Ibnu Ishaq rahimahullah berkata:” Al-Aswad bin al-Muththalib bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza, al-Walid bin al-Mughirah, Umayyah bin Khalaf, dan al-‘Ash bin Wail as-Sahmi –sebagaimana (kabar) yang sampai kepadaku- menghadang/menghalangi-halangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat beliau thawaf (mengelilingi) Ka’bah. Dan mereka adalah orang-orang yang dituakan di kaum mereka. Lalu mereka berkata:” Wahai Muhammad! Mari kita sama sama menyembah apa yang kaum sembah, dan kamu menyembah apa yang aku sembah. Sehingga kami dan kamu bersatu/bersama-sama dalam satu perkara. Maka jika apa yang engkau sembah lebih baik daripada yang kami sembah, berarti kami telah mengambil bagian kami darinya, dan jika apa yang kami sembah adalah lebih baik daripada yang kamu sembah, berarti engkau telah mengambil bagianmud arinya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya:


قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1)

” Katakanlah:”Hai orang-orang kafir!” (QS. Al-Kaafiruun: 1)

Beliau (Ibnu Ishaq rahimahullah) membawakan kisah tersebut tanpa sanad. (ar-Raudh al-Unuf: 3/294)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:” Dan Ibnu Abi Hatim rahimahullah meriwayatkan dari hadits Ibnu ‘Abbasr radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya dia berkata:‘ Quraisy berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:’ Berhentilah (mencela) tuhan-tuhan kami, janganlah engku menyebutnya dengan keburukan. Jika engkau tidak mau melakukannnya, maka sembahlah tuhan kami selama satu tahun, dan kami akan menyembah Tuhanmu selama satu tahun. Lalu turunlah surat tersebut (al-Kaafiruun)’ . dan di dalam sanadnya ada Abu Khalaf’ ‘Abdullah bin ‘Isa, dan ia adalah seorang yang dha’if (lemah). ” (Fathul Bari: 8/733)

Dan al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah membawakan kisah tersebut dalam tafsir beliau dengan menggunakan bentuk ungkapan/kalimat yang menunjukkan bahwa kisah tersebut lemah. Beliau mengatakan:” Dikatakan bahwasanya mereka (orang-orang kafir Quraisy) dari kebodohan mereka, mereka mengajak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun, dan (sebagai imbalannya) mereka akan menyembah sesembahan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam (yakni; Allah Subhanahu wa Ta’ala) selama satu tahun. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan surat ini…” (Tafsir al-Qur’anul ‘Azhim/ Tafsir Ibnu Katsir 4/561)

(Sumber:ما شاع ولم يثبت في السيرة النبوية hal. 51. Diterjemahkan dengan sedikit perubahan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)