salaf[sc:BUKA ]إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.[sc:TUTUP ]

[sc:BUKA ]يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.[sc:TUTUP ]

[sc:BUKA ]أَمَابَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.[sc:TUTUP ]

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Kita sering mendengarkan ajakan dari berbagai penceramah, mubaligh, da’i, ustadz maupun khatib sebagai berikut: “Kita ummat Islam dari hari ke hari, diberbagai tempat belahan bumi, sering mengalami perlakuan yang semena-mena dari pihak lain. Perlakuan ini tidak hanya menimpa saat kondisi kita minoritas, akan tetapi pada saat kita mayoritaspun mengalami hal yang sama. Tak terkecuali hal itu pun menimpa di negeri ini yang penduduk muslimnya terbesar di dunia. Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Perlakuan tersebut dialami ummat Islam, disebabkan ummat Islam enggan untuk merapatkan barisan, menyatukan shaff dan tidak dalam kondisi berjama’ah. Ummat Islam di dalam kenyataannya lebih senang ribut di antara mereka hanya disebabkan masalah kecil, karena masalah furu’ yang tidak layak membuat kita tidak bersatu. Padahal bersatu, berjama’ah di bawah satu bendera, satu komando merupakan perintah Allah dan RasulNya. Nah, karena melupakan perintah Allah dan RasulNya, akhirnya ummat Islam dibuat kocar-kacir, tidak sanggup mempertahankan diri, setidak-tidaknya tidak selalu siap menghadapi gempuran pihak luar. Sebab itu, marilah kita hidup berpedoman Al-Qur’an dan sunnah Nabi kita … Demikianlah yang sering mereka lontarkan kepada ummat.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Menghadapi seruan-seruan yang demikian mengaburkan, yang dapat membuat bingung ummat, kecuali yang mendapat rahmat Allah, maka sepatutnya kita kembali kepada firman Allah agar kita tetap berada di dalam Al-Haq. Mari kita realisasikan firman Allah berikut:

[sc:BUKA ]…..فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (النحل: 43[sc:TUTUP ]

Maka bertanyalah kepada ahludz dzikri jika kamu tidak mengetahui. (Surat An-Nahl: 43). Ahludz dzikri pada ayat tersebut adalah para ulama. Dan sebagaimana dimaklumi bersama bahwa terdapat ulama suu’ dan ulama pewaris Nabi. Ulama pewaris Nabi inilah yang senantiasa istiqamah mempertahankan warisan Nabi yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, apapun yang terjadi. Ulama inilah yang mendahulukan taqwa atas kesenangan duniawi. Para ulama ini pula yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sabdakan,

[sc:BUKA ]لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ قَائِمَةً بِأَمْرِ اللهِ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ أَوْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ ظَاهِرُوْنَ عَلَى النَّاسِ.[sc:TUTUP ]

Akan senantiasa ada segolongan dari ummatku yang menjalankan perintah Allah. Mereka tidak peduli akan orang-orang yang merendahkan dan menentang mereka, hingga datang keputusan Allah. Dan mereka lebih unggul dari lainnya. (Hadits shahih riwayat Muslim dari jalan Mu’awiyah).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Di antara ulama pewaris Nabi yang hidup di masa kita, beliau adalah pakar hadits abad ke-15 H ini. Beliau Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani yang telah memberikan penjelasan agar ummat kembali meraih izzahnya, sebagai berikut:

Saya meyakini sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

[sc:BUKA ]إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرْكُتُم الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ.[sc:TUTUP ]

Apabila kamu melakukan jual beli dengan sistem ‘iinah mengandung riba, menjadikan dirimu berada di belakang ekor sapi, ridha dengan cocok tanam dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menjadikan kamu dikuasai oleh kehinaan, Allah tidak akan mencabut kehinaan dari dirimu sebelum kamu rujuk kepada dien kamu.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud).

Berdasarkan hadits tersebut, kemuliaan akan kita raih, tiada lain apabila kita rujuk kepada dien kita yaitu kepada Al-Kitab dan As-Sunnah. Kemudian berdasarkan Kitab dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , kita mengetahui bahwa jalan bagi terwujudnya izzah kaum muslimin di dunia hingga akhirat, hanya ada satu jalan (manhaj). Bukan banyak jalan (manhaj) seperti yang dipraktekkan banyak jama’ah dan golongan-golongan Islam yang ada. Allah shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman:

[sc:BUKA ]وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ …. (الأنعام: 153)[sc:TUTUP ]

Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. (Surat Al-An’am 153).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan ayat tersebut kepada para sahabatnya di suatu hari dengan menggambarkan sebuah garis lurus di atas tanah, disusul dengan menggambarkan garis-garis pendek yang banyak yang berada di sisi garis lurus tadi. Kemudian beliau membacakan ayat di atas ketika menunjukan jari beliau ke atas garis yang lurus kemudian menunjuk garis-garis yang terdapat pada sisi-sisinya, beliau bersabda:

[sc:BUKA ]هَذَا سَبِيْلُ اللهِ وَهَذِهِ السُّبُلُ عَلَى رَأْسِ كُلِّ سَبِيْلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُوْ لَهُ.[sc:TUTUP ]

Ini adalah jalan Allah, sedangkan jalan-jalan ini, pada setiap muara jalan tersebut ada syetan yang menyeru kepadanya. (Shahih, terdapat di dalam Zhilalul Jannah fi Takhrij As Sunnah: 16-17). Allah menguatkan ayat dan hadits di atas dengan firmanNya:

 

[sc:BUKA ]وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (النساء: 115)[sc:TUTUP ]

Dan barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas petunjuk (kebenaran) baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahanam dan Jahanam itu seburuk-buruknya tempat kembali. (Surat An Nisaa’: 115).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Syaikh Al-Albani melanjutkan penjelasannya sebagai berikut: Di dalam An Nisaa’ 115 terdapat hikmah yang dalam, bahwa Allah mengikatkan jalannya orang-orang mu’min kepada apa yang telah dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Hal inilah yang telah diisyaratkan Rasulullah di dalam hadits iftiraq (perpecahan), ketika beliau ditanya tentang al-firqah an-najiyah (golongan yang selamat), saat itu beliau menjawab:

[sc:BUKA ]مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِيْ.[sc:TUTUP ]

(yaitu) apa yang aku dan sahabatku hari ini ada di atasnya. (Silsilah Ash-Shahihah: 203).

Dengan demikian hikmah firman Allah “jalannya orang-orang mu’min” (An Nisaa’ 115) dan firqah najiyah bahwa mereka adalah para sahabat radhiallahu anhum, generasi yang telah menerima pelajaran dua wahyu (Al-Qur’an dan As-Sunnah) langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , tanpa perantara. Para sahabat inilah, orang-orang terbaik setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , sebagaimana sabda beliau:

[sc:BUKA ]خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ.[sc:TUTUP ]

Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian orang-orang sesudahnya kemudian yang sesudahnya lagi. (Hadits shahih riwayat Muttafaq ‘alaihi, At-Tirmidzi, Abu Dawud dan An-Nasa’i).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Jawaban Syaikh Al-Albani ditutup dengan memberikan kesimpulan dan penegasan bahwa kaum muslimin yang menghendaki dengan sungguh–sungguh meraih kembali izzahnya, kejayaan dan tegaknya hukum Islam, maka harus bisa merealisasikan dua hal: Pertama, mengembalikan syari’at Islam dalam keadaan bersih, seperti zaman pertama dahulu, dari unsur-unsur luar yang menyusup ke dalamnya (diistilahkan dengan tashfiyah). Bersih seperti saat turunnya wahyu Allah:

[sc:BUKA ]…… الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا…(المائدة : 3)[sc:TUTUP ]

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kusempurnakan buatmu ni’matKu dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agamamu. (Surat Al-Maidah 3).

Untuk melaksanakan tashfiyah dibutuhkan perjuangan ekstra ketat dari para ulama kaum muslimin dipelbagai penjuru dunia. Kedua, upaya tashfiyah harus dibarengi dengan tarbiyah yang tidak mengenal lelah. Ilmu yang telah dibersihkan tersebut ditarbiyahkan kepada seluruh kaum muslimin. Seperti pada hari kaum muslimin telah memahami dien mereka sebagaimana dipahami para sahabat Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam kemudian mengamalkan pada semua sisi kehidupan, maka pada hari itulah kaum muslimin dapat bergembira merasakan kemenangan yang datangnya dari Allah.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Demikian khutbah pertama.

[sc:BUKA ]وَاللهَ نَسْأَلُ أَنْ يَرْزُقَنَا عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً، وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنًا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.[sc:TUTUP ]

Khutbah Kedua

[sc:BUKA ]إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛ [sc:TUTUP ]

Pada khutbah kedua ini, saya simpulkan atas khutbah pertama bahwa: Pertama, kehinaan yang kini dialami kaum muslimin disebabkan kaum muslimin meninggalkan dien mereka sendiri, tidak lagi hidup mempraktekkan Al-Kitab dan As-Sunnah. Kedua, niat dan tujuan yang baik untuk hidup berpedoman kepada Al-Kitab dan As-Sunnah harus berdasarkan ilmu, sehingga kita tidak akan terperosok ke dalam kesalahan yang lebih besar yaitu melakukan bid’ah dan berpecah belah. Di sebabkan ketiadaan ilmu, akhirnya menyangka diri kita telah berada di atas jalan / manhaj yang haq, padahal sesungguhnya berada di dalam kebinasaan tanpa disadari. Ketiga, kita perlu bertanya kepada para ulama pewaris nabi sebagaimana diperintahkan Allah, sehingga kita memperoleh keterangan atau penjelasan yang benar tentang Al-Kitab dan As-Sunnah (syari’at Allah), yaitu rujuk kepada keduanya hanya bisa ditempuh dengan bermanhaj Salafush Shalih. Dan manhaj tersebut hanya bisa dilakukan dengan cara kembali kepada disiplin-disiplin ilmu syariat dan mengamalkan kaidah-kaidahnya. Dengan begitu, tashfiyah dapat direalisasikan dan selanjutnya syari’at Islam yang telah bersih ditarbiyahkan kepada segenap kaum muslimin. Pada saatnya kaum muslimin memiliki pemahaman terhadap dien mereka sebagaimana para sahabat Nabi memahaminya, selanjutnya syari’at tersebut diamalkan pada semua sisi kehidupan dengan istiqamah, maka izzah kembali dapat diraih, kehidupan nan membahagiakan dunia akhirat dapat dirasakan.

[sc:BUKA ]إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنًا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. [sc:TUTUP ]

Oleh: Suroso / Abu Hudzaefah Abdul Salam

(Dikutib dari Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-1, Darul Haq Jakarta).