tiang masjid nabawiManakala orang-orang Yahudi Bani Quraizhah tidak kuat menahan kepungan dari kaum muslimin, mereka mengirim pesan kepada Rasulullah, “Utuslah Abu Lubabah bin Abdul Mundzir kepada kami.” Sa’ib bin Abu Lubabah bin Abdul Mundzir berkata dari bapaknya, “Bani Quraizhah mengirim permintaan kepada Rasulullah agar mengutusku kepada mereka. Maka Rasulullah memanggilku. Beliau bersabda, “Pergilah kepada sekutu-sekutumu, karena mereka memintamu di antara orang-orang Aus.”

Abu Lubabah berkata, “Lalu aku mendatangi mereka yang telah terdesak oleh kepungan kaum muslimin. Mereka bergembira dengan kedatanganku. Mereka berkata, ‘Wahai Abu Lubabah. Kami adalah sekutumu secara khusus.” Lalu Kaab bin Asad berkata, “Wahai Abu Basyir kamu telah mengetahui apa yang kami lakukan dalam urusanmu dan urusan kaummu pada perang Hada’iq dan Buats serta di setiap peperangan kalian. Kepungan pasukan Muhammad sangat kuat. Kami hampir-hampir mati. Sementara Muhammad menolak meninggalkan benteng kami sebelum kami tunduk pada hukumnya. Jika kepungan ini berakhir maka kami akan mengungsi ke Syam atau Khaibar dan kami tidak akan bersekutu dengan orang-orangnya dan tidak akan membantu orang-orang yang memeranginya untuk selama-lamanya.”

Abu Lubabah berkata, “Jika dia ada pada kalian niscaya dia tidak membiarkan kalian binasa.” – Maksudnya adalah Huyay bin Akhtab –. Kaab berkata, “Dialah yang membujukku melakukannya kemudian tidak menolongku.” Huyay berkata, “Apa yang harus aku lakukan. Aku sendiri berambisi merebut apa yang dimiliki Muhammad. Ketika aku gagal maka aku menghiburmu dengan diriku sendiri apa yang menimpaku menimpamu juga.” Kaab berkata, “Hajatku hanya tinggal menunggu aku dibunuh. Kamu juga dan anak-istri kita ditawan.” Huyay berkata, “Perang dan ujian yang ditulis atas kita.”

Kaab berkata kepada Abu Lubabah, “Apa pendapatmu? Kami telah memilihmu di antara yang lain. Muhammad menolak kecuali kami mengikuti hukumnya. Apakah kita mengikuti?” Abu Lubabah menjawab, “Ya turutilah.” Sambil Abu Lubabah mengisyaratkan ke lehernya yakni disembelih. Abu Lubabah berkata, “Maka aku menyesal dan beristirja.” Maka Kaab berkata kepadaku, “Ada apa denganmu wahai Abu Lubabah?” Abu Lubabah berkata, “Aku telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya.”

Abu Lubabah berkata, “Lalu aku turun dan jenggotku basah oleh air mata sementara kaum muslimin menunggu kepulanganku kepada mereka. Aku mengambil jalan lain di belakang benteng sampai aku tiba di masjid. Lalu aku mengikat diriku di salah satu tiangnya.” Ada yang berkata bukan tiang itu tetapi tiang di depan mimbar di pintu rumah Ummu Salamah istri Nabi, dan yang kedua ini lebih akurat.

Abu Lubabah berkata, “Rasulullah mengetahui kepergianku dan apa yang aku lakukan. Beliau berkata, ‘Biarkan dia sampai Allah memutuskan padanya apa yang Dia kehendaki. Seandainya dia datang kepadaku niscaya aku memohon ampun untuknya. Karena dia telah pergi dan tidak mendatangiku maka biarkan saja’.” Abu Lubabah berkata, “Aku memikul beban berat selama lima belas malam dan aku mengingat mimpi yang aku alami.”

Abu Lubabah berkata, “Aku melihat dalam tidur sementara kami sedang mengepung bani Quraizhah sepertinya aku berada di lumpur hitam berbau busuk. Aku tidak bisa keluar sehingga aku hampir mati oleh baunya kemudian aku melihat sungai yang mengalir, maka aku melihat diriku mandi darinya sehingga diriku bersih dan aku melihat diriku berbau harum.” Lalu Abu Lubabah meminta tafsir kepada Abu Bakar. Abu Bakar berkata, “Kamu akan masuk kepada perkara sulit kemudian datang kemudahan sesudahnya.” Abu Lubabah berkata, “Pada saat aku mengikat diriku aku teringat ucapan Abu Bakar maka aku berharap turunnya taubatku.”

Abu Lubabah tetap dalam kondisi seperti itu sampai tidak terdengar suaranya karena lemas sementara Rasulullah menengoknya pagi dan petang kemudian Allah mengampuninya. Maka dikatakan kepadanya, “Allah telah mengampunimu.” Maka Rasulullah mengutus seseorang untuk membuka ikatannya tetapi dia menolak dilepas oleh siapa pun kecuali oleh Rasulullah. Maka beliau datang membuka ikatannya.

Salamah istri Nabi berkata, “Sesungguhnya taubat Abu Lubabah turun di rumahku.” Ummu Salamah berkata, “Aku mendengar Rasulullah tertawa di waktu sahur. Maka aku bertanya, ‘Dari apa engkau tertawa ya Rasulullah? Semoga Allah menjadikan umurmu tertawa.” Beliau menjawab, “Abu Lubabah diampuni.” Aku berkata, “Aku beritahu dia ya Rasulullah.” Beliau menjawab, “Terserah kamu.” Ummu Salamah berkata, “Lalu aku berdiri di pintu rumahku, dan hal itu sebelum diturunkannya hijab. Maka aku berkata, “Wahai Abu Lubabah, bergembiralah. Allah telah mengampunimu.” Lalu orang-orang beramai-ramai hendak membuka ikatannya tetapi Abu Lubabah berkata, “Jangan. Sampai Rasulullah datang dan membuka sendiri ikatanku.” Ketika Rasulullah pergi shalat Subuh beliau melepaskannya.

Maushu’ah min Qashash as-Salaf, Ahmad Salim Baduwailan.