Berbicara baik, baik kandungannya, baik sasarannya dan baik pula kondisinya, akan menghasilkan buah yang baik pula. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hendaknya dia berkata baik.” Yaitu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.

Terkadang satu kalimat lebih berguna daripada harta yang diberikan, karena kalimat ibarat kail yang dengannya kamu bisa mengail ikan berkali-kali, sementara harta hanya ibarat ikan yang diberikan sekali saja. Sebaik-baik perkataan adalah apa yang membimbing ke jalan yang benar dan mengentaskan dari jalan yang salah.

Ahnaf bin Qais berkata, “Berbicara lebih baik, karena diam hanya untuk diri sendiri, sementara berbicara berguna bagi yang mendengar.” Ibnu Abbas memegang lidahnya dan berkata, “Wahai lidah, ucapkan yang baik maka kamu akan beruntung atau diamlah maka kamu akan selamat.”

Diam dalam keselamatan sedangkan berbicara adalah keuntungan, orang yang beruntung lebih baik dari orang yang selamat. Abdul Malik bin Marwan berkata, “Diam adalah tidur dan berbicara adalah bangun.” Rabi’ah ar-Ra`yu berkata, “Orang diam antara orang tidur dan orang bisu.” Manusia dengan dua anggota kecilnya: Hati dan lidahnya.

Al-Hasan al-Bashri berkata, “Manusia itu tiga: seorang laki-laki dengan dirinya, seorang laki-laki dengan lidahnya dan seorang laki-laki dengan hartanya.”
Seorang penyair berkata,

لِسَانُ الفَتىَ نِصْفٌ وَنِصْفٌ فُؤَادُهُ فَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ صُورَة اللَّحْمِ وَالدَّمِ

Lidah seseorang adalah setengah dan setengahnya lagi adalah hatinya
Sehingga yang tersisa hanyalah bentuk dari daging dan darah saja.

Dari Bahjatul Majalis, Hafizhul Maghrib Abu Umar Ibnu Abdul Barr.