Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ . لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.” (al-Mukminun: 99-100)

Muhammad bin al-Husain رَحِمَهُ اللهُ berkata,

“Aku pernah masuk menemui Muhammad bin Muqatil, lalu aku katakan kepada beliau, ‘Nasihatilah aku!’. Maka, beliau pun berkata,

‘Beramallah!, karena sesungguhnya jika engkau telah mati, engkau tidak akan kembali selama-lamanya.
Dan lihatlah oleh mu orang-orang yang telah pergi (meninggalkan kehidupan dunia ini), apakah mereka dapat kembali?.

Hari-hari kita telah pergi namun penuh dengan permainan sedangkan dosa-dosa terus saja bertambah (banyak). Dimanakah para kekasih kita dan suka cita mereka?
Padahal mereka telah menampakkan hari-hari yang penuh gembira dalam kehidupan mereka.'”

(Bardu al-Akbad ‘Inda Faqdi al-Aulad, hal. 68)