Al-SofwaMUKADIMAH

Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla, kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya dan memohon ampunan-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan nafsu kita dan dari keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada satupun yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka tiada satupun yang bisa menunjukinya. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sendiri, tiada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

LATAR BELAKANG

Yayasan Al-Sofwa, sebuah lembaga yang komitmen terhadap ilmu dan dakwah berdasarkan aqidah ahlussunnah wal jama’ah dan manhaj (jalan) para Salaf Shalih (pendahulu ummat yang baik) -semoga Allah meridhai mereka- , berdiri pada tanggal 1 Jumadats Tsaniyah 1413 H / 25 Nopember 1992 M melalui Akte Notaris Anis Husin Abdat, SH. No. 46/1992 dan tercatat di Pengadilan Negeri Jakarta Timur No. 21/14 Januari 1993.

Keadaan kaum muslimin di Indonesia yang masih banyak terpuruk ke dalam kesyirikan, bid’ah, khurafat dan amalan lain yang menyelisihi ajaran Islam serta terpuruk ke dalam kemiskinan melatarbelakangi berdirinya Yayasan Al-Sofwa. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, Yayasan Al-Sofwa turut bertanggung jawab untuk membantu mencerdaskan bangsa, memperbaiki aqidah dan akhlak masyarakat serta berusaha mengentaskan mereka dari keterpurukan yang dialami.

TUJUAN

Yayasan ini bermaksud dan bertujuan merealisasikan pembangunan dan saling tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa, guna mencapai kehidupan lahir dan bathin yang layak bagi manusia terutama masyarakat Islam di dalam arti yang seluas-luasnya untuk meraih Ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Yayasan Al-Sofwa mengelola secara maksimal beragam sumber daya bagi kepentingan dakwah, pendidikan dan sosial, antara lain melalui : penyebaran ilmu dan pengetahuan Islam, riset ilmiah, pemberdayaan potensi lembaga pendidikan dan SDM pendidik serta kegiatan sosial.
Agar berbagai kegiatan tersebut berjalan lancar dan baik, Yayasan membentuk tiga departemen dan satu divisi, yaitu:

1. Departemen Da’wah.
2. Departemen Pendidikan.
3. Departemen Sosial.
4. Litbang dan Informasi.

ASAS DAN PRINSIP

Yayasan Al-Sofwa berasaskan Islam, beraqidah ahlussunnah wal jama’ah dengan mengikuti pemahaman para salaful ummah, dan berpendapat bahwa mereka adalah golongan yang paling mengerti dan memahami Islam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersaksi terhadap hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits Imran bin Hushain radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik generasi adalah generasiku, disusul generasi setelahnya, disusul oleh generasi setelahnya.” Imran radhiallahu ‘anhu berkata,”Saya tidak tahu pasti, beliau menyebutkan dua generasi berikutnya -setelah generasinya- atau tiga generasi berikutnya.” (Lanjutan hadits) “Kemudian setelah itu muncul segolongan kaum yang bersaksi tanpa diminta kesaksiannya, berkhianat dan tidak bisa dipercaya, bernadzar dan tidak menunaikannya, dan tubuh-tubuh mereka terlihat banyak dagingnya (gemuk, makan melebihi batas).” (HR. Al-Bukhari, kitab keutamaan para shahabat).

Berdasarkan hal tersebut, Yayasan Al-Sofwa membenci fanatisme hizbiyah (kelompok dan golongan) yang menyelisihi para salaful ummah dan membuat kaum muslimin terpecah-belah menjadi beberapa golongan. Berdalih dengan pembaharuan dan perkembangan zaman, mereka meninggalkan manhaj salaful ummah sehingga niat mereka menjadi rusak. Hawa nafsu telah memasuki diri mereka dan wala’ (loyalitas) kepada Allah telah berubah menjadi wala’ kepada fanatisme golongannya.

Hal di atas terjadi tidak lain karena semangat kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah semata-mata didasarkan atas persepsi mereka sendiri. Padahal Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan berpegang teguhlah (kalian semua) kepada tali Allah dan janganlah bercerai-berai.” (Ali Imran: 103).

Dan beberapa hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seperti yang diriwayatkan oleh Irbadh bin Sariyah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat bersama kami, kemudian beliau menghadapi kami dan memberikan kepada kami wejangan yang sangat jelas, yang membuat airmata berlinang dan menggetarkan hati.” Kemudian salah seorang berkata,”Wahai Rasulullah, seakan-akan wejangan ini adalah wejangan perpisahan. Apakah yang engkau wasiatkan kepada kami?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Saya wasiatkan kepada kalian semua, agar senantiasa bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mendengar dan mentaati, meski kepada seorang budak hitam Habasyi. Sesungguhnya siapa yang hidup pada zaman setelah aku, ia akan melihat banyak perpecahan, maka hendaklah kalian senantiasa memegang teguh sunnahku dan sunnah para Kulafa’ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah dengan teguh dan gigitlah dengan gerahammu. Hendaklah kalian menghindari hal-hal baru (dalam agama), karena setiap hal yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab As-Sunnah dan dishahihkan oleh Al-Albani). Dan banyak lagi nash-nash lain yang masyhur di kalangan orang yang paham dan berilmu.

Di dalam memahami nash-nash yang sukar dimengerti atau permasalahan yang tidak ada nashnya, Yayasan merujuk kepada para ulama besar ahlussunnah wal jama’ah yang telah disaksikan kepiawaian dalam keilmuan dan tingkat ketakwaan, berdasarkan kitab-kitab mereka, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam As-Syafi’i, Imam ahli hadits Ahmad bin Hambal, Syaikh Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu Qayyim -semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmati mereka semua- dan yang lainnya dari para ulama salaf. Juga kepada para ulama umat ini yang masih hidup, yang terkenal ketakwaannya dan kebijaksanaannya di dalam menyikapi berbagai permasalahan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, artinya, “…… maka bertanyalah engkau kepada ahli dzikir (ulama) jika engkau tidak mengetahui.” (QS. An Nahl : 43).

Yayasan tidak fanatik kepada salah satu ulama atau meninggalkan yang lain, pun tidak berpendapat ada seseorang yang ma’shum (terbebas dari kesalahan) kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sikap fanatik dan membatasi diri pada seseorang akan menjerumuskan Yayasan ke dalam kesesatan sebagaimana keadaan ahlul bid’ah dan hizbiyah; bilamana orang yang diikuti tersebut secara sengaja atau tidak sengaja terjerumus ke dalam kelalaian dan kesesatan, maka pengikutnya juga akan tersesat.

Dengan demikian Yayasan memanfaatkan ilmu dari semua ulama ahlussunnah wal jama’ah yang telah disaksikan tingkat keilmuannya, derajat ketakwaannya, kebijaksanaannya dan tingkat ittiba’ (mencontoh) mereka kepada para salaful ummah.

MANHAJ YAYASAN DALAM DA\’WAH DAN PENDIDIKAN

Yayasan senantiasa mengutamakan ilmu dan nasehat di dalam dakwahnya dan menempuh cara-cara yang baik serta menjauhi segala bentuk anarkhisme di dalam menyeru kepada kebenaran.

Yayasan menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku, buletin dan booklet karangan ulama yang telah dipersaksikan di dalam langkahnya sesuai dengan aqidah ahlussunnah wal jama’ah dan manhaj salaf, yang merupakan bukti yang tak terbantahkan tentang keteguhan dan kecintaan terhadap apa yang dilakukan oleh para salaful ummah. Yayasan mengakui di dalam terbitan-terbitannya – kecuali kitab Rabb semesta alam, Al-Qur’anul Karim – tentunya tidak lepas dari kesalahan dan kekuranga, namun demikian, Yayasan senantiasa berusaha untuk menghasilkan terbitan terbaik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Yayasan menyelenggarakan daurah tauhid syar’iyyah (diklat pengetahuan keislaman) untuk para pengajar ilmu tauhid di berbagai pesantren dan lembaga-lembaga yang berkeinginan untuk menjadikan kitab tauhid sebagai kurikulum di lembaga tersebut. Hingga sekarang, alhamdulillah, Yayasan telah mengadakan daurah tauhid syar’iyyah di berbagai tempat dan telah membuahkan hasil yang luar biasa, di antaranya bahwa sebagian dari peserta daurah menjadikan kitab tauhid yang dipelajari dalam daurah sebagai kitab materi utama di berbagai lembaga-lembaga tersebut sementara sebagian lainnya menjadikannya sebagai kitab pegangan pembantu.

Agar ilmu-ilmu Islam tersebar luas dan menjangkau segenap lapisan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan, Yayasan menyelenggarakan program Kajian Islam Terbuka (KIT) melalui pos dan internet. Hingga saat ini jumlah peserta kajian lebih dari dua ribu, dari berbagai tingkat umur dan pekerjaan. Petunjuk pelaksanaan KIT dikemas ringkas dan jelas sehingga memudahkan bagi siapa saja yang ingin ikut serta dan mempelajarinya.

Yayasan membawahi pondok pesantren Imam Asy-Syafi’i di Cilacap, yang pintunya senantiasa terbuka bagi setiap muslim yang ingin mencari ilmu dan mengajarkannya, dari berbagai warisan para ulama salaf. Program-program serta kurikulumnya bisa didapat dengan mudah dan terbuka untuk diketahui bagi setiap orang yang ingin mempelajarinya dan memanfaatkannya.

Yayasan tidak ingin melaksanakan program dakwah ini sendirian (single-fighter), akan tetapi senantiasa mengajak yayasan-yayasan dan lembaga-lembaga lain untuk bekerja sama di dalam dakwah dan pendidikan. Yayasan senantiasa menelaah berbagai kebutuhan yayasan-yayasan dan lembaga-lembaga lain serta berusaha sekuat kemampuan untuk turut membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dan turut mengatasi kendala yang menghalanginya.

Usaha lain yang dilakukan Yayasan adalah menyelenggarakan pelatihan bidang komputer, bahasa Arab, akuntansi dan administrasi bagi pengurus lembaga dan yayasan Islam, karyawan, pelajar, remaja masjid dan masyarakat umum. Hal ini karena Yayasan menganggap semua kaum muslimin yang berkiprah di dalam lapangan dakwah dengan aqidah ahlussunnah wal jama’ah adalah satu garis, satu tujuan dan satu keinginan yang sama. Ke depan, insya Allah, Yayasan akan berusaha mendirikan dan mengelola pusat-pusat pendidikan seperti: Sekolah Dasar Islam Unggulan, Balai Latihan dan sebagainya. Dengan demikian akan tampak nyata realisasi dari firman Allah, artinya, ”…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” (QS. Al-Maaidah : 2).

MANHAJ YAYASAN DALAM BERHUBUNGAN DENGAN LEMBAGA-LEMBAGA DAN YAYASAN-YAYASAN ISLAM

Yayasan berpendapat bahwa menjalin hubungan baik dan kerjasama antara Yayasan dengan lembaga-lembaga dan yayasan-yayasan Islam lainnya di dalam lapangan dakwah Islam adalah sebuah keharusan yang mesti dijalani selama tidak keluar dari jalur Islam dengan bid’ah-bid’ah yang mengeluarkan dari keIslaman, atau selama tidak menyimpang di dalam masalah agama yang telah qath’i yang tidak menerima adanya ijtihad di dalamnya. Dengan demikian berwala’ (loyalitas) dan berbara’ (sikap berlepas diri) senantiasa terukur sesuai dengan tingkat kedekatan dan kejauhannya dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Yayasan bekerja sama dengan lembaga-lembaga atau yayasan-yayasan lain yang berjalan di atas dasar aqidah salaful ummah ahlussunnah wal jama’ah. Yayasan berusaha dengan kemampuan yang ada membantu menjalin kerjasama dengan mereka.

Sedangkan bagi yayasan-yayasan atau lembaga-lembaga yang melakukan suatu kelalaian, kesalahan atau mempunyai ijtihad yang salah, yang tidak membuat keluar dari keislaman, maka Yayasan menasehati mereka dengan tulisan maupun lisan, mendoakan mereka agar Allah subhanahu wa ta\’ala memberikan hidayah-Nya serta agar mereka segera kembali ke jalan yang benar. Yayasan menawarkan kepada mereka aqidah salaful ummah ahlussunnah wal jama’ah melalui berbagai program pendidikan dan dakwah yang ada, seperti materi-materi dirasah, pelatihan ilmiah dan sebagainya kepada para utusannya, agar kembali merujuk kepada kebenaran. Bila mereka menerima, maka hal itu sudah menjadi kewajiban mereka dan sesuai dengan apa yang diinginkan Yayasan.

Namun apabila mereka menolak dan enggan setelah dinasehati, maka Yayasan akan menghentikan hubungan kerjasama dengan mereka hingga mereka kembali kepada aqidah salaful ummah ahlussunnah wal jama’ah. Sedangkan sikap membuka aib dan mencela mereka bukanlah manhaj Yayasan karena tindakan tersebut bukan berasal dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan pula teladan dari para salaful ummah.

MANHAJ YAYASAN DALAM BERHUBUNGAN DENGAN ORANG-ORANG PEMERINTAHAN TERMASUK PENGAMBIL KEPUTUSAN DAN ULAMA YANG BERADA DI DALAMNYA.

Yayasan memperlakukan mereka berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala, artinya, “ Wahai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rosul dan ulil amri di antaramu. Maka jika terjadi perbedaan tentang sesuatu, maka kembalikanlah (selesaikanlah) tentang hal itu kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul-Nya (As Sunnah), jika engkau benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir…” (QS. An Nisaa’ : 59)

Dan berpegang dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits beliau yang diriwayatkan oleh Umar radhiyallohu anhu, ia berkata,”Hendaklah mendengar dan taat kepada seorang muslim, baik suka maupun tidak, selama tidak diperintahkan untuk berbuat maksiat. Apabila diperintahkan untuk berbuat kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan mentaatinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Yayasan menyikapi mereka berdasarkan dhahir (apa yang tampak), mendoakan mereka dan memperlakukan mereka berdasarkan nasehat, sebagaimana telah digariskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Agama adalah nasehat.” Para shahabat berkata, “Bagi siapa nasehat itu wahai Rasulullah ?” Beliau berkata, “Bagi Allah subhanahu wa ta’ala, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam.” (HR. An-Nasaa’i dalam kitab Al-Bai’ah dan dishahihkan oleh Al-Albani).

PENUTUP

Sebagai penutup, Yayasan senantiasa berusaha untuk berbuat yang benar dan menjauhi kesalahan. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang tidak membebani kita sekalian dengan perbuatan yang kita tidak mampu melaksanakannya. Allah berfirman,” Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah : 286)

Nabi Shalllallahu ‘alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Amr bin al ‘Ash radhiallahu ‘anhu bahwasanya ia mendengar beliau Shalllallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Jika seorang hakim memutuskan suatu perkara, dan ia berijtihad dan benar dalam keputusannya, maka baginya dua pahala, apabila ia memutuskan perkara dan berijtihad, namun ia salah dalam keputusannya, maka baginya satu pahala.\” (HR. Al-Bukhari dalam kitab Al’ I’tisham bil Kitab was Sunnah).

Yayasan senantiasa membuka pintu bagi setiap orang yang menginginkan kebaikan bagi umat Islam dan bagi para da’i serta senantiasa menasehati baik secara lisan maupun tulisan. Hanya Allah saja pemberi petunjuk ke jalan yang lurus. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan atas nabi kita Muhammad, keluarganya dan para shahabat seluruhnya.

an. Badan Pendiri Yayasan
Badan Pelaksana Yayasan