(1311) Dan dalam Shahih Muslim, Kitab al-Birr, Bab Tafsir al-Birr wa al-Itsm, 4/1980, no. 2553 dari an-Nawwas bin Sam’an radiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ.

“Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menimbulkan ragu dalam dirimu, dan kamu benci apabila orang lain mengetahuinya.

(1312) Hadits Kedelapan belas; dari Syaddad bin Aus radiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ: فَإِذَا قَتَلْتُمْ، فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ، فَأَحْسِنُوْا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ.

“Sesungguhnya Allah ta’ala mewajibkan kebaikan terhadap segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh, maka baguskanlah tata cara pembunuhan tersebut, dan apabila kalian menyembelih, maka baguskanlah tata cara penyembelihan tersebut. Dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya, dan membuat lega sembelihannya.

Kami meriwayatkannya dalam Shahih Muslim. Kitab ash-Shaid, Bab al-Amru bi Ihsani adz-Dzabhi wa al-Qatli, 3/1548, no. 1955.

(1313) Hadits Kesembilan belas; dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ.

“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia mengatakan yang baik atau diam, dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah dia memuliakan tetangganya, dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah dia memuliakan tamunya.

Kami meriwayatkannya dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-Adab, Bab Man Kan Yu`minu Billah, 10/445, no. 6018; dan Shahih Muslim, Kitab al-Iman, Bab al-Hatstsu ala Ikram al-Jar wa adh-Dhaif, 1/68, no. 47.

(1314) Hadits Kedua puluh, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Nabi,
أَوْصِنِيْ. قَالَ: لاَ تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا. قَالَ: لاَ تَغْضَبْ.

“Wasiatkanlah aku! Beliau bersabda, ‘Janganlah kamu marah’. Lalu dia meminta fatwa berulang-ulang. Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu marah’.”

Kami meriwayatkannya dalam Shahih al-Bukhari. Kitab al-Adab, Bab al-Hadzru Min al-Ghadhab, 10/519, no. 6116.

(1315) Hadits Kedua puluh satu; dari Abu Tsa’labah al-Khusyani radiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,

إِنَّ اللهَ فَرَضَ فَرَائِضَ، فَلاَ تُضَيِّعُوْهَا، وَحَدَّ حُدُوْدًا، فَلاَ تَعْتَدُوْهَا، وَحَرَّمَ أَشْيَاءَ، فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا، وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَاءَ رَحْمَةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيَانٍ، فَلاَ تَبْحَثُوْا عَنْهَا.

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu kewajiban-kewajiban, maka janganlah kamu menyia-nyiakannya, dan Dia telah menetapkan batas-batas, maka janganlah kamu melampauinya. Dia telah mengharamkan banyak hal, maka janganlah kalian melanggarnya. Dan Dia telah mendiamkan banyak hal (lain) sebagai rahmat bagi kalian, bukan karena lupa, maka janganlah kamu mencari-cari (alasan) tentangnya.

Dhaif: Diriwayatkan oleh ath-Thabari dalam at-Tafsir no. 12817; ad-Daruquthni 4/184; al-Hakim 4/115; dan al-Baihaqi 10/12: dari beberapa jalur, dari Dawud bin Abi Hind, dari Makhul, dari Abu Tsa’labah dengan hadits tersebut.

Dan hadits ini dhaif, ia mempunyai dua illat.

Pertama, perselisihan mereka atas Dawud, apakah mauquf ataukah marfu’. Kelompok yang menyatakannya marfu’ adalah lebih tsiqah, dan mereka memiliki tambahan ilmu, sehingga mengharuskan untuk dipilih.

Kedua, bahwa riwayat Makhul dari Abu Tsa’labah secara mursal. Dengan alasan ini Ibnu Rajab menyatakannya berillat dalam Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, hal. 30. Dengan alasan tersebut al-Albani mendhaifkannya. Benar, hadits tersebut memiliki berbagai jalur lain, namun ia sangat lemah sekali. Dan ia juga memiliki beberapa syawahid, akan tetapi pendek dan lemah, sehingga tidak bisa menjadi kuat dengan syawahid tersebut.

Kami meriwayatkannya dalam Sunan ad-Daruquthni dengan isnad yang hasan.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.