rantangDi antara yang masyhur dalam Sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kisah Asma’ binti Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu’anhuma yang menyuplai makanan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bapaknya radhiyallahu ‘anhu ketika keduanya dalam Gua (ketika perjalanan Hijrah). Ibnu Ishaq rahimahullah berkata:

وَكَانَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ أَبِي بَكْرٍ تَأْتِيهِمَا مِنْ الطّعَامِ إذَا أَمْسَتْ بِمَا يُصْلِحُهُمَا

” Dan Asma’ binti Abu Bakr Radhiyallahu ‘anha jika memasuki waktu sore datang kepada keduanya (Nabi dan Abu Bakr) membawakan sesuatu yang bisa membuat baik keadaan mereka berdua berupa makanan.” (ar-Raudh al-Unf: 4/183)

Akan tetapi riwayat imam al-Bukhari rahimahullah menjelaskan bahwa Asma’ Radhiyallahu ‘anha membuat makanan untuk keduanya di rumah Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, dan sebelum berangkat ke Gua. Beliau (Asma’) Radhiyallahu ‘anha berkata:

صَنَعْتُ سُفْرَةَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِ أَبِي بَكْرٍ حِينَ أَرَادَ أَنْ يُهَاجِرَ إِلَى الْمَدِينَةِ قَالَتْ فَلَمْ نَجِدْ لِسُفْرَتِهِ وَلَا لِسِقَائِهِ مَا نَرْبِطُهُمَا بِهِ فَقُلْتُ لِأَبِي بَكْرٍ وَاللهِ مَا أَجِدُ شَيْئًا أَرْبِطُ بِهِ إِلَّا نِطَاقِي قَالَ فَشُقِّيهِ بِاثْنَيْنِ فَارْبِطِيهِ بِوَاحِدٍ السِّقَاءَ وَبِالْآخَرِ السُّفْرَةَ فَفَعَلْتُ فَلِذَلِكَ سُمِّيَتْ ذَاتَ النِّطَاقَيْنِ

” Aku membuat makanan bekal safar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di rumah Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu ketika beliau hendak hijrah ke Madinah.” Dia berkata:” Kemudian kami tidak menemukan sesuatu yang bisa aku gunakan untuk mengikat bekal tersebut dan juga tempat minumnya. Maka aku berkata kepada Abu Bar:’ Demi Allah aku tidak menemukan sesuatu untuk mengikatnya selain ikat pinggangku ini (selendang).’ Abu Bakr berkata:’ Sobeklah ia menjadi dua bagian, lalu ikatlah makanan untuk bekal tersebut dengan satu bagian, dan satu bagian lagi untuk mengikat tempat minum.’ Lalu akupun melakukannya, dan oleh sebab itu aku dijuluki Dzatu Nithaqain (yang memiliki dua ikat pinggang/selendang).” (al-Bukhari Kitab al-Jihad)

Dan imam al-Bukhari rahimahullah memberikan bab untuk hadits ini dengan judul:

بَابُ حَمْلِ الزَّادِ فِي الْغَزْوِ

“Bab Membawa Perbekalan Dalam Peperangan.”

Dan di dalam riwayatnya tentang hadits Hijrah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata:

فَجَهَّزْنَاهُمَا أَحَثَّ الْجِهَازِ وَصَنَعْنَا لَهُمَا سُفْرَةً فِي جِرَابٍ فَقَطَعَتْ أَسْمَاءُ بِنْتُ أَبِي بَكْرٍ قِطْعَةً مِنْ نِطَاقِهَا فَرَبَطَتْ بِهِ عَلَى فَمِ الْجِرَابِ فَبِذَلِكَ سُمِّيَتْ ذَاتَ النِّطَاقَيْنِ قَالَتْ ثُمَّ لَحِقَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ بِغَارٍ فِي جَبَلِ ثَوْرٍ

” Maka kami pun (‘Aisyah dan Asma’) mempersiapkan perbekalan safar keduanya dengan persiapan yang singkat, kami buatkan untuk keduanya bekal (makanan) di dalam sebuah wadah. Lalu Asma’ Radhiyallahu ‘anha memotong secarik kain dari ikat pinggangnya, lalu dengannya ia mengikat mulut (ujung) wadah makanan tersebut. Maka dengan sebab itu ia dijuluki Dzatu Nithaqain.” Dia (‘Asiyah radhiyallahu ‘anha) berkata:” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakr menuju Gua di gunung Tsur…” (HR. Al-Bukhari, Kitab Manaqib al-Anshar Bab Hijratun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wa Ashaabihi ilal Madinah)

Adapun makanan mereka berdua (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu) di dalam gua Tsur selama tiga hari keduanya tinggal di dalamnya, maka yang nampak adalah berasal dari bekal yang disiapkan di rumah Abi Bakr radhiyallahu ‘anhu, dan apa yang dibawa oleh ‘Amir bin Fuhairah radhiyallahu ‘anhu untuk keduanya.

Dan di dalam riwayat al-Bukhari yang telah berlalu penyebutannya disebutkan:

وَيَرْعَى عَلَيْهِمَا عَامِرُ بْنُ فُهَيْرَةَ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ مِنْحَةً مِنْ غَنَمٍ فَيُرِيحُهَا عَلَيْهِمَا حِينَ تَذْهَبُ سَاعَةٌ مِنْ الْعِشَاءِ فَيَبِيتَانِ فِي رِسْلٍ وَهُوَ لَبَنُ مِنْحَتِهِمَا وَرَضِيفِهِمَا حَتَّى يَنْعِقَ بِهَا عَامِرُ بْنُ فُهَيْرَةَ بِغَلَسٍ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ تِلْكَ اللَّيَالِي الثَّلَاثِ

” Dan ‘Amir bin Fuhairah, budak yang dibebaskan oleh Abu Bakar menggembalakan kambing untuk diperah susunya dan diberikan kepada keduanya. Lalu memulangkan kambing-kambing tersebut ke kandangna sesaat setelah berlalu waktu ‘Isya’. Lalu keduanya bermalam dengan mengonsumsi susu segar, yaitu susu hasil perahan kambing dan yang sudah dipanskan (dengan dicelupi batu yang panas karena terik matahari), hingga Amir bin Fuhairah menggiring kambing-kambing tersebut untuk digembalakan kembali saat menjelang pagi. Dia melakukan ini pada setiap malam selama tiga malam persembunyian itu.”(HR. Al-Bukhari)

Al-Hafizh (Ibnu Hajar) rahimahullah berkata dalam Syarh hadits ini:” Kata فِي رِسْلٍ maknanya adalah susu segar. Sabda beliau وَرَضِيفِهِمَا dengan wazn (pola) رغيف yaitu susu yang dipanaskan, yaitu yang dimasukkan di dalamnyabatu yang dipanaskan dengan sinar matahari, atau dengan api supaya matang dan buihnya hilang.” (Fathul Bari 7/237)

(Sumber:ما شاع ولم يثبت في السيرة النبوية hal 78-79. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)