Pertanyaan:

Bagaimana sikap Islam terhadap para ahli pengobatan tradisional?

Jawaban:

Diriwayatkan dalam hadits,

مَا أَنْزَلَ اللّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ.

“Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan Dia menurunkan obat baginya. Diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.”
(HR. al-Bukhari, Kitab ath-Thibb, no. 5678, tanpa kalimat, “Diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.” Ahmad meriwayatkan dengan tambahan tersebut, no. 3568).

Para dokter tersebut bekerja berdasarkan eksperimen terhadap obat-obatan ini, dan mereka merujuk kepada buku-buku kedokteran yang telah dihimpun oleh para ahli kedokteran. Ini merupakan salah satu jenis ilmu pengetahuan yang sangat banyak. Sejak masa kenabian, sudah ada sekelompok orang yang ahli pada bidang ini, dan masa sebelum dan sesudahnya. Mereka mengenal susunan obat-obatan dan keistimewaan setiap obat, serta cara penggunaannya, di samping keyakinan mereka bahwa hal itu adalah penyebab kesembuhan, dan sesungguhnya Allah adalah yang menjadikan segala sebab (Musabbib al-Asbab).

Atas dasar inilah, tidak mengapa mempelajari hal itu dan berobat dengannya. Penanya harus membaca ath-Thibb an-Nabawi karya Ibnul Qayyim, karya adz-Dzahabi al-Adab asy-Syar’iyah, dan karya Ibnu Muflih, kitab Tashil al-Manafi’ serta yang lainnya. (Abdullah al-Jibrin, al-Kanz al-‘Ummal, hal. 209)

Sumber : Fatwa-Fatwa Terkini, jilid 3, hal:165-166, cet: Darul Haq Jakarta, diposting oleh Yusuf Al-Lomboky