amanah 2Makna Amanah

Amanah secara bahasa adalah lawan dari khianat, dan asal kata al-Amnu adalah ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut.

Adapun secara istilah, maka ada banyak sekali definisi amanah, di antaranya ada yang mengatakan:” Ia (amanah) adalah setiap hak yang harus kamu tunaikan (bayarkan) dan kamu jaga.” (Faidhul Qadhir: 223)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata tentang amanat dalam surat al-Mu’minuun ayat 8:” Semua hal yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya adalah amanah, wajib bagi hamba tersebut untuk menjaganya dengan cara melaksanakannya secara sempurna. Demikian juga masuk ke dalamnya amanah-amanah Adamiyin (manusia), seperti amanah harta, rahasia dan lainnya. Oleh karena itu wajib atas seorang hamba untuk memperhatikan dua hal ini dan menunaikan kedua amanah ini. Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah kepada pemiliknya.” (Tafsir as-Sa’di)

Kedudukan Amanah

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati orang-orang mukmin yang shalih yang Allah tetapkan/taqdirkan bagi mereka keberuntungan, dan petunjuk (hidayah) di dunia dan akherat, bahwasanya mereka menjaga amanat-amanat yang dibebankan kepada mereka dan mereka menunaikannya kepada yang berhak dengan sebenar-benarnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

” وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ” . سورة المؤمنون :8

” Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. QS. Al-Mu’minun: 8)

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:” Dan amanah (amanat) mencakup seluruh tugas-tugas agama menurut pendapat yang shahih.” (Tafsir al-Qurthubi 14/255)

Dan amanah (amanat) mencakup segala sesuatu yang ditanggung oleh seorang manusia, berupa urusan agama dan dunianya, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Amanah adalah sikap menunaikan/memberikan hak, dan menjaganya, sehingga seorang muslim memberikan kepada setiap pemilik hak hak mereka masing-masing, dia menunaikan hak Allah di dalam ibadah kepada-Nya, menjaga anggota badannya dari hal-hal yang diharamkan, dan menunaikan apa yang menjadi kewajibannya yang berkaitan dengan sesama makhluk.

Amanah adalah salah satu akhlak yang agung di antara akhlak-akhlak islami yang lain, dan termasuk salah satu asasnya (pondasi). Ia adalah sebuah kewajiban besar yang dipikul oleh manusia, sementara langit, bumi dan gunung-gunung enggan memikulnya karena besar dan beratnya amanah tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

” إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْأِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُوماً جَهُولاً. سورة الأحزاب:72.

” Sesungguhnya Kami telah mengemukakan (menawarkan) amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. QS. Al-Ahzaab: 72)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk menunaikan amanah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

” إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (58) سورة النساء.

” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. QS. Al-Ahzaab: 72)

Dan amanah adalah sifat istimewa yang dimiliki oleh para Rasul ‘alaihimussalam. Masing-masing dari mereka mengatakan:

(إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ) . سورة : الشعراء : 107، 125 ،143،162، 178.

” Sesungguhnya aku adalah seorang rasul yang amanah (yang diutus) kepadamu.” (QS. QS. Asy-Syu’araa’: 107, 125, 143, 162 dan 178)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan amanah sebagai bukti keimanan seseorang dan kebaikan akhlaknya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:

مَا خَطَبَنَا نَبِيُّ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِلاَّ قَالَ:لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ ، وَلاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ. أخرجه أحمد

” Tidaklah Nabiyullah (Muhamamad) shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah di hadapan kami kecuali beliau bersabda:” Tidak ada keimanan (yang sempurna) bagi orang yang tidak amanah, dan tidak ada agama bagi seseorang yang tidak memenuhi janji.” (HR. imam Ahmad rahimahullah dalam Musnad Ahmad, di shahihkan oleh syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 7179, dan Shahih at-Targhib wat Tarhib no. 3004. Dan dinyatakan hasan oleh syaikh al-Arna’uth rahimahullah dalam Ta’liq beliau terhadap Musnad imam Ahmad)

Dan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ فِيكَ ، فَلاَ عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا : حِفْظُ أَمَانَةٍ ، وَصِدْقُ حَدِيثٍ، وَحُسْنُ خَلِيقَةٍ ، وَعِفَّةٌ فِي طُعْمَةٍ. أخرجه أحمد

” Empat hal yang jika ia ada pada dirimu, maka tidak membahayakanmu apa yang terlewat (tidak engkau dapatkan) dari kekayaan dunia; menjaga amanah, jujur dalam berbicara, akhlak yang baik dan menjaga diri dalam masalah makanan.” (HR. Ahmad no 6652 dan dishahihkan oleh al-Albani rahimahullah dalam as-Silsilah ash-Shahihah 2/370)

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan dicabutnya amanah dari hati orang-orang besar (tokoh) sebagai salah satu tanda hari kiamat ketika rusaknya zaman. Dari shahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata:

حَدَّثَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم حَدِيثَيْنِ ، قَدْ رَأَيْتُ أَحَدَهُمَا ، وَأَنَا أَنْتَظِرُ الآخَرَ ، حَدَّثَنَا:أَنَّ الأَمَانَةَ نَزَلَتْ فِي جَذْرِ قُلُوبِ الرِّجَالِ ، ثُمَّ نَزَلَ الْقُرْآنُ ، فَعَلِمُوا مِنَ الْقُرْآنِ ، وَعَلِمُوا مِنَ السُّنَّةِ ، ثُمَّ حَدَّثَنَا عَنْ رَفْعِ الأَمَانَةِ ، قَالَ : يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ ، فَتُقْبَضُ الأَمَانَةُ مِن قَلْبِهِ ، فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ الْوَكْتِ ، ثُمَّ يَنَامُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ الأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ ، فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ الْمَجْلِ ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ ، فَنَفِطَ ، فَتَرَاهُ مُنْتَبِرًا ، وَلَيْسَ فَيهِ شَيْءٌ (ثُمَّ أَخَذَ حَصًى فَدَحْرَجَهُ عَلَى رِجْلِهِ) فَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ ، لاَ يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الأَمَانَةَ ، حَتَّى يُقَالَ : إِنَّ فِي بَنِي فُلاَنٍ رَجُلاً أَمِينًا ، حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ : مَا أَجْلَدَهُ ، مَا أَظْرَفَهُ ، مَا أَعْقَلَهُ ، وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ.وَلَقَدْ أَتَى عَلَيَّ زَمَانٌ ، وَمَا أُبَالِي أَيَّكُمْ بَايَعْتُ ، لَئِنْ كَانَ مُسْلِمًا لَيَرُدَّنَّهُ عَلَيَّ دِينُهُ ، وَلَئِنْ كَانَ نَصْرَانِيًّا ، أَوْ يَهُودِيًّا ، لَيَرُدَّنَّهُ عَلَيَّ سَاعِيهِ ، وَأَمَّا الْيَوْمَ فَمَا كُنْتُ لأُبَايِعَ مِنْكُمْ ، إِلاَّ فُلاَنًا ، وَفُلاَنًا.

” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kepada kami dua hadits, salah satu dari keduanya telah aku lihat, dan saat ini aku sedang menunggu yang lainnya. Beliau memberitahukan kepada kami bahwasanya amanah turun pada pangkal hati manusia, kemudian turunlah al-Qur’an, maka mereka pun mengetahui sebagian dari al-Qur-an, dan mengetahui sebagian dari as-Sunnah. Kemudian beliau memberitahukan kepada kami tentang diangkatnya amanah itu, beliau bersabda:“ Seseorang tertidur dengan pulas, lalu amanah dicabut dari hatinya, maka bekasnya masih tetap ada bagaikan titik-titik, lalu dia tidur kembali, lalu dicabut amanah dari hatinya, maka bekasnya bagaikan lepuh, seperti sebongkah bara api yang dibolak-balikan di atas kakimu, lalu ia membuatnya melepuh sehingga engkau melihatnya mengembang, tidak ada apa-apa (sesuatu yang bermanfaat) di dalamnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil kerikil dan memutar-mutarnya di atas kakinya. Beliau bersabda:” Lalu di pagi harinya manusia melakukan jual beli, hampir tidak ada seorang pun yang menunaikan amanah, sampai-sampai dikatakan:” Sesungguhnya di bani Fulan ada seorang laki-laki yang terpercaya (amanah).” Sampai-sampai dikatakan kepada seseorang (pemilik kekayaan dunia):” Betapa tekunnya dia! betapa cerdiknya! dan betapa cerdasnya!” Padahl di dalam hatinya tidak ada keimanan seberat biji sawi pun. Hudzaifah berkata:” Telah datang kepadaku satu zaman di mana aku tidak pernah peduli dengan siapa saja di antara kalian aku berjual beli, jika ia seorang muslim, maka keislamannya menjadikan dia menunaikannya (amanah), dan jika seorang Nasrani, atau Yahudi maka pemimpinnyalah yang akan mengembalikan hakku kepadaku. Adapun hari ini, maka aku tidak melakukan jual beli dengan salah seorang di antara kalian kecuali si fulan dan si fulan.” (HR. Ahmad, al-Bukhari dan Muslim)

Lihatlah perkataan Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, di zaman beliau saja sudah terjadi penyelewengan amanat, maka bagaimana dengan di zaman kita?!! Padahal Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu wafat pada permulaan tahun 36 H, tidak lama setelahh syahidnya ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu.

Al-Qadhi rahimahullah berkata:” Dan menjaga amanah adalah dampak dari sempurnanya keimanan, maka jika keimanan berkurang niscaya berkuranglah amanah di tengah-tengah manusia, dan jika ia (iman) bertambah maka ia pun bertambah.” (Faidhul Qadhir: 223)

Macam-Macam Amanah

1. Amanah yang paling besar, yaitu amanah agama dan amanah untuk berpegang teguh dengannnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

” إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْأِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُوماً جَهُولاً. سورة الأحزاب:72.

” Sesungguhnya Kami telah mengemukakan (menawarkan) amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. QS. Al-Ahzaab: 72)

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:” Dan amanah (amanat) mencakup seluruh tugas-tugas agama.” (Tafsir al-Qurthubi 14/255)

Dan menyampaikan agama juga termasuk amanah, maka para Rasul ‘alaihimush Shalatu wassalam adalah manusia kepercayaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

« أَلاَ تَأْمَنُونِى وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِى السَّمَاءِ يَأْتِينِى خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً »

“ Apakah kalian tidakk mempercayai aku, padahal aku adalah manusia kepercayaan dari Dzat Yang Berada di atas langit (Allah). Datang kepadaku khabar langit (wahyu) pada pagi dan sore hari.” (H.R al-Bukhari dan Muslim).

Demikian juga para ulama dan juru dakwah yang datang setelah para Rasul, mereka adalah orang-orang terpercaya (amanah) dalam menyampaikan agama ini.

2. Semua apa yang Allah anugerahkan kepadamu berupa nikmat, maka ia adalah amanah yang dititipkan kepadamu, wajib untuk dijaga dan digunakan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Sang Pemberi amanah, yaitu Allah Jalla wa ‘Ala. Penglihatan misalnya, maka ia adalah amanah, pendengaran adalah amanah, tangan adalah amanah, kaki adalah amanah, lisan adalah amanah, dan harta juga amanah, maka janganlah dinafkahkan kecuali dalam hal-hal yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3. Kehormatan adalah amanah, maka wajib atasmu untuk menjaga kehormatanmu, dan janganlah disia-siakan. Jagalah dirimu dari perbuatan zina, demiian juga orang-orang yang ada dalam tanggung jawabmu, jagalah mereka agar tidak terjatuh ke dalamnya. Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu berkata:” Termasuk amanah adalah bahwa seorang wanita diamanhi untuk menjaga kemaluannya.”

4. Anak adalah amanah, maka penjagaanny adalah amanah, pemeliharaanya adalah amanah dan pendidikannya juga amanah.

5. Setiap pekerjaannya yang dibebankan kepadamu adalah amanah, maka menyia-nyiakannya adalah perbuatan khianat terhadap amanah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

(( إذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ )) قال : كَيفَ إضَاعَتُهَا ؟ قال : (( إذَا أُسْنِدَ الأَمْرُ إلى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ )) . رواه البخاري .

“ Jika amanah (amanat) sudah disia-siakan maka tunggulah kiamat.” Orang itu berkata (yang bertanya tentang kapan kiamat):” Bagaimana bentuk penyia-nyiaannya (amanah)?” Beliau bersabda:” Jika suatu urusan (baik dunia maupun agama, ed) diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR. al-Bukhari)

6. Rahasia seseorang adalah sebuah amanah, maka menyebarkan dan membongkarnya adalah khianat. Dan seandainya terjadi pertengkaran antara dirimu dengan temanmu (yang kamu memiliki rahasia orang tersebut, ed), maka ini tidak mendorongmu untuk menyebarkan rahasiannya, karena itu merupakan sifat yang tercela, dan kehinaan diri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ بِحَدِيْثٍ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ

” Jika seseorang berbicara dengan sebuah kabar, kemudian ia berpaling (menengok ke kiri dan ke kanan khawatir ada yang mendengar), maka kabar itu adalah amanah (yang harus di jaga oleh orang yang diajak bicara) (HR At-Tirmidzi dan Abu Dawud dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shahiihah)

Dan yang lebih buruk dan lebih terlarang dibandingkan hal di atas adalah menyebarkan rahasia yang terjadi antara suami isteri (yang berkaitan dengan ranjang). Dari shahabat Abu Sa’id al-Khudry radhiyallahu ‘anhu:

  قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” إِنَّ مِنْ أَعْظَم الْأَمَانَة عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلُ يُفْضِي إلَى امْرَأَتِهِ ، وَتُفْضِي إلَيْهِ ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا. أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ

” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:” Sesungguhnya (pengkhianatan) amanat yang paling besar di sisi Allah pada Hari Kiamat adalah seorang yang bersetubuh dengan istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian dia (suami) menyebarkan rahasianya.”

7. Amanah yang berupa barang titipan, maka yang ini wajib untuk dijaga, kemudian diserahkan kepada pemiliknya seperti semula.

Perintah Untuk Menjaga Amanah

Syari’at Islam memerintahkan kita untuk menjaga amanah dan menunaikannya, dan mencela perbuatan khianat, dan memperingatkan darinya di dalam nash-nash yang banyak, di antaranya:

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

” إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا … (58) سورة النساء.

” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada pemiliknya….” (QS. QS. Al-Ahzaab: 72)

Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala menyifat seorang mukmin:

” وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ” . سورة المؤمنون :8

” Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. QS. Al-Mu’minun: 8)

Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Alloh dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfaal: 27)

Adapun dari hadits adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

” Tunaikanlah amanat pada orang yang memberikan amanat padamu dan janganlah mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad)

Dan masih banyak lagi nash-nash yang lain. Wallahu A’lam.

(Sumber: مشرف التربية الإسلامية karya ‘Ali bin ‘Abdul ‘Aziz ar-Rajihi di http://www.saaid.net/Minute/162.htm. Diterjemahkan dengan tambahan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)