Syariat Paling Utama

Syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shollallohu alaihi was sallam merupakan syariat yang paling utama dibanding syariat nabi-nabi yang diutus sebelum Beliau –semoga keselamatan dicurahkan kepada mereka semua- dan juga merupakan syariat yang paling sempurna, yang dengannya umat Beliau menjadi umat pilihan dan adil. Alloh Ta’ala berfirman tentang hal ini:

Artinya:
“ Dan demikianlah (pula ) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rosul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu” (QS. Al-Baqoroh:143)

Artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Alloh” (QS. Ali Imron: 110)

Dan Nabi Shollallohu alaihi was sallam tidaklah meninggal sebelum Alloh menyempurnakan baginya agama-Nya dan mencukupkan ni’mat-Nya untuk Beliau. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya:
“ Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu menjadi agama bagimu”(QS. Al-Maidah: 3)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mengumpulkan segala kebaikan, dan membuang segala keburukan dalam agama ini, Alloh Subhanahu wa Ta’ala menerangkan sifat Nabi-Nya dalam firman-Nya:

Artinya:
“ dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka…” (QS. Al-A’rof: 157)

Kaidah umum yang dibangun oleh agama ini adalah bahwa agama Islam datang untuk mencapai kebaikan-kebaikan beserta kesempurnaan-kesempurnaannya, serta menolak segala bentuk kerusakan dan meminimalkannya sekecil mungkin. Apabila hal ini sudah jelas bagi kita, maka segala kebaikan dari segala kebaikan adalah dengan mengikuti syariah agama ini, dan kesesatan, penyimpangan serta keburukan adalah dengan berpaling dari agama ini, serta mencelanya. Seorang mu’min yang benar keimanannya tidaklah mungkin menentang syariat ini, sekalipun ia menemukan sesuatu yang tidak masuk akal di dalamnya (menurut pikiran manusia). Tidak ada pilihan bagi seorang mu’min kecuali mengikuti agamanya. Oleh karena itu Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:
“ Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka…” (QS.Al-Ahzab: 36)

Artinya:
“ Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”(QS. An-Nisaa: 65)