Nabi ﷺ bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah akan menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya.” (HR. Muslim)

Seyogyanya setiap muslim tahu akan agungnya kedudukan hari ini, dan hendaknya pula menyambutnya dengan baik dan bersiap diri untuk meraih besarnya apa yang dijanjikan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى pada hari ini. Bergegas melakukan ketaatan nan agung ini dengan bersungguh-sunggguh di dalam menyempurnakannya. Karena, hendaknya kita tahu bahwa manusia dalam pelaksanaan puasa mereka bertingkat-tingkat, sebagaimana pula dalam pelaksanaan shalat mereka, mereka bertingkat-tingkat dalam kesungguhan dan penyempurnaannya.

Sebagaimana keadaan mereka ketika melakukan berbagai bentuk ketaatan pada umumnya, mereka bertingkat-tingkat dalam hal kesungguhan dan penyempurnaannya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang yang berpuasa Asyura bersungguh-sungguh untuk menyempurnakan puasanya hingga pahala dan ganjarannya menjadi besar.

Sungguh telah datang di dalam hadis yang shahih bahwa Nabi kita ﷺ pernah ditanya tentang puasa dan amal ketaatan yang lainnya. Ditanyakan kepada beliau tentang puasa, ‘Siapakah orang-orang yang berpuasa yang akan mendapatkan pahala paling besar ?’ beliau menjawab,

أَكْثَرُهُمْ لِلَّهِ ذِكْرًا

“Siapa di antara mereka yang paling banyak mengingat Allah.”

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim bersemangat untuk berpuasa hari Asyura dan sehari sebelumnya, dan pada saat yang sama hendaknya pula bersemangat untuk menyempurnakan puasa tersebut, dan memperbanyak melakukan ketaatan dan dzikrullah (mengingat dan menyebut Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى).

Juga, bersemangat menjaga puasa tersebut dengan menjauhkan diri dari perkara-perkara yang akan dapat menciderainya atau mengurangi atau menyempitkan pahala dan ganjarannya. Sehingga, dengan hal tersebut ia benar-benar akan mendapatkan keuntungan berupa pahala hari nan agung ini dan ganjarannya yang berlimpah.

(Prof.Dr. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-Badr, ‘Yaumu ‘Asyura)