Hakikat Tawakal

Tawakal adalah bergantungnya hati sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam rangka meraih suatu manfaat maupun menolak suatu mudharat, baik yang bersifat duniawi maupun yang bersifat ukhrawi, lalu menyerahkan seluruh urusan kepada-Nya dan meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada yang dapat memberi, mencegah, mendatangkan manfaat dan menolak mudharat kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Karenanya, tawakal hanya boleh dilakukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, karena selain-Nya tidak dapat mendatangkan manfaat maupun memberikan mudharat. Baik itu Malaikat, jin, manusia, benda tertentu yang dianggap keramat, maupun lainnya.

Al-Qur’an Bicara Tentang Tawakal

Terdapat lebih dari 50 ayat di dalam al-Qur’an yang berbicara tentang tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

 “Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.’” (QS. At-Taubah: 51).

Berkata Syaikh as-Sa’di: “(Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya) “Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami’” Yaitu apa yang telah Dia takdirkan dan tetapkan di Lauhul Mahfuzh. ‘Dialah pelindung kami’ Yang mengatur urusan agama dan dunia kami.

Karenanya, wajib bagi kami untuk ridha atas ketentuan-ketentuan-Nya, kami tidak sedikit pun memiliki hak dalam urusan tersebut. ‘dan hanya kepada Allah’ semata ‘hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.’” Yaitu menyandarkan urusan kepadanya, baik dalam hal meraih kepentingan mereka, maupun menolak mudharat atas diri mereka.

Hendaklah mereka yakin kepada-Nya bahwa Dia pasti akan memenuhi harapan mereka. Tidak akan pernah kecewa orang yang bertawakal kepada-Nya. Adapun orang yang bertawakal kepada selain-Nya, dia akan terhinakan dan tidak akan pernah meraih apa yang ia idamkan.”

Tawakal adalah Ibadah yang Diwajibkan Atas Orang-Orang yang Beriman

Tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan ibadah orang-orang yang jujur keimanannya dan jalan hidup orang-orang yang memiliki keikhlasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan para nabi-Nya dan hamba-hamba-Nya yang beriman agar bertawakal kepada-Nya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (217) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (218) وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ

 “Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS. Asy-Syu’araa’: 217–219).

Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kaum mukminin untuk bertawakal kepada-Nya di tujuh tempat yang berbeda di dalam al-Qur’an. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِذْ هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَفْشَلَا وَاللَّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

 “Hendaklah kepada Allah saja orangorang mukmin bertawakal.” (QS. Ali Imran: 122).

 Tawakal Sangat Identik Dengan Keimanan

Jika kita benar-benar beriman semestinya kita tahu bagaimana seharusnya bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menyeru kita di dalam firman-Nya:

وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

 “Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu benar-benar orangorang beriman.” (QS. Al-Maidah: 23).

Jika kita benar-benar beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, seharusnya kita meyakini sepenuhnya apabila kita bertawakal kepada-Nya, pasti Dia akan menjaga, menolong dan memberikan kemenangan, serta mencegah dan menjauhkan keburukan dari diri kita. Renungkanlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

 “Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah sebagai penolongnya.” (QS. Ath-Thalaq: 3).

Firman-Nya yang lain:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

 “Wahai Nabi, cukuplah Allah (sebagai pelindung) bagimu, dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (QS. Al-Anfal: 64).

Di antara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ

 “Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman dan bertawakal, kepada-Mu pula aku bertaubat dan dengan (pertolongan)-Mu aku melawan musuh.” (HR. Al-Bukhari no. 1120).

Fenomena Hilangnya Tawakal

Banyak manusia yang telah kehilangan sebagian arti tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga makna menyerahkan segala urusan dan berlindung kepada-Nya saat tertimpa melapetaka. Mereka benar-benar telah kehilangan sesuatu yang sangat agung. Karenanya kita saksikan mereka dalam kondisi kebingungan, kegelisahan, ketakutan dan melangkah tanpa arah. Ini semua tidak lain karena sikap tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala telah hilang dari diri mereka, sehingga mereka tidak lagi menyerahkan urusan sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun lebih memilih untuk menyerahkannya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tawakal kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala bertentangan dengan Tauhid, dan pelakunya bisa saja terjerumus ke dalam syirik besar jika berkaitan dengan hal-hal yang hanya mampu dilakukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Seperti bertawakal atau menggantungkan urusan kepada orang yang telah mati, dukun, benda keramat, jimat dan yang semisalnya, dengan tujuan agar rezeki lancar, senantiasa terjaga dari keburukan, terhindar dari penyakit dan yang semisalnya.

Tawakal dan Batu Akik

Dewasa ini sedang terjadi demam batu akik dan batu cincin lainnya. Menggunakan batu akik dan yang semisalnya tidaklah mengapa sepanjang masih dalam batas wajar atau sekedar sebagai penghias jari tangan. Namun jika disalahgunakan hingga menyimpang dari petunjuk syariat maka akan berakibat fatal terhadap akidah dan keimanan seorang muslim. Seperti meyakini bahwa orang yang menggunakannya akan terjaga dari segala marabahaya, atau senantiasa mendapatkan keberuntungan, dan seterusnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ

 “Barangsiapa bergantung pada sesuatu, niscaya dia akan diserahkan pada sesuatu tersebut.” (HR. At-Tirmidzi no. 2072, dishahihkan oleh al-Albani).

Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang lelaki yang di tangannya terdapat gelang atau cincin dari kuningan, beliau bertanya, ”Apa ini?” Lelaki tersebut menjawab, ”Ini untuk menangkal rasa sakit di tangan.” Maka beliau bersabda:

أَمَا إِنَّهَا لَا تَزِيدُكَ إِلَّا وَهْنًا انْبِذْهَا عَنْكَ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا

 ”Sesungguhnya itu hanya menambah kelemahan bagimu, lepaskanlah! Sesungguhnya jika engkau mati dan benda itu masih menempel di tubuhmu, engkau tidak akan beruntung selamanya.” (HR. Ahmad).

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga keimanan kita, sehingga kita hanya bertawakal dan bergantung kepada-Nya dalam menghadapi segala urusan kita. (Abu Bakar M. Altway).

 

Referensi:

  1. Tafsir as-Sa’di.
  2. Al-Irsyaad Ilaa Shahiih al-I’tiqaad, Syaikh Shalih al-Fauzan.
  3. Majmu’ Fataawaa Syaikh bin Baz.
  4. At-Tawakkul ‘Alallah, Dr. Mahran Mahir Usman.
  5. Khutbah Jum’at Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid.
  6. www.dorar.net