Nama dan nasabnya 

Beliau adalah Yazid bin harun bin Zadzi; ada pendapat mengatakan Zadzi adalah Zadzan bin Tsabit As-Sulami Al-Wasithi. Kakek beliau yaitu Zadzan adalah budak Ummu Ashim, yaitu istri dari Uthbah bin Farqad, yang akhirnya ia merdekakan. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kakek beliau berasal dari daerah Bukhara.

Kelahirannya

Imam Adzahabi berkata: “Beliau dilahirkan pada tahun 118 H”.

Sanjungan para ulama terhadapnya

Imam Adz-Dzahabi berkata tentangnya: “Beliau adalah pemimpin dalam bidang ilmu, dan amal, terpercaya, hujjah yang besar (bagi umat ini)”.

Diriwayatkan dari Ibnu Ziyad berkata: “Aku mendengar, ditanyakan kepada Aba Abdillah: “Apakah Yazid bin Harun bagimu seorang yang faqih?, maka iapun menjawab: “Ya, tidak ada orang yang lebih cerdas, lebih pandai dan lebih paham darinya.”, kemudian ditanyakan kepada beliau: “Ibnu ‘Ulaiyah?”, beliau menjawab: “Ia juga seorang yang faqih, akan tetapi aku tidak mengetahui kabarnya seperti kabar Yazid, yang mana orang-orang telah sepakat bahwa ia adalah orang yang rajin shalat, Hafidz, seorang yang mutqin dalam hadits, berpikiran tajam dan bermajhab yang baik”.

Berkata Ibnu Abi Hatim: “Aku bertanya kepada bapakku tentang Yazid bin Harun”, beliau menjawab: “Dia adalah seorang imam yang dipercaya, hadits yang ia riwayatkan diterima, dan tidak perlu menanyakan yang semisalnya”.

Husyaim berkata tentangnya: “Tidak ada di dalam dua kota ini semisal Yazid bin Harun”.

Hafalannya

Ali bin Madini berkata: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih hafal dari pada Yazid bin Harun”.

Yahya bin Yahya bin At-Tamimi berkata: “Dia lebih hafal dari Waqi’”.

Imam Aghmad bin Hambal berkata: “Yazid adalah seorang yang hafal lagi kuat hafalannya”.

Ziad bin Ayub berkata: “Tidaklah aku melihat satu kitab yang dimiliki Yazid, ataupun hadits, kecuali ia menghafalnya”.

Ibadahnya

Diriwayatkan dari Ahmad bin Sinan, dia berkata: “Aku belum pernah melihat seorang yang berilmu yang lebih baik shalatnya dari Yazid bin Harun, yang mana ia berdiri (dalam melakukan shalat) seperti tiang, dia shalat diantara shalat dhuhur dan ashar dan diantara magrib dan isya’, dia tidak pernah ketinggalan dalam melakukan shalat malam dan siang, dia dan Husyaim terkenal dalam memperpanjang shalat malam dan shalat di siang hari”.

Diriwayatkan dari ‘Ashim bin Ali, dia berkata: “Pernah Aku dan Yazid bin Harun berada di (rumah) Qois Ibnu Rabi’, tepatnya pada tahun 161 H, aku mendapati Yazid jika ia shalat di sepertiga malam yang pertama, maka ia terus berdiri sampai ia melaksanakan shalat subuh dengan wudhu (yang ia lakukan di waktu melaksanakan shalat malamnya) , ini ia lakukan lebih dari empat puluh tahun. Adapun Qais, (aku mendapatinya) bangun dari tidur kemudian shalat, dan tidur kembali, lalu bangun melaksanakan shalat dan tidur kembali, dan adapun aku shalat empat raka-at kemudian aku tidur ”.

Ya’Qub bin Syaibah berkata: “Yazid bin Harun termasuk ulama yang melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar”.

Keteguhannya dalam mengikuti sunnah

Diriwayatkan dari Yahya bin Aktsam ia berkata: (Khalifah) Ma’mun berkata kepada kami: “Seandainya tidak disebabkan kedudukan Yazid bin Harun, maka sungguh aku telah terang-terang mengatakan Al-Qur an adalah makluk”. Maka dikatakan kepadanya : “Siapa Yazid sehingga ia ditakuti?”, ia menjawab: “Bagaimana kalian ini, aku menyetujui (pendapatnya), bukan dikarenakan ia mempunyai kekuasaan, akan tetapi yang aku takukan jika aku mengatakan Al-Qur an itu makluk kemudian ia mendebatku, ini menyebabkan manusia berselisih paham, dan terjadi fitnah”.

Diriwayatkan dari Syadzin bin Yahya, ia mendengar Yazid bin Harun berkata: “Barangsiapa yang mengatakan Al-Qur an adalah mahluk, maka ia adalah Dzindiq”.

Imam Adz-Dzahabi berkata: “Yazid bin Harun adalah pemimpin dalam mempertahankan sunnah, yang mana ia memusuhi Jahmiyah, dan mengingkari takwil mereka dalam masalah istiwa”.

Diriwayatkan dari Abdul Wahab bin Hakim, ia berkata: “Bahwa Ma’mun bertanya tentang kondisi Yazid bin Harun, dan berkata: “Selagi ia belum mati, maka belum tiba saatnya menyebarkan pemikiranku hingga Yazid bin harun itu mati”.

Satu dari sekian kisah beliau

Diriwayatkan dari Khalaf bin Salim, ia berkata: “Kami berada di majlis Yazid bin Harun, dia bergurau dengan sebagian muridnya, maka berdehemlah Ahmad bin Hambal, maka iapun bertanya: “Siapa yang berdehem tadi?”, maka dikatakan kepadanya: “Ahmad bin Hambal”, lalu iapun memukul dahinya, dan berkata: “Kenapa kalian tidak memberitahukan aku bahwa di sini ada Ahmad bin Hambal, sehingga aku tidak akan bergurau”.

Guru-gurunya.

Beliau mempunyai banyak guru, diantara guru beliau sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Khatib:

1. Yahya bin Harun bin Said Al-Anshari

2. Sulaiman At-Taimi

3. Ashim al-Ahwal

4. Humaid At-Thawil

5. Daud bin Abi Hind

6. Abdullah bin Abi ‘Aun

7. Husain Al-Mu’alim

8. Hajjad bin Abi Zainab

9. ‘Auwam bin Hausyab

10. Hajjad bin Arthah, dan selain mereka masih banyak.

Murid-muridnya. 

Banyak para ulama yang berguru kepada beliau, diantara sebagaimana dikatakan oleh Al-Khatib:

1. Ahmad bin Hambal

2. Ali bin Al-Madini

3. Abu Khaitsamah

4. Abu Bakr bin Abi Syaibah

5. Khalaf bin Muslim

6. Ahmad bin Mani’Ahmad bin Abdirrahman Sha’iqah.

7. Ya’qub Ad-Dauraqi

8. Muhammad bin Hisanul azraq

9. Hasan bin Shabah

10. Al-Bazzar, selain mereka.

Wafat beliau.

Muhammad bin Sa’id berkata: “Yazid bin Ma’mun wafat pada masa pemerintahan Ma’mun, yang mana ia berusia 89 atau 88 tahun lebih beberapa bulan, yaitu pada tahun 206 H”.

Ya’qub bin Syaibah: “Yazid wafat di daerah Washit, pada bulan Rabiul akhir tahun 206”.

Diriwayatkan dari Abi Rafi’ Ibnu Binti Yazid Ibni Harun, ia berkata: “Aku pernah bersama Ahmad bin Hambal, yang mana bersamanya ada dua orang Syaikh. Berkata salah satu dari keduaya: “Ya Aba Abdillah (Imam Ahmad), aku melihat Yazid bin Harun di dalam mimpiku, lalu aku katakan kepadanya, apa yang dilakukan Allah kepadamu?”, ia menjawab: “Allah telah mengampuniku, dan memberikan syafa’at kepadaku, kemudian ia mencelaku”. Akupun berkata: “Allah mengampunimu dan memberikan syafa’at kepadamu aku memahaminya, namun pada hal apakah Allah mencelamu?” dia menjawab: “Allah berfirman kepadaku: “Ya Yazid, kenapa engkau meriwayatkan hadits dari Jarir bin Utsman?”, akupun menjawab: “Wahai Rabbku, tidaklah yang aku ketahui darinya kecuali kebaikan”, Ia berkata: “Ya Yazid, sesungguhnya ia membenci Bapak Al-Hasan Ali bin Abi Thalib”.

Syaikh yang lain berkata: “Aku melihat Yazid bin Harun Di dalam mimpiku, maka akupun katakan kepadanya: “Apakah telah datang kepadamu Mungkar dan Nakir?”, maka ia menjawab: “Ya demi Allah mereka telah datang dan menanyaiku: “Siapa Tuhanmu dan apa agamamu?”, aku menjawab: “Seperti inikah soal yang kalian ajukan?, sungguh aku telah mengajarkan manusia tentang masalah ini di kehidupan dunia”. Mereka bedua menjawab: “Engkau benar, maka tidurlah seperti penganti baru”.

[Sumber: Min A’lami Salaf pdf, hal. 149-158, Syaikh Ahmad Farid. Lihat http://uqu.edu.sa/files2/tiny_mce/plugins/filemanager/files/4290561/43/ddd85.pdf]

.