zinaKita berada di suatu zaman yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai salah satu tanda dari tanda-tanda datangnya hari Kiamat. zaman itu sfslsh adalah zaman tersebarnya zina, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

“مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَظْهَرَ الْجَهْلُ، وَيَقِلَّ الْعِلْمُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا، وَتُشْرَبَ الْخَمْرُ” رواه البخاري.

” Di antara tanda-tanda kiamat ialah kebodohan menjadi dominan, ilmu berkurang, zina dilakukan terang-terangan dan diminumnya minuman keras (seolah-olah ia minuman biasa).” (HR. Bukhari).

Buruknya Zina Dan Hukumannya

Zina adalah perbuatan yang keji dan buruk. Ia merusak kehidupan dunia dan agama seseorang, mematikan rasa malu, mencoreng kehormatan, menyeret pelakunya ke segala jenis keburukan dan diakhiri dengan kekejian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً) [الإسراء:32].

” Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32)

Pada ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang hal-hal yang menjadi penyebab-penyebab zina dengan firman-Nya:

(وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى)

” Dan janganlah kamu mendekati zina….” (QS. Al-Israa’: 32)

Dan menjelaskan hakekatnya (zina) secara singkat dan padat dengan firman-Nya:

(إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً )

” ….Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. …” (QS. Al-Israa’: 32)

Serta memperingatkan dari akibatnya yang membinasakan dengan forman-Nya:

(وَسَاء سَبِيلاً المنذر؟!.

” …. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32)

Maka bagaimana mungkin seorang yang berakal rela mengotori dirinya dengan noda perbuatan keji ini setelah dia mendengar penjelasan dan peringatan Rabbani ini?

Perbuatan keji zina mengundang kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan menyebabkan adzab-Nya. dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha – da;a, hadits yang panjang- beliau radhiyallahu ‘anha berkata:

خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-، فقال: “يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ! وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَر مِنَ اللَّهِ أَنْ يَزْنِىَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ! يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ! وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا، وَلَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً! أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ؟” متفق عليه.

” Dahulu terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam –setelah shalat gerhana- bersabda:“ Wahai ummat Muhammad! Demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dibandingkan Allah saat hamba (budak) laki-lakinya atau hamba perempuannya berzina. Wahai ummat Muhammad! Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa! Ketahuilah sudahkan aku menyampaikannya?!”

Dan dari Samurah bin Jundab radhiyallahu ‘anhu berkata dalam hadits yang panjang, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“إِنَّهُ أتاني اللَّيْلَةَ آتِيَانِ، وَإِنَّهُمَا ابْتَعَثَانِى، وَإِنَّهُمَا قَالاَ لِي انْطَلِقْ. وَإِنِّي انْطَلَقْتُ مَعَهُمَا، ..-إلى أَنْ قَالَ- فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى مِثْلِ الَّتنُّوْرِ، قَالَ : وَأَحْسِبُ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ : فَإِذَا فِيْهِ لَغَطٌ وَأَصْوَاتٌ. قَالَ: فَاطَّـلَعْـنَا فِيْهِ، فَإِذَا فِيْهِ رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ، وَإِذَا هُمْ يَأْتِيْهِمْ لَهَبٌ مِنْ أَسْفَلَ مِنْهُمْ، فَإِذَا أَتَاهُمْ ذَلِكَ اللَّهَبُ ضَوْضَوْا. قَالَ: قُلْتُ لَهُمَا : مَا هَؤُلاَءِ ؟ قَالَ : قَالاَ لِي : اِنْطَلِقْ اِنْطَلِقْ

” Sesungguhnya semalam datang kepadaku dua malaikat. (Dalam mimpi) keduanya membangunkanku. Lalu keduanya berkata kepadaku:”Berangkatlah!” Lalu aku berangkat bersama keduanya.”…sampai sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:” Lalu kami berangkat lagi. Lalu kami mendatangi sesuatu yang (bentuknya) seperti tungku pembakaran.” (Perawi berkata: Saya kira bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:” Ternyata di dalamnya ada hiruk pikuk teriakan dan suara-suara.”). Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“ Maka kami melihat ke dalamnya. Ternyata di dalamnya ada kaum laki-laki dan kaum perempuan yang semuanya bertelanjang bulat. Tiba-tiba mereka diterpa jilatan api yang datang dari sebelah bawah mereka. Ketika jilatan api itu datang menerpa, mereka berteriak-teriak.” Aku berkata kepada keduanya:” Siapa mereka.” Keduanya berkata kepadaku:” Pergilah, pergilah!.” hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَأَمَّا الِّرجَاُل وَالنِّسَاءُ الْعُرَاةُ الَّذِيْنَ فِى مِثْلِ الَّتنُّوْرِ فَهُمُ الزُّنَاةُ وَالزَّوَانِي.” رواه البخاري.

” Dan adapun para lelaki dan para kaum wanita yang sama-sama telanjang bulat di suatu tempat yang mirip tungku pembakaran adalah para pezina.(HR. al-Bukhari)

Dan di antara dalil yang menunjukkan betapa buruknya perbuatan maksiat ini adalah bahwa ia digandengkan dengan dosa murtad dan membunuh. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“لا يَحِلُّ دَمُ امرِئٍ مُسلِمٍ إلاَّ بِإحْدَى ثَلاثٍ: الثَّيِّبُ الزَّانِي، والنَّفسُ بالنَّفسِ، والتَّارِكُ لِدينِهِ المُفارِقُ لِلجماعَةِ”

” Tidak halal (ditumpahkan) darah seorang muslim melainkan karena salah satu dari tiga sebab; Orang tua (muhshon/pernah menikah) yang berzina, jiwa dengan jiwa (qishash/hukum bunuh bagi pembunuh), dan orang yang meninggalkan agama yang memisahkan diri dari kelompoknya (maksudnya murtad dari Islam).” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Maka –wahai hamba Allah- masalah ini adalah masalah yang berbahaya. Dan telah datang hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“لاَ يَزْنِى الزَّانِى حِينَ يَزْنِى وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَالتَّوْبَةُ مَعْرُوضَةٌ بَعْدُ”

” Tidaklah berzina seorang pezina ketika dia melakukan zina sedangkan dia dalam keadaan beriman (iman yang sempurna), tidaklah mencuri ketika mencuri sedangkan dia dalam keadaan beriman, dan tidaklah meminum khomr (minuman keras) sedangkan dia dalam keadaan beriman. Dan taubat terbuka (bagi pelakunya) setelah itu.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Dan kejahatan zina yang dilakukan oleh orang yang sudah tua lebih buruk dan jelek dibandingkan yang dilakukan oleh anak muda (walaupun keduanya sama-sama buruk). Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمَ، وَلاَ يُزَكِّيهِمْ، وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ” رواه أحمد ومسلم.

” Tiga (golongan manusia) yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada Hari Kiamat, tidak dilihat oleh-Nya (dengan pandangan kasih I), tidak disucikan oleh-Nya dan bagi mereka siksa yang pedih, yaitu; Laki-laki tua yang berzina, Raja yang suka berbohong dan orang miskin yang berlagak sombong.” (Hadits riwayat Ahmad dan Muslim)

Dan berzina akan lebih besar lagi dosa dan hukumannya jika dilakukan dengan tetangganya. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:” Aku bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ! أَىُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: “أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهْوَ خَلَقَكَ”. قُلْتُ: ثُمَّ أَيّ؟ قَالَ: “أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ مِنْ أَجْلِ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ”، قُلْتُ: ثُمَّ أَيّ؟ قَالَ: أَنْ تُزَانِىَ حَلِيلَةَ جَارِكَ” رواه البخاري ومسلم.

” Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam! Dosa apa yang paling besar?” Beliau menjawab:” Engkau menjadikan sekutu bagi Allah (berbuat syirik), padahal Dialah yg menciptakanmu.” Aku berkata:” Kemudian apa lagi?” Beliau bersabda:” Engkau membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu.” Aku bertanya lagi:” Kemudian apa lagi?” Beliau bersabda:” Engkau berzina dengan isteri tetanggamu.”

Dari Shahabat al-Miqdad bin al-Aswad radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada para Shahabatnya radhiyallahu ‘anhum:

“مَا تَقُولُونَ فِى الزِّنَا؟” قَالُوا: حَرَّمَهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ فَهُوَ حَرَامٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- لأَصْحَابِهِ: “لِأَنْ يَزْنِىَ الرَّجُلُ بِعَشْرِ نِسْوَةٍ أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَزْنِىَ بِامْرَأَةِ جَارِهِ”. قَالَ: فَقَالَ: “مَا تَقُولُونَ فِى السَّرِقَةِ؟”. قَالُوا: حَرَّمَهَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ فَهِىَ حَرَامٌ. قَالَ: “لأَنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْرِقَ مِنْ جَارِهِ” رواه أحمد. والزنا بالمحارم أقبح من ذلك. “

” Apa yang kalian katakan pada masalah zina?” Mereka menjawab:“ Ia telah diharamkan oleh Allah dan rasul-Nya, maka ia haram sampai hari kiamat.” Maka Rasulullah bersabda kepada para Shahabatnya:“Sungguh, seseorang berzina dengan sepuluh perempuan, adalah lebih ringan (dosanya) daripada ia berzina (sekali) dengan istri tetangganya.” (HR. Ahmad rahimahullah)

Itulah beberapa dalil tentang buruknya zina dan hukumannya.

Sebab-sebab Yang Menjerumuskan Kepada Perbuatan Zina

Di antara sebab-sebab yang menjerumuskan pada perbuatan zina adalah sebagai berikut:

1. Bersolek dan keluarnya wanita dari rumah serta sikap menyepelekan terhadap hijab (jilbab) yang syar’i. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى) [الأحزاب:33]

” Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu …” (QS. Al-Ahzaab: 33)

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat di atas melarang mereka (kaum perempuan) bersolek sebagaiman berseoleknya para perempuan di zaman jahiliyah dahulu,yaitu sikap membuka perhiasan dan keindahan tubuhnya seperi kepala, wajah, leher, dada, lengan, betis dan anggota badan lain yang menjadi keindagan bagi wanita. Hal itu karena di dalamnya (bersolek dan yang lainnya) terdapat kerusakan yang besar, fitnah yang besar, dan menggerakan hati para kaum pria untuk melakukan hal-hal y ang menjadi sebab-sebab zina. Dan masuk ke dalam kategori bersolek adalah jalan yang dibuat berlenggak-lenggok, bergaya dan tebar pesona yang dilakukan oleh sebagian perempuan yang sedikit rasa malunya atau bahkan telah hilang rasa malu pada dirinya.

2. Di antara penyebab zina adalah seorang wanita yang melemahlembutkan suaranya, karena hal itu bisa membuka pintu-pintu fitnah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

( يَانِسَاءَ النَّبِىِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مّنَ النّسَاء إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ) [32].

” Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya…”(QS: Al-Ahzab Ayat: 32)

Ini adalah larangan bagi isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari berkata-kata lembut dan halus, agar orang-orang yang dalam hatinya ada syahwat tidak memiliki niatan buruk. Kalau mereka saja dilarang berbicara lemah lembut, padahal mereka adalah wanita-wanita suci, jauh dari hal-hal yang mengarah kepada zina, maka bagaimana dengan sebagian besar wanita di zaman ini, yang mana mereka sudah kehilangan rasa malu?!

3. Di antara sebab zina adalah berkhalwat (berdua-duan) dengan orang asing (bukan mahram), safarnya seorang perempuan tanpa mahram. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ”. فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! امْرَأَتِي خَرَجَتْ حَاجَّةً وَاكْتُتِبْتُ فِى غَزْوَةِ كَذَا وَكَذَا. قَالَ: “ارْجِعْ فَحُجَّ مَعَ امْرَأَتِكَ” أخرجه البخاري ومسلم.

” Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita (di tempat sepi) kecuali bersama mahramnya. Lalu seorang laki-laki bangkit seraya berkata:” Wahai Rasulullah, isteriku berangkat hendak menunaikan haji sementara aku diwajibkan untuk mengikuti perang ini dan ini.” Beliau bersabda:” (kalau begitu) Pulanglah kamu dan tunaikanlah haji bersama isterimu.” [HR Al-Bukhari dalam Al-Jihad (3006), Muslim dalam Al-Hajj (1341)]

Ibnu Hajar rahimahullah berkata:” Di dalamnya ada larangan khalwat (berdua-duaan) dengan wanita yang bukan mahram, dan ini adalah ijma’.” (Fathul Bari 4/92)

4. Di antara sebab zina adalah memandang wanita dan gambar-gambar atau foto-foto mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ * وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ) [النور:30-31]

” Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” Katakanlah kepada wanita yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, …” (QS. An-Nuur: 30-31)

Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan perintah untuk menundukkan pandangan sebelum memerintahkan untuk menjaga kemaluan. Karena pandangan adalah perantara menunju zina dan penyebab kekejian.

5. Di antara sebab zina adalah ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan perempuan) di pasar-pasar, tempat kerja, sekolah, pesta, dan event-event yang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang ikhtilath di masjdi-masjid padahal ia adalah tempat yang paling dicintai Allah, dan juga ketika shalat padahal ia adalah tiang Islam. Maka tentunya selain itu lebih dilarang lagi. Di antara hal itu adalah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا” أخرجه مسلم.

“Sebaik-baik shaf lelaki adalah shaf yang awal dan sejelek-jelek shaf lelaki adalah yang akhirnya. Sebaik-baik shaf wanita adalah shaf yang terakhir dan sejelek-jelek shaf wanita adalah yang paling awal.” (HR. Muslim)

Dan masih banyak lagi penyebab-penyebab zina yang lain.

(Sumber: جريمة الزنا وشناعة عواقبها karya ‘Aidh bin Nahidh al-Ghamidi. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)