twf

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha , ia berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam semata-mata untuk menunaikan ibadah haji. Ketika kami tiba di Sarif, aku mendapatkan haidh (datang bulan). Rasulullah datang menemuiku dan aku sedang menangis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadaku: “Apa yang membuatmu menangis?” Aku berkata: “Demi Allah, alangkah baiknya jika aku tidak keluar berhaji pada tahun ini.” “Kelihatannya engkau mendapatkan haidh?” tanya Rasulullah. “Benar” jawabku. Rasulullah berkata:

(فإن ذلك شيئ كتبه الله على بنات آدم، فافعلي ما يفعل الحاج غير أن لا تطوفي بالبيت حتى تطهرن)

“Sesungguhnya hal itu adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan atas kaum wanita, maka kerjakanlah apa yang dikerjakan oleh jama’ah haji, hanya saja janganlah mengerjakan thawaf hingga engkau suci dari haidh.”

Kandungan Bab:

1. Wanita haidh boleh mengerjakan seluruh manasik haji kecuali thawaf.

2. Manasik haji terdiri atas dzikir, talbiyah, do’a dan tilawah al-Qur’an, wanita haidh tidak dilarang mengerjakannya. Barangsiapa melarang wanita haidh membaca al-Qur’an atau memegang mushaf, maka ia telah keliru. Adapun hadits marfu’ dari Ibnu ‘Umar yang berbunyi: “Wanita haidh dan orang junub janganlah membaca sesuatu dari al-Qur’an.” Adalah hadits dhaif dari seluruh jalur-jalur riwayatnya sebagaimana yang telah ditegaskan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fat-hul Baari (I/409). Tidak ada hadits yang shahih tentang larangan membaca al-Qur’an atas wanita haidh dan orang junub, wallahu a’lam

Sumber: Ensiklopedi Larangan Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Syekh Salim bin ‘Ied Al-Hilali,Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jilid I, Hal: 319[/b