[1321] Hadits Kedua puluh tujuh; dari Sufyan bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu , dia berkata,

قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ، قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ.

“Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku suatu ucapan dalam Islam yang mana aku tidak akan menanyakannya kepada seseorang selainmu’. Beliau bersabda, ‘Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah’, kemudian istiqamahlah‘.”

Kami meriwayatkannya dalam Shahih Muslim Kitab al-Iman, Bab Jami’u Aushaf al-Islam,1/65, no. 38..

Para ulama berkata, “Hadits ini termasuk salah satu sabda ringkas beliau yang memiliki makna luas dan padat (Jawami’ al-Kalim), dan ia sesuai dengan Firman Allah ta’ala,artinya,

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita‘.” (Al-Ahqaf: 13).

Jumhur Ulama berkata, “Makna ayat dan hadits ini adalah: Berimanlah kalian dan konsistenlah dalam taat kepada Allah ta’ala .’

[1322] Hadits Keduapuluh delapan, hadits Umar bin al-haththab radhiyallahu ‘anhu , tentang pertanyaan Jibril kepada Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam tentang Iman, Islam, Ihsan dan Hari Kiamat, dan hadits ini masyhur dalam Shahih Muslim Kitab al-Iman, Bab Bayan al-Iman wa al-Islam wa al-Ihsan, 1/36, no. 8. dan lainnya.

[1323] Hadits Kedua puluh sembilan; dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu , dia berkata,

كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ يَوْمًا، فَقَالَ: يَا غُلاَمُ، إِنِّيْ أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اِحْفَظِ اللهَ، يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ، تَجِدْهُ تُجَاهَكَ. إِذَا سَأَلْتَ، فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ، فَاسْتَعِنْ بِاللهِ. وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ، لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ. وَإِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ، لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ. رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ.

“Pada suatu hari, saya berada di belakang Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau bersabda, Hai nak, sesungguhnya aku akan mengajarimu kalimat-kalimat ini, ‘Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapatkanNya di depanmu. Apabila kamu meminta sesuatu, maka mintalah kepada Allah. Apabila kamu meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa umat manusia seandainya berkumpul untuk memberimu kemanfaatan dengan sesuatu, niscaya mereka tidak bisa memberi kemanfaatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu. Dan apabila mereka berkumpul untuk menimpakanmu bahaya dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah atasmu, pena telah diangkat dan lembaran (takdir) telah kering ‘.” Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad 1/293, no. 303 dan 307; at-Tirmidzi, Kitab al-Qiyamah, Bab, 4/667, no. 2516; Abu Ya’la, no. 2556; ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 12/184, no. 12988 dan 12989, dan dalam ad-Du’a`, no. 42; Ibn as-Sunni dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 425, dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, no. 1074 dan 1075: dari beberapa jalur, dari Qais bin al-Hajjaj, dari Hanasy ash-Shan’ani, dari Ibnu Abbas dengan hadits tersebut.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Saya berkata, “Dia hasan disebabkan oleh Qais, karena dia shaduq, dan Ibnu Rajab dalam Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam hal. 19 telah menghasankannya dan berkata, “Jalur Hanasy yang ditakhrij oleh at-Tirmidzi adalah hasan jayyid.” Kemudian dia shahih dengan terkumpulnya beberapa jalurnya. Ibnu Rajab telah berkata, “Hadits ini telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas dari beberapa jalur dari riwayat: putranya Ali, dan maulanya, Ikrimah, Atha’ bin Abi Rabah, Amr bin Dinar, Ubaidullah bin Abdullah, Umar bekas sahaya Ghufrah, Ibnu Abi Mulaikah, dan selain mereka. Dan jalur yang paling shahih adalah jalur Khanasy ash-Shan’ani yang dikeluarkan oleh at-Tirmidzi. Demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Mandah dan selainnya”. Saya berkata, “Akan tetapi tidak dapat diragukan lagi bahwa berkumpulnya berbagai jalur ini membuatnya shahih dan menambahnya semakin kuat sebagaimana dipastikan oleh al-Albani.”

Kami meriwayatkannya dalam Sunan at-Tirmidzi, dan dia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”

Dan dalam riwayat selain at-Tirmidzi Dhaif Sekali: ‘Abd bin Humaid meriwayatkannya sendirian no. 636 Muntakhab: dari jalur Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Bakar al-Jad’ani, dari al-Mutsanna bin ash-Shabah, dari ‘Atha’, dari Ibnu Abbas dengan hadits tersebut. Al-Jad’ani serta Ibnu ash-Shabah, keduanya lemah, maka sanadnya dhaif sekali. Dan Ibnu Rajab dan al-Albani telah mendhaifkannya.

terdapat tambahan,

احْفَظِ اللهَ، تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ، يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ. وَفِي آخِرِهِ: وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا.

“Jagalah Allah, niscaya kamu mendapatkanNya di depanmu. Kenalkanlah dirimu kepada Allah dalam masa kelapangan, niscaya Allah akan mengenalimu dalam masa kesulitan. Ketahuilah bahwa suatu (takdir) yang tidak (untuk) mengenaimu, maka tidak akan menimpamu, dan suatu (takdir) yang menimpamu, niscaya tidak akan salah mengenaimu.” Di akhirnya, ‘Ketahuilah bahwa pertolongan ada bersama kesabaran, dan bahwa kelapangan pasti mengiringi kesusahan, serta bersama kesusahan pasti ada kemudahan‘.”

Hadits ini mempunyai kedudukan yang agung.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.