Kiamat2Dari Abu Said al-Khudri bahwasanya pada suatu hari orang-orang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah dapatkah kita kelak di hari kiamat melihat Tuhan?’ Rasulullah ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya. Apakah kalian terhalang melihat matahari di siang yang cerah, tanpa mendung? Apakah kalian terhalang me-lihat bulan pada malam purnama yang terang benderang, tanpa awan?” Para sahabat menjawab, “Tidak, ya Rasulullah.” Nabi melanjutkan, “Sungguh, tidak terhalang melihat Allah Ta’ala kelak di hari kiamat sebagaimana tidak terhalang melihat salah satu di antara keduanya.

Jika terjadi kiamat, ada seseorang yang menyeru, ‘Hendaklah setiap umat mengikuti kepada siapa yang disembahnya. Sehingga tidak tersisa seorangpun yang menyembah selain Allah Ta’ala seperti para penyembah patung dan berhala melainkan berjatuhan ke dalam neraka. Sesudah itu, tidak tersisa lagi kecuali para penyembah Allah dari orang-orang baik dan orang-orang durhaka, dan sisa-sisa Ahli Kitab

Kemudian dipanggil orang-orang Yahudi dan ditanyakan, ‘Apa yang kalian sembah?’ Mereka menjawab, ‘Kami menyembah Uzair anak Allah.’ Maka dijawab, ‘Kalian berdusta. Tidak pernah Allah menjadikan pendamping dan anak bagiNya. Maka apakah yang kalian inginkan?’
Mereka menjawab, ‘Kami haus wahai Tuhan kami, maka berilah kami minum.’ Kemudian diberikan isyarat kepada mereka dan dikatakan, ‘Mengapa kalian tidak menuju ke sana?’ Kemudian mereka digiring ke neraka, seolah-olah ia fatamorgana yang sebagiannya menghancurkan sebagian yang lain. Mereka pun berjatuhan ke dalam neraka.

Kemudian dipanggil orang-orang Nashrani dan ditanyakan, ‘Apa yang kalian sembah?’ Mereka menjawab, ‘Kami menyembah al-Masih anak Allah.’ Maka dijawab, ‘Kalian berdusta. Tidak pernah Allah menjadikan pendamping dan anak bagiNya.’ Kemudian ditanyakan, ‘Apakah yang kalian inginkan?’ Mereka menjawab, ‘Wahai Tuhan kami, kami haus, oleh karena itu berilah kami minum.’ Kemudian diberikan isyarat kepada mereka dan dikata-kan, ‘Mengapa kalian tidak menuju ke sana? Kemudian mereka digiring menuju neraka Jahannam, seolah-olah ia fatamorgana yang sebagiannya menghancurkan sebagian yang lain. Mereka pun berjatuhan ke dalam neraka.

Hingga tidak tersisa kecuali orang-orang yang menyembah Allah Ta’ala, dari orang yang baik dan durhaka. Allah Rabb semesta alam mendatangi mereka dalam bentuk yang mereka kenal. Kemudian Allah bertanya, ‘Apa yang kalian nantikan? Hendaknya setiap umat mengikuti apa yang disembah.’

Mereka menjawab, ‘Ya Tuhan kami, kami telah memisahkan diri dari orang-orang ketika di dunia, kami tidak membutuhkan apa yang mereka kejar, kami pun tidak berteman dengan mereka.’

Kemudian Allah berfirman, ‘Aku adalah Rabbmu.’ Maka mereka berkata, ‘Kami berlindung kepada Allah, kami tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun,’ (2 atau 3 kali). Bahkan hampir-hampir di antara mereka ada yang terbalik mengucapkan.

Allah bertanya, ‘Apakah antara kalian dan Rabbmu ada tanda yang kalian kenal?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Maka disingkapkannyalah as-Saaq (betis). Maka tidak ada yang tersisa dari orang-orang yang bersujud kepada Allah (orang mukmin) kecuali dizinkan bersujud kepadaNya. Dan tinggallah orang-orang yang bersujud karena riya’, maka dijadikan punggungnya oleh Allah satu tingkatan. Setiap kali akan bersujud, maka tersungkur. Kemudian mereka mengangkat kepala mereka.

Dan Allah telah merubah bentuk dari bentuk yang pertama kali mereka lihat. Kemudian berfirman, ‘Aku adalah Rabbmu.’ Mereka menjawab, ‘Engkau lah Tuhan kami.’

Kemudian jembatan dibentangkan di atas Jahannam, dan syafaat diberlakukan. Mereka berkata, ‘Ya Allah, selamatkan, selamatkan’.”

Ditanyakan kepada Rasulullah, “Apakah yang dimaksud jembatan itu?” Beliau ‘alaihi wa sallam menjawab, “Titian licin yang menggelincirkan, padanya terpasang besi pengait yang bengkok, juga besi-besi runcing, seperti duri pohon Sa’dan.

Di antara orang-orang mukmin ada yang melewati titian itu dalam sekejap mata, cepat seperti kilat, atau angin yang bertiup atau burung yang melesat, atau kuda yang berlari kencang, atau secepat kendaraan. Di antara mereka ada yang selamat, ada yang luka dan terlempar, ada yang tertimbun di kedalaman jahannam.

Jika orang-orang mukmin telah melewati neraka, maka demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggamanNya, tidaklah salah seorang di antara kamu yang benar-benar bersumpah kepada Allah kecuali meminta meneliti kebenaran dari sesama mukmin yang masih di dalam neraka kepada Allah pada hari kiamat. Mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami, dulu mereka berpuasa, shalat dan haji bersama-sama kami!’

Kemudian dikatakan kepada mereka, ‘Silahkan kalian me-ngeluarkan orang-orang yang kalian kenal!’ Lantas tubuh mereka diharamkan tersentuh api neraka. Mereka dapat membebaskan sejumlah orang.

Ada pula yang tenggelam di dalam neraka sampai perte-ngahan betisnya, atau sampai lututnya, kemudian mereka berkata, ‘Wahai Rabb kami, sudah tidak tersisa walau seorangpun yang engkau perintahkan untuk mengeluarkan darinya.’ Allah berfirman, ‘Kalau demikian, kembalilah. Dan siapa saja yang kalian dapati dalam hatinya kebaikan seberat dinar, maka keluarkanlah mereka.’ Kemudian dikeluarkan sejumlah besar manusia.

Kemudian mereka berkata, ‘Ya Rabb, sudah tidak ada lagi orang yang harus dikeluarkan sebagaimana yang Engkau perin-tahkan.’

Allah berfirman, ‘Kalau demikian kembalilah. Dan siapa saja yang kalian dapati dalam hatinya kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkanlah mereka.’ Maka dikeluarkanlah sejum-lah besar manusia dari neraka.

Kemudian mereka berkata, ‘Ya Rabb, sudah tidak ada lagi orang yang harus dikeluarkan sebagaimana yang Engkau perin-tahkan.’

Allah berfirman, ‘Kalau demikian kembalilah. Dan siapa yang kalian dapati di dalam hatinya kebajikan seberat zarrah, keluarkan mereka.’
Maka dikeluarkan dari mereka sejumlah besar manusia.

Mereka berkata, ‘Ya Rabb, tidak tersisa lagi kebaikan di neraka.”
Berkenaan dengan hal ini, Abu Said al-Khudri berkata, “Jika kalian tidak mempercayai hadits ini, bacalah sekiranya kalian mau ayat,artinya,
‘Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakan dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar.’ (An-Nisa’: 40).

Allah Ta’ala berfirman, ‘Para Malaikat, Nabi dan orang-orang mukmin memberikan syafaat, dan yang tinggal adalah orang-orang yang paling dikasihi.’ Kemudian Allah menggenggam satu genggaman neraka dan Allah mengeluarkan dari neraka itu orang-orang yang belum pernah berbuat kebaikan sedikitpun, mereka telah kembali menjadi arang, kemudian mereka ini lemparkan ke dalam sungai di tepi surga yang disebut dengan sungai kehidupan.

Mereka ini keluar dari neraka sebagaimana biji-bijian yang terbawa arus banjir. Tidakkah kalian sesekali melihatnya terse-rempet batu, atau pohon, pohon itu ke arah matahari terkadang menjadi putih atau hijau, dan yang condong ke arah bayangan-nya berwarna putih.

Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, Seakan-akan engkau menggembala di wilayah pedusunan.’ Rasulullah ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Orang-orang tadi keluar laksana mutiara yang di lehernya terdapat kalung, yang dikenali para penghuni surga. Mereka itulah orang-orang yang dibebaskan, Allah memasukkan mereka ke dalam surga tanpa amalan yang mereka kerjakan dan tanpa kebaikan yang selama ini mereka berikan.

Allah berkata kepada mereka, ‘Masuklah kalian ke surga, apa yang kalian lihat adalah milik kalian.’ Mereka menjawab, ‘Ya Rabb, Engkau memberikan kami kenikmatan yang tidak Engkau berikan kepada seorangpun di alam raya ini.’ Allah berfirman, ‘Aku memiliki yang lebih afdhal dari pemberianKu itu.’ Mereka bertanya, ‘Wahai Tuhanku, Apakah yang lebih afdhal dari semua itu?’ Allah Ta’ala menjawab, ‘RidhaKu, setelah itu Aku tidak murka lagi’ [1]

_________________

[1] HR. Al-Bukhari, 7439; Muslim, 183.

[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, edisi bahasa Indonesia: “61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat”, pent. Pustaka Darul Haq, Jakarta]