’ah : 9-10)

Di Surat al-Munafiqun, disebutkan firmanNya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

 

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (Qs. Al-Munafiqun : 9)

Di Surat al-Insan, disebutkan firmanNya,

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

 

Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. (Qs. Al-Insan : 25)

Di surat al-A’laa, disebutkan firmanNya,

فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى

 

Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran (Qs. Al-A’laa : 9-10)

Di surat al-Ghaasyiyah, disebutkan firmanNya,

فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ

 

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka (Qs. Al-Ghosyiyah : 21-22)

Perhatikanlah, bagaimana Allah mengagungkan perkara “pemberian peringatan“ seolah-olah risalah yang dibawa oleh Nabi terbatas pada masalah ,“pemberian peringatan “. Hal ini untuk menunjukkan betapa pentingnya urusan, “ pemberian peringatan dan pengulangan hal tersebut pada pendengaran kita”.
Dan, pengulangan kata, “ tadzkiir dan derivatnya “ dan gaya ungkapannya di dalam surat-surat ini mempunyai dilalah tersendiri di mana pemberian peringatan mengharuskan dilakukan secara berulang kali. Hal ini selaras sekali dengan perintah membaca surat-surat tersebut setiap hari jum’at pada tempat-tempatnya yang telah dimaklumi.

Wallahu a’lam (Redaksi)

Sumber :
Min Asrori Qiro-ati Ba’dhi as Suwari Yauma al-Jum’ah, Dr. Abdurrahman bin Mu’adhoh asy Syahriy, di
http://www.tadabbor.com/article.php?id=122, dengan gubahan.