Pembaca yang budiman…

Kini kita berada di bulan Sya’ban. Berarti, bulan Rajab telah kita tinggalkan dan bulan Ramadhan, bulan yang sangat kita nantikan segera akan datang.

Bulan ini dinamakan dengan ‘Sya’ban‘ karena berpencarnya orang-orang untuk mencari air atau karena sibuknya manusia dalam melancarkan berbagai serangan setelah keluar bulan Rajab yang merupakan bulan diharamkan melakukan peperangan. Dan ini lebih utama daripada yang disebutkan sebelumnya. Ada juga yang mengatakan lainnya. (Fathul Baari, 6/237).

Bulan ini, memiliki kedudukan yang mulia di mata orang-orang sholeh, maka dari itu mereka memberikan keteladanan kepada kita bagaimana cara memanfaatkannya.

 

Memerbanyak Puasa Sunnah

Di antara amal sholeh yang diteladankan oleh mereka orang-orang shaleh itu adalah memperbanyak puasa sunnah pada siang harinya. Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah :

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ لِمَ أَرَكَ تَصُوْمُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالمَِيْنَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

 

Dari Usamah bin Zaed, ia berkata, aku pernah bertanya (kepada Rasulullah), “Ya Rasulullah !,  aku tidak melihat Anda sering berpuasa dalam satu bulan kecuali di bulan Sya’ban ?” Beliau menjawab, “Ini adalah bulan yang banyak dilalaikan orang, terletak antara Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan semesta alam. Aku suka, saat amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. an-Nasai).

Ummul Mukminin, Aisyah -semoga Allah meridhainya-ketika ditanya tentang puasa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam-, ia mengatakan :

 

وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيْلاً

 

“Dan aku belum pernah melihat sama sekali beliau berpuasa lebih banyak daripada puasanya di bulan Sya’ban, beliau berpuasa Sya’ban seluruhnya, beliau berpuasa Sya’ban kecuali hanya sedikit.(HR. Muslim).

‘Aisyah juga mengatakan :

 

لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ وَكَانَ يَقُوْلُ خُذُوْا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيْقُوْنَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوْا

 

“Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- tidak pernah berpuasa pada suatu bulan lebih banyak daripada di bulan Sya’ban. Sesungguhnya beliau pernah berpuasa Sya’ban seluruhnya. Dan beliau pernah mengatakan : lakukanlah amal yang mampu kalian lakukan, karena sesungguhnya Allah tak akan pernah meresa bosan, sehingga kalian merasa bosan.(HR. al-Bukhari).

Aisyah juga mengatakan :

 

كَانَ أَحَبَّ الشُّهُوْرِ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أَنْ يَصُوْمَهُ شَعْبَانُ ثُمَّ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ

 

“Bulan yang paling beliau sukai untuk berpuasa (sunnah) padanya adalah bulan Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan (puasa) bulan Ramadhan.” (HR. Abu Dawud).

Ummu Salamah Hindun bintu Abi Umayah mengatakan :

 

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَصُوْمُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

 

“Aku tidak pernah melihat Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam- berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. at-Tirmidzi).

 

Hikmah Puasa Sya’ban

Dari sini, kita tahu betapa Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- orang shaleh nomer satu, sedemikian luar biasa di dalam memanfaatkan siang hari di bulan ini dengan berpuasa. Beliau -shallallahu ‘alaihi wasallam- sangat getol berpuasa di bulan ini. Barang kali ada yang bertanya, ‘Apa hikmahnya ?’

Ibnu Rajab al-Hanbali -semoga Allah merahmatinya- mengatakan, “Dikatakan bahwa (hikmah) dalam (pensyariatan) puasa Sya’ban seperti latihan untuk puasa Ramadhan, agar seseorang tidak memasuki puasa Ramadhan dalam keadaan merasa berat dan terbebani, dengan puasa pada bulan Sya’ban ia telah terlatih dan terbiasa berpuasa, dan dengan berpuasa Sya’ban sebelumnya ia akan mendapatkan manis dan lezatnya ibadah puasa, sehingga ia masuk ke dalam puasa Ramadhan dengan penuh kekuatan dan kesemangatan. (Latha-if al-Ma’arif, 1/130).

Dan, ketika bulan Sya’ban seperti pendahuluan untuk bulan Ramadhan maka disyariatkan di dalam bulan tersebut sesuatu yang disyariatkan di dalam bulan Ramadhan, berupa puasa dan membaca al-Qur’an agar didapatkan kesiapan untuk berjumpa  dengan bulan Ramadhan, dan hal itu juga sebagai sarana pelatihan bagi jiwa untuk berada dalam ketaatan kepada Dzat yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. (Fatawa asy-Syaikh Abdullah bin ‘Aqil, 2/251).

 

Memperbanyak Membaca al-Qur’an

Amal shaleh lainnya yang diteladankan oleh orang-orang sholeh itu adalah memperbanyak membaca al-Qur’an.

Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam perkataan dan tindakan mereka.

Salamah bin Kuhail –semoga Allah merahmatinya- berkata :

 

كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ الْقُرَّاءِ

 

“Dulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulannya para pembaca al-Qur’an.”

Hubaib bin Abi Tsabit -semoga Allah merahmatinya-, apabila bulan Sya’ban telah masuk, ia mengatakan :

 

هَذَا شَهْرُ الْقُرَّاءِ

 

“Ini adalah bulan al-Qurra (para pembaca al-Qur’an).”

Amru bin Qais al-Mala-I -semoga Allah merahmatinya-, apabila bulan Sya’ban telah masuk ia menutup tokonya dan mencurahkan tenaga, pikirannya dan waktunya untuk membaca al-Qur’an. (Latha-if al-Ma’arif, 1/135).

Dan diriwayatkan dari Anas bin Malik -semoga Allah meridhoinya- bahwa ia mengatakan :

Dulu, para sahabat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- kala bulan Sya’ban telah muncul, mereka semakin mencurahkan perhatian diri kepada mushafmushaf, mereka membacanya, mereka pun mengambil zakat harta mereka, mereka membagikannya kepada orang-orang lemah dan orang-orang miskin agar mereka kuat nantinya berpuasa pada bulan Ramadhan. Dan, kaum Muslimin, mereka memanggil budak-budak yang mereka miliki, memperingan beban-beban mereka pada bulan Ramadhan. Para penguasa memanggil para tahanan, lalu siapa di antara mereka (para tahanan tersebut) yang berhak mendapatkan hukuman maka para penguasa itu pun menegakkan hukuman atas mereka. Jika mereka tidak berhak dihukum, maka mereka pun dilepaskan. (Fathul Baariy, 13/311).

 

Sya’ban dalam Syair Para Pujangga

Sya’ban bulan yang istimewa ini, tak lepas dari pujian para pujangga dalam bait-bait syair mereka. Di antara mereka ada yang bersenandung,

 

شَعْبَانُ أَقْبَلَ بِالْمَحَبَّةِ وَالصَّفَا … لِيُذِيْبَ أَحْزَانَ التَّشَاحُنِ وَالْجَفَاءِ

شَعْبَانُ أُسْتَاذٌ يُعَلِّمُنَا الْإِخَاءَ … وَيَقُوْلُ لِلْمُتَبَاغَضِيْنَ أَلَا كَفَى

شَعْبَانُ مُطَهِّرَةُ الذُّنُوْبَ وَمَطْلَعٌ … لِنَسِيْمِ شَهْرٍ بِالصِّيَامِ تَشَرَّفًا

زَمَنٌ لِتَرْوِيْضِ النُّفُوْسِ لِكَي تَرَى … رَمَضَانَ بُسْتَانَ اللَّذَاذَةِ وَالصَّفَا

يَهْدِيْكُمْ حُلَلُ الصِّيَامِ وَكُلُّ مَا … يَجْلُو الْقُلُوْبَ عَلَى طَرِيْقِ الْمُصْطَفَى

طُوْبَى لِعَبْدٍ جَدَّ فِي خَيْرَاتِهِ … وَقَضَى مَآرِبَ رُوْحِهِ وَتَزَلُّفَا   

 

Sya’ban datang dengan membawa penuh rasa cinta dan kejernihan jiwa

Untuk menghilangkan kesedihan tindakan saling membenci dan berlaku kasar

Sya’ban adalah guru yang mengajarkan kepada kita rasa persaudaraan

Dan ia (Sya’ban) mengatakan kepada orang-orang yang saling membenci, ‘tidakkah kalian berhenti’.

Sya’ban, pembersih dosa-dosa, awal titik tolok angin berhembus untuk memuliakan bulan dengan berpuasa.

Merupakan waktu untuk menyemaikan jiwa, agar nantinya ia dapat melihat Ramadhan sebagai taman yang nyaman dipandang dan jernih.

Pakaian puasa akan memberikan petunjuk kepadamu

Dan segala sesuatu yang akan mengilapkan hati adalah berjalan di atas jalan petunjuk hamba pilihan (Muhammad-shallallahu ‘alaihi wasallam)

Keberuntungan bagi seorang hamba yang bersungguh-sungguh di dalam (melakukan) kebaikan-kebaikannya

Dan memenuhi kebutuhan dan kemajuan ruhnya.

 

Yang lain melantunkan syairnya :

 

مَضَى رَجَبٌ وَمَا أَحْسَنْتَ فِيْهِ … وَهَذَا شَهْرُ شَعْبَانَ الْمُبَارَكِ

فَيَا مَنْ ضَيَّعَ الْأَوْقَاتِ جَهْلًا… بِحُرْمَتِهَا أَقِفْ وَاحْذَرْ بَوَارَكَ

فَسَوْفَ تُفَارِقُ اللَّذَّاتِ قَسْرًا … وَيَخْلِي الْمَوْتُ كُرْهًا مِنْكَ دَارَكَ

تَدَارَكْ مَا اسْتَطَعْتَ مِنَ الْخَطَايَا … بِتَوْبَةٍ مُخْلِصٍ وَاجْعَلْ مَدَارَكَ

عَلى طَلَبِ السَّلَامَةِ مِنْ جَحِيْمٍ …فَخَيْرُ ذَوِي الجَرَائِمِ مِنْ تَدَارُكٍ

 

Bulan Rajab telah berlalu bersama segala kebaikan yang telah engkau lakukan di dalamnya…

Ini bulan Sya’ban yang diberkati

Duhai orang-orang yang telah menyia-nyiakan waktu…karena tidak tahu akan kehormatannya…

Berhentilah dan wasadalah akan kebinasaanmu !

Kamu bakal berpisah dengan beragam kelezatan-kelezatan itu secara paksa…

Dan kematian itu bakal mengosongkan rumahmu dari dirimu sementara kamu tak suka…

Kejarlah kesalahanmu semampumu…

dengan pertaubatan seorang yang ikhlash.

Dan jadikanlah upaya pengejaranmu itu untuk mencari keselamatan dari (siska) Neraka…

Karena hal itu merupakan upaya pengejaran terbaik bagi orang orang yang telah berbuat beragam kejahatan

(Fadha-il al-Asy-hur,1/11).

 

Sya’ban di Mata Ahli Hikmah

Sebagaimana para pujangga, mereka memandang istimewa bulan Sya’bah ini melalui bait-bait syair mereka, maka begitu pula para ahli hikmah dalam ungkapan mutiara hikmah mereka. Misalnya,

Abu Bakar al-Warraq al-Balkhiy berkata :

Bulan Rajab adalah bulan untuk menanam, bulan Sya’ban adalah bulan untuk menyirami tanaman, dan bulan Ramadhan adalah bulan untuk memanen tanaman.

Abu Bakar al-Warraq al-Balkhiy juga mengatakan :

Perumpamaan bulan Rajab seperti angin, dan perumpamaan bulan Sya’ban adalah seperti awan, dan perumpamaan bulan Ramadhan seperti hujan.

Abu Bakar al-Warraq al-Balkhiy juga mengatakan :

Sebagian mereka mengatakan, “Tahun itu seperti pohon, bulan Rajab adalah hari-hari mengeluarkan dedaunannya, Sya’ban adalah hari-hari menggugurkan dedaunannya, dan bulan Ramadhan adalah hari-hari memetik buahnya. Dan, orang-orang-orang yang beriman itulah orang-orang yang memetik buah-buah itu. (Latha-if al-Ma’arif, 1/121).

Demikianlah uraian singkat seputar bulan ini, bulan Sya’ban, bulan yang istimewa yang terdapat di antara bulan Rajab dan Ramadhan.

Akhirnya, kita memohon taufik kepada Allah agar dapat memanfaat bulan ini dengan memperbanyak amal shaleh di dalamnya terutama berpuasa sunnah di siang harinya dan membaca kitab-Nya al-Qur’an yang mulia. Amin. Wallahu A’lam.

 

(Redaksi)

 

Referensi :

 

  1. Fadha-il al-Asy-hur, Abu Idris
  2. Fatawa asy-Syaikh Abdullah bin ‘Aqil, Abdullah bin ‘Aqil
  3. Fathul Baariy, Ibnu Hajar al-Asqalaniy
  4. Latho-if al-Ma’arif, Ibnu Rojab al-Hanbaliy
  5. Shahih al-Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhariy
  6. Shahih Muslim, Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburiy
  7. Sunan Abu Dawud, Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sijistaniy
  8. Sunan An-Nasai, Ahmad bin Syu’aib an-Nasaiy
  9. Sunan at-Tirmidzi, Muhammad bin Isa as-Sulamiy