Syubhat keempat: Mengapa kebaikan yang sudah terwujud pada diri hamba dalam al-Fatihah tetap diminta?

Doa al-Fatihah adalah doa paling agung dan paling kokoh, akan tetapi sebagian orang mungkin kurang bisa memahami petunjuk dari firman Allah Ta’ala, “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus.” (Al-Fatihah: 6). Bila hamba sudah mendapatkan petunjuk, lalu apa dia memintanya? Sebagian kalangan menjawab bahwa yang dimaksud adalah peneguhan atau penambahan, jawaban ini tak salah, namun yang lebih menyeluruh adalah hendaknya dikatakan, permintaan hidayah mengandung lima perkara:

1- Mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba dan apa yang ditinggalkan.

2- Keinginan kuat untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan.

3- Kemampuan yang sempurna untuk melaksanakan perintah dan menahan diri dari larangan.

4- Peneguhan di atas hidayah.

5- Hidayah kepada jalan surga.

Dengan kelima perkara ini terwujud hidayah sempurna bagi seorang hamba.

Oleh karena itu doa paling bermanfaat, paling agung dan paling kokoh adalah doa al-Fatihah. “Tunjukanlah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah: 6-7), karena bila Allah membimbing hamba ke jalan tersebut, maka Dia akan membantunya untuk menaatiNya dan meninggalkan kemaksiatan kepadaNya, maka dia tidak dilanda keburukan, tidak di dunia dan tidak pula di akhirat.

Jiwa manusia membutuhkan hidayah setiap saat, kebutuhannya kepada hidayah lebih tinggi daripada kebutuhannya kepada makanan dan minuman, bukan sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ahli tafsir bahwa Allah telah memberinya hidayah, lalu mengapa dia masih memintanya dan bahwa yang dimaksud dengannya adalah peneguhan atau tambahan hidayah, karena perkaranya lebih dari itu, seorang hamba memerlukan pengajaran dari Allah tentang rincian keadaan-keadaan yang patut dia dilakukannya dan rincian perkara-perkara yang patut ditinggalkannya setiap harinya, hamba juga memerlukan ilham dari Allah untuk melakukan hal itu, bahwa sekedar mengetahui semata tidak cukup bila Allah tidak menjadikannya berkeinginan untuk mengamalkan apa yang diketahuinya, bila tidak maka ilmu yang diketahuinya menjadi hujjah atasnya dan dia bukan orang yang mendapatkan petunjuk.

Hamba juga memerlukan kekuatan yang diberikan oleh Allah untuk mengamalkan keinginan yang baik tersebut, karena kebenaran yang belum kita ketahui jauh lebih banyak daripada yang sudah diketahui, apa yang kita tidak ingin lakukan karena meremehkan atau karena kemalasan adalah seperti apa yang kita inginkan atau lebih banyak atau lebih sedikit, demikian pula apa yang kita tidak mampu melakukannya namun kita menginginkannya, dan apa yang kita ketahui globalnya namun tidak dengan rinciannya adalah sesuatu yang tidak terhitung, kita memerlukan hidayah sempurna, barangsiapa perkara-perkara ini terwujud sempurna pada dirinya, maka permohonannya adalah permohonan peneguhan dan ini adalah fase pamungkas.

Dan setelah semua itu adalah hidayah lain, yaitu hidayah ke jalan surga di akhirat, oleh karena itu manusia diperintahkan untuk mengucapkan doa ini dalam setiap shalat karena hajat mereka kepadanya sangat mendasar, mereka tidak lebih membutuhkan sesuatu daripada doa ini. Wallahu a’lam.