Patutkah Anda wahai manusia mendurhaki Allah, menyelisihiNya, menentangNya dan melawanNya sementara Dia melihatmu, mengetahuimu, mengawasimu dan mendengarmu.

Pantutkah kamu wahai Bani Adam melakukan perbuatan buruk, mengerjakan dosa dan mendatangi kemaksiatan, sedangkan Dia telah mengucurkan segala nikmatNya atasmu, menganugerahkan seluruh karuniaNya kepadamu dan melimpahkan kemurahanNya untukmu?

Patutkah Anda wahai orang lemah bersikap takabur, bertindak zhalim dan berlaku aniaya sementara di hadapanmu adalah Tuhan Mahakuat, Rabb Maha cepat hisabNya dan Allah pemilik balasan yang keras?

Patutkah kamu wahai insan tak berdaya berani melakukan dosa-dosa kepada Tuhanmu padahal Dia telah menundukkan alam semesta ini untukmu dan menjadikan berkhidmat kepadamu sehingga kamu mengeksploitasinya sesukamu?

Patutkah kamu wahai manusia menyelisihi perintah Allah dan laranganNya, perintahNya kamu abaikan dan laranganNya kamu kerjakan sementara kamu melakukannya di kerajaan Allah dan menguatkan dirimu dengan rizki dari Allah?

Patutkah Anda wahai makhluk Allah mengingkari dan mengkufuriNya sementara Dia telah menegakkan segala ayat dan bukti atas kebesaran dan keagunganNya melalui alam semestaNya yang kamu lihat saksikan?

فَيَاعَجَبًا كَيْفَ يُعْصَى الإلَهُ
أُمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ جَاحِدُ
وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةٌ
تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدُ

Betapa aneh, bagaimana Tuhan didurhakai
Bagaimana Dia diingkari oleh pengingkar
Sedangkan Dia mempunyai bukti pada segala hal
Yang menunjukkan bahwa Dia adalah Esa.

إِذَا مَاخَلَوْتَ الدَهْرَ يَوْمًا فَلاَ تَقُلْ
خَلَوْتُ وَلَكِنْ قُلْ عَلَيَّ رَقِيْبُ

Jika suatu hari kamu sedang sendiri maka jangan berkata,
Aku sendiri, akan tetapi katakanlah, ada yang mengawasiku.

Seorang laki-laki datang kepada Ibrahim bin Adham, dia berkata, “Wahai Abu Ishaq, aku berlebih-lebihan kepada diriku. Katakan sesuatu kepadaku sebagai nasihat yang bisa membantuku.”

Ibrahim berkata, “Jika kamu menerima lima perkara dan kamu mampu melakukannya niscaya kemaksiatan tidak merugikanmu.”

Dia menjawab, “Katakan wahai Abu Ishaq.”

Ibrahim berkata, “Pertama: Jika kamu hendak bermaksiat kepada Allah Ta’ala maka jangan kamu makan rizkiNya.”

Laki-laki itu berkata, “Dari mana aku makan sementara semua yang ada di bumi adalah rizkiNya.”

Ibrahim berkata, “Wahai orang ini, apakah pantas kamu makan rizkiNya sementara kamu bermaksiat kepadaNya?”

Laki-laki itu menjawab, “Tidak pantas. Katakan yang kedua.”

Ibrahim menjawab, “Jika kamu hendak bermaksiat kepadaNya maka janganlah tinggal di bumiNya.”

Laki-laki itu menjawab, “Ini lebih besar. Di mana saya tinggal?”

Ibrahim berkata, “Wahai orang ini, pantaskah kamu bermaksiat kepadaNya sementara kamu makan rizkiNya dan tinggal di bumiNya?”

Laki-laki itu menjawab, “Tidak pantas. Katakan yang ketiga.”
Ibrahim berkata, “Jika kamu hendak bermaksiat kepadaNya, kamu makan rizkiNya dan tinggal di bumiNya, maka carilah tempat di mana Dia tidak melihatmu. Di situlah kamu bisa melakukannya.”

Laki-laki itu menjawab, “Wahai Ibrahim apa ini? Mana mungkin sementara Dia mengetahui perkara-perkara rahasia.”

Ibrahim berkata, “Wahai orang ini, apakah pantas kamu makan rizkiNya, tinggal di bumiNya, lalu kamu bermaksiat kepadaNya, padahal Dia melihatmu, mengetahui apa yang kamu tampakkan dan kamu rahasiakan?”

Laki-laki itu menjawab, “Tidak. Katakan yang keempat.”

Ibrahim menjawab, “Jika malaikat maut datang kepadamu untuk mencabut nyawamu, maka bilang kepadanya, ‘Nanti dulu, aku mau bertaubat dengan benar dan beramal karena Allah’.”

Laki-laki itu berkata, “Dia tidak akan menerima.”

Ibrahim berkata, “Wahai orang ini, jika kamu tidak mampu menolak malaikat maut supaya kamu bisa bertaubat dan kamu mengetahui bahwa jika dia mendatangimu maka dia tidak memberimu kesempatan. Bagaimana kamu berharap selamat?”

Laki-laki itu berkata, “Katakan yang kelima?”

Ibrahim berkata, “Jika malaikat zabaniyah mendatangimu pada Hari Kiamat untuk menyeretmu ke neraka, maka jangan mau.”

Laki-laki itu berkata, “Mereka tidak memanggilku dan tidak menghiraukanku.”

Ibrahim bertanya, “Bagaimana kamu berharap selamat.”

Laki-laki itu berkata, “Ya Ibrahim, cukup-cukup. Aku beristighfar dan bertaubat kepada Allah.”

Laki-laki ini benar-benar memenuhi janjinya, dia bertaubat, dia rajin beribadah dan menjauhi maksiat sampai dia meninggal dunia.

Bila memang tidak patut, maka Anda memiliki malu kepada Allah dan kita memang paling patut untuk malu kepada Allah. Wallahu a’lam.