أم-الفضلDia adalah Lubabah al-Kubra, ber-kunyah Ummul Fadhl binti Al-Harits saudara kandung Maemunah binti al-Harits, Ummul Mukminin. Wanita pertama di Makkah yang masuk islam setelah Khadijah binti Khuwailid. Dia adalah istri Abbas bin Abdul Mutthalib paman Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam. Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam sering mengunjunginya dan beristirahat siang di rumahnya.

Berbeda dengan istri paman Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam yang lain, Abu Lahab yaitu Ummu Jamil Arwa binti Harb yang selalu memerangi Islam. Ummu Fadhl dan suaminya Abbas serta anak-anak mereka sepakat untuk menyembunyikan keislaman mereka karena takut kepada orang-orang musyrik.

Allah berkehendak kepada Abbas untuk tertawan di tangan kaum muslimin di perang Badar, karena kaum muslimin belum mengetahui keislamannya. Hal ini menyulitkan Rasulullah karena beliau mengetahui keislaman Abbas. Maka Abbas menebus dirinya seperti orang musyrik lain sehingga tidak terbongkar keislamannya.

Ummu Fadhl mendengar berita suaminya yang ditawan. Dia melihat kemarahan orang-orang kafir, di antara mereka adalah iparnya Abu Lahab atas kekalahan mereka di depan kaum muslimin. Dia mewanti-wanti empat orang anaknya agar tidak menunjukkan kebahagiaan terhadap kekalahan itu sehingga keislaman mereka tidak terbongkar oleh orang-orang Quraisy. Dia mendengar bersama hamba sahayanya Abu Rafi’ kepada perbincangan di ujung rumahnya antara Abu Lahab dengan Abu Sufyan bin Harits, di mana Abu Sufyan menceritakan kepada Abu Lahab bagaimana kaumnya kalah dari kaum muslimin, sementara Abu lahab hanya bisa marah dan kesal. Sedangkan Ummu Fadhl bergembira dengan apa yang didengarnya.

Sampai Ummu Fadhl mendengar Abu Sufyan berkata, “Demi Allah, walaupun demikian aku tidak menyalahkan mereka. Kami menghadapi orang-orang putih berkuda putih di antara langit dan bumi. Tak ada yang bisa mengalahkan mereka.” Ummu Fadhl merasa senang dengan apa yang didengarnya, tetapi Abu Rafi’ pelayannya tidak kuasa menahan diri, dia berteriak, “Demi Allah itu adalah malaikat.” Maka Abu Lahab bangkit dengan amarah menyala-nyala di kedua matanya dan memukul Abu Rafi’ dengan keras.

Karena inilah Ummu Fadhl lupa terhadap langkah menyembunyikan Islam dari penduduk Makkah. Maka dia mengambil sebuah tiang yang ada di rumahnya. Dia mengumpulkan segala kekuatannya untuk ditumpahkan kepada sebuah pukulan keras di kepala Abu Lahab yang melukainya cukup parah seraya berkata, “Beraninya kamu hanya pada saat majikannya tidak ada.”

Abu Lahab meninggalkan rumah saudaranya Abbas dengan darah menetes dari kepalanya, bahkan dari situ tidak berlangsung kecuali hanya tujuh malam. Luka Abu Lahab semakin parah dan bekas yang ditinggalkan oleh pukulan itu menembus sampai ke otaknya. Maka dia terkena penyakit Adasah, bisul di sekujur tubuh, akibatnya orang-orang menjauhinya, tidak ada yang berani mendekatinya karena takut tertular. Sampai-sampai istrinya yang berjuluk Hammalatul Hathab dan kedua anaknya juga demikian. Mereka membiarkannya mengerang seorang diri sampai mati. Selama tiga hari jenazahnya tidak ada yang mendekatinya dan tidak seorang pun yang bersedia menguburnya. Akhirnya karena takut malu akibat tidak mengurus jenazahnya maka mereka membuat kubur untuknya kemudian mendorong jasadnya dengan kayu lalu melemparinya dengan batu dari jauh sehingga mereka menguburnya.

Maushu’ah min Qashash as-Salaf, Ahmad Salim Baduwailan.