Inilah akhir yang saya inginkan dari kitab ini, saya berpendapat untuk menggabungkan ke dalamnya beberapa hadits yang melengkapi kebaikan kitab ini, insya Allah, yaitu hadits-hadits yang menjadi inti dari dasar pokok agama Islam. Para ulama telah berselisih di dalamnya dengan perselisihan yang tersebar. Dan telah terkumpul dari masuknya perkataan mereka bersama dengan hadits yang saya masukkan ke dalamnya sebanyak 30 hadits.

(1294) Hadits pertama; hadits Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ.

“Sesungguhnya segala amal perbuatan itu hanya tergantung pada niat(nya).”

Dan penjelasannya telah lewat pada awal kitab ini .

(1295) Hadits kedua; dari Aisyah radhiyallahu ‘anha , dia berkata, “Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa yang mengada-ada dalam Agama (ajaran) kami yang bukan berasal darinya, maka dia tertolak’.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ash-Shulh, Bab Idza Ishthalahu ala Shulhi Jaurin, 5/301, no. 2697; dan Muslim, Kitab al-Aqdhiyyah, Bab Naqdhu al-Ahkam al-Bathilah, 3/1343, no. 1718.
Kami meriwayatkannya dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.

(1296) Hadits Ketiga; dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu , dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ، وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ، لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ، اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ، وَقَعَ فِي الْحَرَامِ ،كَالرَّاعِيْ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى، يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ. أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.

“Sesungguhnya yang halal itu telah jelas, dan yang haram itu telah jelas, dan di antara keduanya terdapat perkara yang syubhat, di mana mayoritas manusia tidak mengetahuinya. Siapa saja yang takut terhadap syubhat, maka dia telah menjaga agama dan kehormatannya. Siapa saja yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka dia (hampir) terjerumus dalam keharaman sebagaimana penggembala yang menggembala di sekitar daerah suaka, maka dia (hampir) masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki daerah suaka. Dan suaka Allah adalah sesuatu yang diharamkannya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal darah, apabila ia baik maka seluruh tubuh akan baik, dan apabila rusak maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah ia adalah hati’.

يَرْتَعُ فِيْهِ bermakna, menjadikan binatang ternaknya makan atau minum darinya حِمَي bermakna, batasan suaka yang mana seseorang tidak boleh melampauinya.

Kami meriwayatkannya dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.

Al-Bukhari, Kitab al-Iman, Bab Fadhlu Man Istabra`a Lidinihi, 1/126, no. 52; dan Muslim, Kitab al-Masaqah, Bab Akhdzu al-Halal, 3/1219, no. 1599

(1297) Hadits Keempat; dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam telah menceritakan kepada kami, dan beliau adalah orang yang jujur dan dipercaya,

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ: أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ، فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٍّ أَوْ سَعِيْدٍ. فَوَالَّذِي لاَ إِلهَ غَيْرُهُ: إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُهَا. وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَيَدْخُلُهَا.

‘Sesungguhnya setiap orang dari kalian proses penciptaannya terkumpul dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk air mani, kemudian menjadi segumpal darah seperti itu, kemudian menjadi segumpal daging seperti itu juga, kemudian malaikat diutus, lalu dia meniupkan ruh ke padanya, dan dia diperintahkan dengan empat perkara: Menuliskan rizkinya, ajalnya, perbuatannya, dan (takdirnya) apakah malang atau bahagia. Demi Dzat yang mana tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selainNya, sesungguhnya salah seorang dari kalian sungguh akan beramal dengan amalan penduduk surga sehingga tidak ada jarak antara dia dan surga melainkan satu hasta, lalu dia dikalahkan oleh ketentuan takdir malang, lalu dia beramal dengan amalan penduduk neraka sehingga dia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian sungguh akan beramal dengan amalan penduduk neraka sehingga tidak ada jarak antara dia dan neraka melainkan satu lengan, lalu dia dikalahkan oleh ketentuan takdir bahagia, lalu dia beramal dengan amalan penduduk surga sehingga dia memasukinya‘.”

يُجْمَعُ خَلْقُهُ bermakna, penciptaan dirinya disusun secara bertahap, fase demi fase. Kata يَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ bermakna, qadha` dan takdir Allah dalam dirinya.

Kami meriwayatkannya dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim

Al-Bukhari, Kitab Bad`i al-Khalqi, Bab Dzikru al-Mala`ikah, 6/303, no. 3208; dan Muslim, Kitab al-Qadr, Bab Kaifiyah Khalqi al-Adami, 4/2036, no. 2643.

(1298) Hadits Kelima; dari al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم: دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ.

“Saya menghafal dari Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam, ‘Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu’.

Shahih: Diriwayatkan oleh ath-Thayalisi, no. 1178; Abdurrazaq no. 4984; Ahmad 1/200; ad-Darimi 2/245 secara ringkas; at-Tirmidzi, Kitab al-Qiyamah, Bab 4/668, no. 2518; an-Nasa`i, Kitab al-Asyribah, Bab al-Hatsu ala Tarki asy-Syubuhat, 8/327, no. 5727 secara ringkas; Ibnu Hibban no. 722; ath-Thabrani 3/75, no. 2708 dan 2711; al-Hakim 2/13, 4/99; Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 8/264; al-Baihaqi dalam asy-syu’ab, no. 5747; dan al-Baghawi, no. 2032: dari beberapa jalur, dari Buraid bin Abu Maryam, dari Abu al-Haura’ as-Sa’di, dari al-Hasan dengan hadits tersebut.

Dan sanad ini shahih, perawinya tsiqah, oleh karena itu at-Tirmidzi berkata, “Hasan Shahih.” Dan al-Hakim menshahih-kannya, al-Mundziri, an-Nawawi, adz-Dzahabi, Ibnu Rajab dan al-Albani menyetujuinya.

Kami meriwayatkannya dalam Sunan at-Tirmidzi dan an-Nasa`i. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”

Ucapannya, يَرِيْبُكَ, dengan ya’ dibaca fathah, يُرِيْبُكَ dengan ya’ dibaca dhammah, keduanya merupakan cara baca yang benar, tetapi dengan fathah lebih terkenal.”

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.