patahhatiBosan dan jemu adalah tabiat manusia, bila seseorang melakukan sesuatu yang satu terus-menerus, maka dia cenderung bosan, dan untuk menepis kebosanan maka tidak salah bila seseorang mengisinya dengan santai sejenak.

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Rasulullah memilih waktu untuk menyampaikan nasihat kepada kami karena beliau khawatir kami jenuh.”

Abdullah bin Mas’ud juga berkata, “Rehatkanlah hati, karena bila hati dipaksa, ia akan buta.”

Abdullah bin Mas’ud juga berkata, “Hati punya saat giat dan semangat, sebagaimana ia punya waktu bosan dan malas, manfaatkanlah saat ia semangat dan istirahatkanlah saat ia malas.”

Ali bin Abu Thalib berkata, “Sesungguhnya hati itu merasa bosan sebagaimana tubuh juga merasa bosan, karena itu carilah hikmah-hikmah yang menarik.”

Ali bin Abu Thalib berkata, “Gugahlah hatimu dengan berpikir, jauhkanlah pinggangmu dari tempat tidur dan bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.”

Abu ad-Darda` berkata, “Aku merilekskan hatiku sesaat dengan permainan agar ia lebih rajin dalam kebenaran.”

Ada yang berkata, “Bosan itu menghapus cinta, melahirkan benci dan merusak kenikmatan.”

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Berbicaralah dengan kitab Allah, berkumpullah untuk mempelajarinya, bila kalian bosan, maka pembicaraan di antara kaum laki-laki adalah sesuatu yang baik.”

Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz datang kepada bapaknya saat istirahat siang, dia berkata, “Bapakku, engkau tidur sementara orang-orang yang membutuhkanmu tidur di depan pintumu.” Umar menjawab, “Putraku, diriku adalah kendaraanku, bila aku membebaninya melebihi batas, maka ia akan patah.”

Ada yang berkata, “Hiburlah hati, karena ia bisa berkarat layaknya besi.”

Al-Hasan al-Bashri berkata, “Hiburlah hati, karena ia cepat lupa, kosongkanlah jiwa, karena ia banyak maunya, bila tidak maka ia membawa kalian kepada sesuatu yang tidak terpuji.”

Ada yang berkata, “Cermin seorang mukmin adalah berpikir, ia memperlihatkan yang baik dan yang buruk.”

Ada yang berkata, “Hati memerlukan hikmah untuk menguatkannya, sebagaimana tubuh memerlukan makanan untuk menegakkannya.”

Bahjatul Majalis, Hafizh Ibnu Abdul Bar.