hijrah 2Dan di antara yang masyhur adalah, bahwsanya al-Faruq ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu ketika hendak hijrah dari Mekah ke Madinah, dia mengalungkan pedangnya, dan berjalan kea rah Ka’bah, sementara itu para pembesar Quraisy berada di halamannya. Lalu dia radhiyallahu ‘anhu thawaf mengelilingi Ka’bah, setelah itu mendatangi Maqam (Maqam Ibrahim) dan shalat, kemudian dia berhenti dan berkata:” Alangkah buruknya wajah-wajah kalian, semoga Allah tidak menghinakan kecuali hidung-hidung ini. Barangsiapa yang ingin ibunya kehilangan dia, atau ingin anaknya menjadi yatim, atau ingin isterinya menjadi janda maka hendaklah menghadangku di belakang lembah ini.”

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata dalam bantahan beliau terhadap al-Buthi yang menukil kisah ini dari Ibnul Atsir:” Yakinnya dia mengatakan bahwa ‘Umar radhiyallahu ‘anhu hijrah secara terang-terangan bersandarkan pada riwayat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu tersebut. Dan yakinnya dia bahwa ‘Ali radhiyallahu ‘anhu meriwayatkannya adalah tidak benar, karena sanadnya tidak shahih sampai ke beliau (‘Ali) radhiyallahu ‘anhu. Dan penulis Asadul Ghabah, pertama kali tidak menyatakan secara tegas penisbatannya kepada beliau radhiyallahu ‘anhu. Yang kedua dia (penulis) membawakan sanad tersebut sampai ke ‘Ali radhiyallahu ‘anhu supaya terlepas tanggungjawabnya, dan supaya para ulama menelitinya. Dan aku telah mendapati bahwa poros masalahnya ada pada az-Zubair bin Muhammad bin Khalid al-‘Utsmani:’ Telah meriwayatkan kepada kami ‘Abdullah bin al-Qasim al-Amali (seperti ini di kitab aslinya, mungkin yang benar adalah al-Aili) dari bapaknya dengan sanadnya sampai ‘Ali radhiyallahu ‘anhu.’ Dan ketiga orang tersebut masuk ke dalam bilangan orang-orang yang majhul (tidak dikenal). Sehingga tidak satupun ulama Ahli Jarh wa Ta’dil yang menyebut mereka secara mutlak.” sampai di sini perkataan Syaikh al-Albani rahimahullah. (Difa’ ‘Anil Hadits an-Nabawi was Sirah 43)

Dan kisah ini juga disebutkan oleh ash-Shalihi dalam Subul Huda war Rasyad, dan disandarkan kepada Ibnu as-Saman dalam al-Muwafaqat. Dan Abu Turab azh-Zhahiri menyandarkannya kepada Ibnu ‘Asakir dan Ibnu as-Saman.

Dr. Akram al-‘Umari berkata:“Dan adapun apa yang diriwayatkan, berupa hijrah ‘Umar radhiyallahu ‘anhu secara terang-terangan dan ancaman (tantangan) beliau radhiyallahu ‘anhu kepada orang yang menghadangnya, maka hal itu tidak shahih.” (as-Sirah an-Nabawiyyah ash-Shahihah1/206)

Keberanian al-Faruq (‘Umar) radhiyallahu ‘anhu sesuatu yang sudah diketahui, akan tetapi pembicaraan kita dalam masalah ini adalah dalam sanad kisah tersebut. Kemudian, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam –dan beliau adalah manusia paling pemberani- hijrah bersama shahabat beliau, ash-Shiddiq (Abu Bakar) radhiyallahu ‘anhu secara sembunyi-sembunyi dari pandangan kaum Musyrikin, dan dalam hal ini bukanlah sesuatu yang aib. Bahkan hal itu adalah bagian dari melakukan sebab (sebab keselamatan dalam hijrah), dan termasuk kesempurnaan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari al-Barraa’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu bahwsanya dia berkata:

أَوَّلُ مَنْ قَدِمَ عَلَيْنَا مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ وَابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ وَكَانَوا يُقْرِئُوْنَ النَّاسَ فَقَدِمَ بِلاَلٌ وَسَعْدٌ وعَمّاَرُ بن ياسر. ثُمَّ قَدِمَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ الله عَنْهُ فِى عِشْرِينَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

” Yang pertama kali datang kepada kami (dari kaum Muhajirin) adalah Mush’ab bin ‘Umar, Ibnu umi Maktum, dan mereka mengajari manusia membaca (al-Qur’an). Lalu datanglah Bilal, Sa’ad dan ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhum. Kmudian datanglah ‘Umar radhiyallahu ‘anhu bersama dua puluh orang dari shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Bahkan Ibnu Ishaq membawakan sebuah riwayat yang menunjukkan bahwa hijrahnya ‘Umar radhiyallahu ‘anhu terjadi secara sembunyi-sembunyi, belaiu berkata:” Telah meriwayatkan kepadaku Nafi’ mantan budak ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma dari bapaknya, yaitu ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu bahwasanya dia berkata:

اتّعَدْت ، لَمّا أَرَدْنَا الْهِجْرَةَ إلَى الْمَدِينَةِ ، أَنَا وَعَيّاشُ بْنُ أَبِي رَبِيعَةَ ، وَهِشَامُ بْنُ الْعَاصِي بْنِ وَائِلٍ السّهْمِيّ التّنَاضِبَ مِنْ أَضَاةِ بَنِي غِفَارٍ ، فَوْقَ سَرِفَ ، وَقُلْنَا : أَيّنَا لَمْ يُصْبِحْ عِنْدَهَا فَقَدْ حُبِسَ فَلْيَمْضِ صَاحِبَاهُ . قَالَ فَأَصْبَحْت أَنَا وَعَيّاشُ بْنُ أَبِي رَبِيعَةَ عِنْدَ التّنَاضِبِ ، وَحُبِسَ عَنّا هِشَامٌ وَفُتِنَ فَافْتُتِنَ

” Aku pernah berjanji (bersepakat) ketika kami ingin hijrah ke Madinah, aku ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah dan Hisyam bin al-‘Ashi bin Wa’il as-Sahmi untuk berkumpul di sebuah at-Tanadhib (pohon) dekat kolam Bani Ghifar di atas daerah Sarif. Dan kami berkata:” Siapapun di antara kita yang tidak bisa berkumpul di sana di pagi hari, berarti dia telah ditahan (oleh Quraiys), dan hendaklah kedua temannya pergi meneruskan rencananya (hijrahnya).” Dia (‘Umar) berkata:” Maka di pagi harinya aku dan ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah ada (bertemu) di at-Tanadhib, sedangkan Hisyam tertahan dan disiksa…..” (al-Hadits)

Riwayat ini dishahihkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah dalam al-Ishabah, dan dihasankan sanadnya oleh al-Wadi (Syaikh Muqbil) rahimahullah dalam ash-Shahih al-Musnad Mimmaa Laisa fish Shahihain, dan Salman al-‘Audah dalam al-Ghuraba.

Dan cara menggabungkan antara riwayat Ibnu Ishaq ini dengan riwayat al-Bukhari, bahwasanya ‘Umar radhiyallahu ‘anhu datang (tiba) di Madinah bersama dua puluh orang dari kalangan shahabat adalah bahwasanya para shahabat tersebut, sebagian mereka bertemu dengan yang lainnya di tengah jalan, tanpa ada perencanaan lebih dahulu, menurut yang nampak (bagi penulis). Wallahu A’lam.

(Sumber:ما شاع ولم يثبت في السيرة النبوية hal 70-71. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)