Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,

لَيْسَ الصِّيَامَ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ، وَجَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ

“Bukanlah puasa itu hanya dari makan dan minum saja, tetapi puasa itu juga dari laghwu (kesia-siaan) dan rafats. Karena itu, jika ada seseorang mencelamu dan bertindak bodoh terhadap dirimu, maka katakanlah (kepadanya) ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. al-Hakim)

Sesungguhnya termasuk karakter yang agung dan sifat yang mulia yang menunjukkan sempurnanya iman orang-orang yang berpuasa yang taat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dan kebaikan akhlak mereka adalah keselamatan hati dan lisan mereka terhadap saudara mereka orang-orang yang beriman.

Maka, tidak ada di dalam hati mereka rasa dendam atau dengki atau kebencian. Tidak pula ada pada lisan mereka gunjingan, atau adu domba, atau dusta, atau umpatan, atau fitnah. Bahkan, mereka hanya membawa rasa cinta, kebaikan, kasih sayang, kelembutan dan pemuliaan terhadap saudara-saudara mereka.

Tidaklah terlontar dari lisan-lisan mereka kecuali kata-kata yang bermanfaat dan perkataan-perkataan yang penuh faedah, serta doa-doa yang jujur.

(Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad, “Salamatu al-Qulub Wal Alsuni”)