Seorang sahaya wanita Malik bin Hisyam bin Hassan menuturkan, “Atha’ al-Azraq keluar menuju Jabban (tempat kosong) untuk mengerjakan shalat malam. Tiba-tiba pencuri mengha-dangnya, maka Atha’ berkata, ‘Ya Allah, selamatkanlah aku darinya.’ Kedua tangan dan kaki pencuri pun seolah menjadi beku, lalu ia menangis dan berteriak, ‘Demi Allah, aku tidak akan mengulanginya lagi selamanya.’ Kemudian Atha’ berdoa kepada Allah untuk melepaskannya. Setelah itu pencuri tersebut mengikutinya, lalu bertanya kepadanya, ‘Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah, siapakah engkau?’ Ia menjawab, ‘Aku Atha’.’ Pagi harinya, ia bertanya, ‘Apakah kalian mengenal se-orang shalih yang keluar tadi malam ke tanah lapang untuk shalat di sana?’ Mereka menjawab, ‘Ya, Atha’ as-Sulami.’ Ia lalu pergi kepada Atha’ as-Sulami, di rumah yang sudah rusak, untuk menemuinya. Ia berkata, ‘Aku datang kepadamu untuk bertau-bat dari perbuatanku demikian dan demikian, maka berdoa-lah kepada Allah untukku.’ Atha’ as-Sulami mengangkat kedua tangannya ke langit sambil menangis seraya berkata, ‘Kasihan kamu! Bukan aku yang kau maksud. Itu adalah Atha’ al-Azraq’.”

Jabban yang dimaksud bukanlah pekuburan, tetapi tempat kosong yang tidak baik dan tidak ada kehidupan di sana, karena shalat di pekuburan tidak boleh.