Oleh Ustadz Sufyani.

Berikut ini tingkatan yang paling sempurna dari ketiga macam jenis do`a, yaitu Jala al-Afham, karya Ibnul Qayyim, hal. 79-80. :

Pertama, Anda meminta kepada Allah Ta’ala bertawassul dengan Asma dan Sifat-Nya, sebagaimana yang terdapat dalam salah satu dari dua tafsir terhadap firman Allah Ta’ala:

وَللهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut nama-namaNya….” (al-A’raf: 180)

Kedua, Anda meminta Allah Ta’ala bertawassul dengan hajat anda, kefakiran, kehinaan, dan amal-amal shalih anda. Misalnya, anda katakan: ‘Saya adalah hamba yang fakir, miskin, hina, membutuhkan pertolongan dan lain sebagainya”; Danketiga, anda meminta kebutuhan anda, dan anda tidak menyebutkan salah satu dari kedua bentuk tawassul tersebut. Yang pertama lebih sempurna daripada yang kedua, sedang yang kedua lebih sempurna daripada yang ketiga. Jika do`a tersebut mengandung ketiga hal ini, maka do`a tersebut dikatakan paling sempurna.

16. Membaca do`a-do`a yang singkat tapi padat.

17. Menutup do`a dengan menyebut salah satu nama dari Asma’ul husna yang sesuai dengan permohonannya, karena yang demikian adalah tradisi para nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam do`a mereka, sebagaimana yang terdapat di dalam beberapa ayat al-Qur’an al-Karim dan di dalam do`a-do`a Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan hal ini di dalam as-Sunah banyak sekali. Jala al-Afham, hal. 188-189; ar-Ruh, hal. 38; dan at-Tibyan, hal. 59.
Dalam keadaan suci dari hadats dan kotoran najis.

18. Agar mulutnya bersih, dan dibersihkan dengan siwak. Dengan demikian, anda bisa mengetahui bahwa do`a dan dzikir dalam keadaan mulut bercampur kotoran (bau tidak sedap) sama dengan asap rokok, itu menyelisihi etika berdo`a. Bahkan, haram hukumnya membaca al-Qur’an al-Karim pada tempat-tempat duduk yang berbau asap rokok, mengingat akan adanya sikap peremehan yang muncul akibat tindakan tersebut.

19. Pada tempat yang suci, mengingat bersifat umumnya perintah untuk menjauhi najis, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah Ta’ala:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ {4} وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

“Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah.” (al-Muddatstsir: 4-5).

19. Dalam penampilan yang bagus, dengan menghadap ke arah kiblat sambil berdo`a dengan suara yang rendah dan lembut. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Berdo’alah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” (al-A’raf: 55).

Sungguh, Allah Ta’ala telah memuji Nabi Zakariya ‘Alaihi sallam (karena berdo`a dengan suara lembut) seraya berfirman,

إِذْنَادَى رَبَّهُ نِدَآءً خَفِيًّا

“Yaitu tatkala ia berdo’a kepada Rabbnya dengan suara yang lembut.” (Maryam: 3).

19. Dengan do`a yang tidak dilagukan, tidak berlebih-lebihan dalam mengucapkannya, dan tidak disajakkan (dipuisikan). Karena, hal itu bertentangan dengan sikap rendah diri dalam berdo`a.

[Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, edisi bahasa Indonesia: Koreksi Doa dan Zikir, pent. Darul Haq Jakarta]