Ya Rabbku, Tambahkan Ilmu Kepadaku

Meminta tambahan sesuatu yang secara zhahir bermanfaat bagi seseorang untuk kehidupan dunia merupakan sebuah tabiat manusia. Keinginan untuk bertambah harta dan kekayaan misalnya, manusia memiliki tabiat yang sangat kentara dalam hal ini, Rasulullah mengilustrasikannya dalam sabdanya,

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Bilamana seseorang telah memiliki dua lembah harta, pastilah ia menginginkan lembah harta yang ketiga, dan tak ada yang dapat memenuhi perut manusia melainkan tanah, sementara Allah menerima taubat orang yang bertaubat kepadaNya. (HR. al-Bukhari, no. 6436)

Tidak jarang keinginannya tersebut mengantarkannya kepada tindakan “ menghalalkan segala macam cara” meski harus menerjang larangan. Tentu, yang demikian ini tidak dibenarkan. Meminta tambahan harta kepada Allah dan berusaha untuk mendapatkannya dengan cara yang baik, yang dibolehkan oleh syariat inilah yang semestinya dilakukan. Dan, hal ini merupakan kebaikan. Namun, -pembaca yang budiman- Sesungguhnya ada sesuatu yang lebih baik untuk dimintai tambahannya kepada Allah dan hendaklah setiap muslim melakunya. Sesuatu yang penulis maksudkan adalah “ilmu yang bermanfaat”. Kenapa demikian ? paling tidak ada dua alasan penting :

Pertama, karena Allah memerintahkan RasulNya agar meminta tambahan ilmu, sebagaimana firmanNya, yang artinya, “Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu (Qs. Thaha : 114) dan beliaupun melaksanakannya, sebagaimana tercermin dalam hadis Abu Hurairah, ia berkata, adalah Rasulullah seringkali berdoa

اَللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْمًا . وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

Ya Allah berilah kemanfaatan kepadaku dengan apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku sesuatu yang akan memberikan manfaat kepadaku dan tambahkanlah kepadaku ilmu. Dan, segala puji bagi Allah atas segala keadaan. (HR. Ibnu Majah, no. 251). Syaikh al-Albani berkata, hadis ini shahih tanpa redaksi, “segala puji bagi Allah atas segala keadaan”.

Kedua, dari sisi perbandingan nilai atau keutamaan antara ilmu yang bermanfaat dan harta benda, ilmu jauh lebih banyak dan besar manfaatnya ketimbang harta benda. Sebagaimana akan Anda ketahui dengan membaca uraian singkat mengenai keutamaan ilmu yang penulis sebutkan berikut ini.

Keutamaan Ilmu

Di antara keutamaan ilmu, yaitu :

  1. Ilmu termasuk sesuatu yang tidak terputus

Rasulullah bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانٌ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ

Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah amalnya melainkan tiga perkara ; (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) dan anak shaleh yang berdoa untuknya (HR. at-Tirmidzi, no. 1376)

  1. Merentas jalan dalam menuntutnya merupakan sebab dimudahkannya pelakunya masuk Surga

Rasulullah bersabda,

مَا مِنْ رَجُلٍ يَسْلُكُ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا إِلاَّ سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقَ الْجَنَّةِ

Tidaklah seseorang yang merentas jalan untuk menuntut ilmu melainkan Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga (HR. Abu Dawud, no. 3645)

  1. Pengajar dan yang belajar ilmu sama-sama mendapatkan pahala

 Abu Darda berkata,

مُعَلِّمُ الْخَيْرِ وَالْمُتَعَلِّمُ فِيْ الْأَجْرِ سَوَاءٌ

Pengajar kebaikan dan yang belajar sama dalam hal perolehan pahala (HR. ad-Darimiy di dalam Sunannya, no. 247)

  1. Pengajar ilmu dimintakan rahmat Allah oleh binatang

Ibnu Abbas berkata,

إِنَّ مُعَلِّمَ الْخَيْرِ لَتُصَلِّيَ عَلَيْهِ دَوَابُ الْأَرْضِ حَتَّى الْحِيْتَانِ فِيْ الْبَحْرِ

Sesungguhnya pengajar kebaikan didoakan oleh binatang melata di bumi bahkan ikan di lautpun ikut serta mendoakannya agar mendapat rahmat. (HR. Abdurrazzaq di dalam Mushannafnya, no. 21030)

  1. Pengajar ilmu mendapatkan bonus pahala

Dari Sahl bin Mu’adz bin Anas dari ayahnya, ia berkata, Rasulullah bersabda,

مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا فَلَهُ أَجْرُ مَا عَمِلَ بِهِ عَامِلٌ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الْعَامِلِ

Barangsiapa mengajarkan ilmu, maka ia mendapatkan pahala atas apa yang diamalkan oleh orang yang mengamalkan, di mana hal tersebut tidak mengurangi sedikitpun pahala yang didapatkan oleh orang yang mengamalkan ilmu tersebut (HR. ath-Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 446)

  1. Seorang penuntut ilmu mendapat ucapan selamat dari Rasulullah, dinaungi oleh para Malaikat

Shafwan bin ‘Assal al-Muradiy, ia berkata, aku pernah mendatangi Rasulullah saat beliau tengah duduk bersandar di dalam masjid ini (yakni, Masjid Nabawi) berselimutkan burdahnya, lalu aku berkata kepada beliau, wahai Rasulullah, sungguh aku datang untuk menuntut ilmu, maka kemudian beliau berujar,

مَرْحَبًا بطالبِ الْعِلْمِ، طَالِبُ الْعِلْمِ لَتَحُفُّهُ الْمَلائِكَةُ وَتُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا، ثُمَّ يَرْكَبُ بَعْضُهُ بَعْضًا حَتَّى يَبْلُغُوا السَّمَاءَ الدُّنْيَا مِنْ حُبِّهِمْ لِمَا يَطْلُبُ

Selamat datang kepada penuntut ilmu, seorang penuntut ilmu dikelilingi dan dinaungi para Malaikat dengan sayap-sayapnya, kemudian mereka (para malaikat) saling naik di atas satu sama lainnya hingga mereka sampai ke langit dunia. Hal tersebut dilakukan mereka karena kecintaan mereka terhadap sesuatu yang dituntut oleh seorang penuntut ilmu.

Lalu, engkau datang ke mari ingin mengetahui ilmu tentang apa ?, perowi berkata, Shafwan pun berkata, wahai Rasulullah, kami senantiasa melakukan safar (bepergian) antara Makkah dan Madinah, berilah fatwa kepada kami tentang mengusap khuf(sepatu). Maka, Rasulullah mengatakan kepadanya, “ (dibolehkan mengusap sepatu) selama 3 hari bagi orang yang tengah safar dan satu hari satu malam bagi orang muqim (HR. ath-Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 7196)

  1. Pemilik ilmu adalah pewaris para Nabi

Katsir bin Qais berkata, aku pernah duduk-duduk bersama Abu Darda di dalam masjid Damaskus, lalu datang kepadanya seorang lelaki, lalu ia berkata, wahai Abu Darda, sungguh aku datang dari madinaturrasul kepada engkau karena suatu hadis bahwa engkau berkata hadis tesebut dari Rasulullah, aku datang kepadamu bukan untuk keperluan apa pun (melainkan untuk mengetahui hadis tersebut). Abu Darda berkata, sungguh aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “ Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah (memberikan kemudahan kepadanya) untuk menempuh jalan dari jalan-jalan Surga, dan sesungguhnya para malaikat itu mengepakkan sayap-sayapnya karena ridha terhadap penuntut ilmu dan sesungguhnya seorang yang berilmu dimintakan ampun oleh penduduk yang ada di langit dan di bumi, ikan-ikan yang berada di dalam air. Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada  malam purnama atas seluruh bintang, sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi itu tidaklah mewariskan dinar, tidak pula dirham namun mereka mewariskan ilmu. Maka, siapa yang mengambil warisan tersebut, ia telah mengambil bagian yang banyak (HR. Abu Dawud, no. 3643)

  1. Ilmu merupakan mata rantai kebaikan

Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah bersabda,

تَسْمَعُونَ وَيُسْمَعُ مِنْكُمْ وَيُسْمَعُ مِمَّنْ سَمِعَ مِنْكُمْ

Sekarang kalian mendengar (ilmu dariku), nantinya kalian akan didengar (ilmunya yang didapatkan dariku), begitu juga orang yang mendengar (ilmu dari kalian pun) akan didengar ilmunya oleh generasi berikutnya (HR. Abu Dawud, no. 3661)

  1. Keluar rumah untuk menuntut ilmu berada di jalan Allah

Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah bersabda,

مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ

Barangsiapa yang keluar (dari rumahnya) dalam rangka untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga kembali (HR. At-Tirmidzi, no. 2647. Ia berkata : ini hadis hasan gharib. Syaikh Al-Albani di dalam Shahih at-Targhiib wa at-Tarhiib (1/20), hadis no.88, mengatakan, (ini hadis) hasan lighairihi)

  1. Ilmu merupakan kebaikan di dunia

Ibnu Wahb berkata, aku pernah mendengar Sufyan ats-Tsauri mengatakan,

اَلْحَسَنَةُ فِيْ الدُّنْيَا الرِّزْقُ الطَّيِّبُ وَالْعِلْمُ، وَالْحَسَنَةُ فِيْ الْآخِرَةِ اَلْجَنَّةُ

(Termasuk) “ al-Hasanah “ (kebaikan) di dunia ; rizki yang baik dan ilmu. Adapun al-Hasanah (kebaikan) di akhirat adalah Surga (HR. ath-Thabari di dalam tafsirnya 2/312, tafsir Sufyan ats-Tsauri, hal. 65, lihat juga Tafsir Ibnu Abi Hatim, 2/358)

  1. Ilmu sarana mewujudkan keinginan

Imam asy-Syafi berkata,

مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

Barangsiapa menginginkan dunia, hendaklah ia membekali dirinya dengan ilmu dan barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia membekali dirinya dengan ilmu (al-Majmu’, 1/12)

  1. Ilmu merupakan kemuliaan di dunia dan akhirat

Abdurrazzaq berkata, aku pernah mendengar Sufyan berkata kepada seorang lelaki dari ‘arob,” celaka kalian, carilah ilmu karena sesungguhnya aku takut ilmu akan keluar dari sisi kalian, lalu ia beralih kepada selain kalian, sehingga kalian menjadi hina dina,

اُطْلُبُوْا الْعِلْمَ فَإِنَّهُ شَرَفٌ فِيْ الدُّنْيَا وَشَرَفٌ فِيْ الْآخِرَةِ

carilah ilmu karena sesungguhnya ilmu itu merupakan kemuliaan di dunia dan kemuliaan di akhirat (Hilyatul Auliya, 6/368)

  1. Ilmu lebih baik daripada harta

Ali bin Abi Thalib berkata, “ Ilmu lebih baik daripada harta, karena Andalah yang menjaga harta sementara ilmu menjaga Anda. Harta musnah dengan didayagunakan sementara ilmu tumbuh dan berkembang dengan diinfakkan. Ilmu adalah pemutus sementara harta sesuatu yang diputuskan. Para pemilik harta mati sementara pemilik ilmu hidup. Para pemilik ilmu  akan selalu ada sepanjang masa. Jasad mereka hilang sementara sesuatu yang mereka tinggalkan tetap ada di dalam hati-hati. (Jami’ Bayaan al-Ilmi Wa Fadhlihi, 1/57). Wallahu a’lam (Redaksi)

Referensi :

  1. Jami’ Bayaan al-Ilmi Wa Fadhlihi, Yusuf bin Abdul Barri an-Namiriy, dll.
  2. Shahih al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al-Ju’fiy
  3. Sunan Abi Dawud, Sulaiman bin al-Asy’ats Abu Dawud as-Sijistani al-Azadiy,