Ibnu Sa’d meriwayatkan dalam kitab Thabaqat-nya dengan sanadnya dari Hisyam bin Muhammad bin as-Saaib al-Kalbi dari bapaknya bahwasanya dia berkata:”Dahulu Haritsah bin Syarhiil (bapak Zaid bin Haritsah) menikah dengan seorang wanita di Thayi’ dari kabilah Nabhan dan melahirkan anak-anak yaitu Jabalah, Asma’ dan Zaid.” Dan dia pun menyebutkan kisah tentang jatuhnya Zaid menjadi tawanan setelah disergap oleh pasukan berkuda dari Tihamah dari kabilah Bani Fazarah. Kemudian tentang dijualnya dia (Zaid) sebagai budak di pasar ‘Ukazh dan melihatnya Nabi kepada Zaid sebelum beliau diutus menjadi Nabi. Kemudian dibelinya Zaid oleh Khadijah dan sampainya dia ke tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan di dalamnya terdapat kisah kedatangan Haritsah dan sebagian kerabatnya (saudara) untuk mencari Zaid dan akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan pilihan kepada Zaid (antara tetap bersama Nabi atau kembali bersama bapak dan keluarganya)….sampai akhir kisah. (ath-Thabaqat 3/42)

Al-Hafizh (Ibnu Hajar al-‘Asqalani) rahimahullah berkata di dalam kitab at-Tahdziib (Tahdzibut Tahdzib) setelah menyandarkan kiash tersebut kepada Tamam (Tamam bin Muhamad ar-Razi) dalam kitab Fawa’id-nya:”Hadits Munkar Jiddan (sangat munkar), dan telah dibawakan oleh Al-Hafizh Abu ‘Abdillah bin Mandah di kitab Ma’rifatush Shahabah dalam pembahasan biografinya, dan beliau berkata:’Sesungguhnya ia (kisah ini) tidak diriwayatkan kecuali dengan sanad (rangkaian perwayatan) ini.’ Kemudian aku melihatnya di dalam al-Mustadrak karya Imam al-Hakim ((3/235) namun imam adz-Dzahabi menghapus hadits ini dari kitab Talkhis-nya dikarenakan ke-dha’if-annya ), namun beliau (al-Hakim) tidak tegas (terang-terangan) mengatakan ke-shahih-annya.” (at-Tahdzib 11/79. Dan beliau berkata dalam Fathul Bari (7/87) setelah menyandarkan riwayat tersebut kepada Ibnu Mandah dan Tamam:”Dengan sanad yang ganjil dari ketluarga Zaid bn Haritsah.” Dan beliau berkata di kitab al-Ishabah dalam biografi Haritsah bapak Zaid:”…Dan para perawi dalam sanad tersebut tidak dikenal.” )

Dan sanad Ibnu Sa’d di dalamnya ada gurunya yaitu Hisyam dan bapaknya dan keduanya adalah perawi yang matruk (perawi yang tertuduh berdusta).

Ibnu Ishaq rahimahullah juga menyebutkan kisah tersebut dalam Sirah-nya namun tanpa sanad. (Ar-Raduh al-Anf)

Ibnu ‘Abdil Barr membawakan riwayat di kitab al-Isti’ab dari jalur Abu Ishaq as-Sabi’i berkata:”Dikatakan kepada Jabalah bin Haritsah, siapakah yang lebih besar anda ataukah Zaid?” Maka dia (Jabalah) menjawab:”Zaid lebih dari aku dan aku dilahirkan sebelumnya.” Kemudian dia (Ibnu ‘Abdil Barr) menyebutkan kisah secara ringkas tentang jatuhnya Zaid menjadi seorang tawanan. Dan di dalamnya tidak disebutkan tentang kedatangan bapak Zaid dan kerabatnya dan kejadian setelahnya.

Abu ‘Umar Ibnu ‘Abdil Barr berkata sebelum menyebutkan kisah ini:”Sebagian mereka memasukkan (ke dalam sanad kisah tersebut) Farwah bin Naufal di antara Abu Ishaq dan Jabalah.”

Al-Hafizh (Ibnu Hajar al-‘Asqalani) rahimahullah berkata di kitab at-Tahdziib (Tahdzibut Tahdzib) dalam biografi Jabalah:”Dan yang benar dari Abu Ishaq dari Farwah darinya (Jabalah).” (at-Tahdziib 2/61)

Adapun penamaannya dengan Zaid bin Muhammad, maka hal ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya dalam bab: ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ dari kitab at-Tafsir dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwsanya Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dahulu kami tidak biasa memanggilnya melainkan dengan Zaid bin Muhammad, hingga turun al-Qur’an:


ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ

”….Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah…” (QS. Al-Ahzab: 5)

Dan diriwayatkan pula oleh Imam Muslim dalam kitab Fadha’ilush Shahabah, bab. Fadha’ilu Zaid. (Syarh Shahih Muslim 15/195)

Dan Imam at-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu ‘Amr asy-Syaibani berkata:”Telah mengabarkan kepadaku Jabalah bin Haritsah saudar Zaid, ia berkata:Aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu aku berkata kepada beliau:


يا رسول الله ابعث معي أخي زيدا

”Wahai Rasulullah, berikan saudaraku Zaid ini pergi bersamaku (kembali kepada keluarga kami).” Kemudian Nabi berkata:


هو ذا

”Ini dia.” Lalu beliau melanjutkan:


فإن انطلق معك لم أمنعه

”Maka jika dia (Zaid) pergi bersamamu maka aku tidak akan menghalangi/melarangnya.” Zaid radhiyallahu ‘anhu berkata:


يا رسول الله والله لا أختار عليك أحدا

”Wahai Rasulullah, demi Allah, aku tak akan memilih seorang pun selain anda.”

Jabalah berkata:


قال فرأيت رأي أخي أفضل من رأيي

”Maka aku mengetahui pendapat saudaraku lebih bagus dari pendapatku.”

Kemudian Imam at-Tirmidzi rahimahullah berkata:”Hadits ini adal hadits hasan gharib, kami tak mengetahuinya kecuali dari hadits Ibnu Ar-Rumi dari Ali bin Mushir.” Selesai perkataan Imam at-Tirmidzi (Sunan at-Tirmidzi 10/319 dalam Tuhfatul Ahwadzi)

Dan Syaikh al-Albani rahimahullah membawakannnya dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi (3/231 no. 2998)

Dan diriwayatkan oleh Imam al-Hakim rahimahullah dan beliau mengatakan:”Shahih sanadnya, namun keduannya (al-Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya.” Dan (komentar Imam al-Hakim) disepakati oleh Imam adz-Dzahabi rahimahullah.

(Sumber:ما شاع ولم يثبت في السيرة النبوية hal. 23-24. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)