Allah Ta’ala telah menjadikan kasih sayang di antara sesama muslim sebagai ikatan kecintaan. Oleh karena itu, agama Islam melarang dari hal-hal yang dapat menyebabkan hilangnya kasih-sayang tersebut. Salah satunya adalah sifat dengki.

Apakah dengki itu?

Dengki adalah mengharapkan hilangnya nikmat dari seseorang, baik ‘nikmat agama’ maupun ‘nikmat dunia.’

Sesungguhnya seseorang bisa menilai bahwa dengki adalah sikap yang tercela. Akal sehat siapapun tidak akan menerima pernyataan bahwa, “Dengki itu perbuatan yang baik” Namun, tidak berarti bahwa baik dan tidaknya perbuatan itu ditimbang dengan akal manusia, karena, seorang muslim memiliki kriteria penilaian sendiri yaitu “Syariat Allah yang disampaikan oleh Rasul-Nya Muhammad.” Apa saja yang dilarang oleh syariat bisa dipastikan adalah sesuatu yang buruk. Dengki adalah sesuatu yang buruk, karena syariat melarangnya, sabda Nabi shallaahu ‘alaihi wa sallam,

إيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ

“Jauhkanlah diri kalian dari dengki”(HR. Abu Dawud, no. 4905)

Syariat melarang melakukan sesuatu kecuali karena ada hikmah, secara ‘ekplisit’ maupun ‘implisit. Termasuk dalam syariat larangan berbuat dengki. Salah satu hikmah yang disebutkan adalah, “Dengki bisa menjadi sebab hangusnya kebaikan yang dilakukan seseorang,” sebagaimana sabda beliau shallaahu ‘alaihi wa sallam,,

فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ،” أَوْ قَالَ: “الْعُشْبَ

“Karena dengki akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud, no. 4905)

Inilah salah satu hikmah larangan yang secara ekplisit disebutkan oleh beliau, yang merupakan hikmah dari sikap dengki.
Dengan demikian, berbahayakah -menurut Anda- jika seseorang terhapus kebaikan dan pahalanya karena ia mendengki orang lain? Bukankah amal saleh seseorang yang dilakukan di dunia merupakan bekal yang memberikan manfaat kepadanya saat menghadap Allah?! Lalu, bagaimana bila pahala amalnya tersebut ternyata telah lenyap karena mendengki orang lain saat berada di dunia?

Al-Qur’an, yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad shallaahu ‘alaihi wa sallam, terdapat di dalamnya ayat yang menerangkan akibat dari orang-orang yang berbuat zhalim dan dengki, serta akibat bagi orang-orang yang bertakwa, sebagaimana dalam kisah Habil dan Qabil, juga kisah Yusuf bersama saudara-saudaranya.

Dengki adalah perbuatan jahat yang berbahaya, karena orang yang dengki akan mendapatkan lima keburukan sebelum sampainya sesuatu yang dibenci kepada orang yang didengkinya, yaitu: kedukaan yang terus-menerus, musibah yang tidak mendapatkan pahala, kehinaan yang tidak terpuji, murka Allah kepadanya, tertutup baginya pintu-pintu petunjuk.

Saudaraku…

Mungkin Anda bertanya, “Kenapa dengki bisa menghinggapi hati seseorang?” Tentu ada faktor-faktor yang mendukungnya. Di antara faktor-faktor tersebut adalah,

1. Permusuhan dan Kebencian

Permusuhan dan kebencian merupakan faktor pemicu munculnya kedengkian. Biasanya orang yang disakiti oleh orang lain karena suatu hal, akan menimbulkan ketidaksukaan dalam hatinya, sehingga lahirlah di dalam dirinya kedengkian.

Kemudian kedengkian itu akan menimbulkan sikap balas dendam. Jika orang yang tidak disukainya tertimpa musibah maka ia merasa senang, dan sebaliknya jika orang tersebut mendapatkan kebahagiaan maka ia bersedih.

2. Kesombongan

Kesombongan pun menjadi faktor munculnya kedengkian. Kedengkian orang-orang kafir terhadap Rasulullah adalah kedengkian semacam ini. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, artinya, “Dan mereka berkata, ‘Mengapa al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar di antara salah satu dari dua negeri (Mekkah dan Thaif) ini’.” (QS. az-Zukhruf: 31)

Allah Ta’ala juga berfirman, artinya, “Dan sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi.” (QS. al-Mukminun: 47)

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang kafir itu sombong karena tidak mengakui kerasulan yang datang kepada manusia biasa seperti mereka, maka mereka dengki terhadap para rasul Allah.

3. Cinta Kepemimpinan dan Ketenaran

Contoh, ada orang menghendaki agar tidak ada orang lain yang mampu menandinginya dalam suatu jenis disiplin ilmu. Ia tidak rela ada orang lain yang melebihinya dan mendapat sanjungan, ia akan senang bila pujian itu hanya miliknya. Jika ia mendengar ada seseorang yang melebihinya, maka timbul kedengkian dan berharap saingannya itu mati, atau nikmat yang ada padanya hilang, baik nikmat ilmu, keberanian, ibadah, kekayaan dan lain-lainnya. Semua ini timbul karena sikap ingin memimpin, dan tidak mau terkalahkan.

Para ulama Yahudi mengingkari kerasulan Nabi Muhammad, mereka tidak mau beriman terhadap apa yang beliau bawa dikarenakan takut kehilangan kepemimpinan umat Yahudi.

4. Keburukan dan Kekikiran

Ada sebagian manusia yang tidak menyibukkan diri dengan kekuasaan dan juga tidak sombong, akan tetapi jika diceritakan kepadanya tentang kebaikan salah seorang hamba Allah karena nikmat yang dianugerahkan kepadanya, maka dadanya akan terasa sesak, dan bila diceritakan tentang penderitaan seseorang, maka berita itu akan menggembirakan hatinya. Dengan demikian, ia adalah manusia yang kikir dengan nikmat Allah, seakan-akan nikmat itu diambil dari lemarinya dan seakan-akan nikmat itu adalah miliknya.

Saudaraku…

Setelah kita mengetahui sikap yang berbahaya ini, maka apa sarana untuk menghapusnya? Diantara penghapusnya, yaitu,

Pertama: Ikhlash
Rasulullah shallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ لاَ يَغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُؤْمِنٍ؛ إِخْلاَصُ الْعَمَلِ، وَمُنَاصَحَةُ وُلاَةِ اْلأَمْرِ، وَلُزُوْمُ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ

“Ada tiga hal yang mana hati seorang mukmin tidak akan merasakan dengki, yaitu: ikhlash beramal, memberi nasihat kepada para pemimpin, tetap berjama’ah bersama barisan kaum muslimin,” (HR. Ahmad)

Barangsiapa yang mengikhlaskan agamanya untuk Allah, maka ia tidak akan memendam perasaan terhadap saudara-saudaranya sesama Muslim kecuali kasih sayang yang murni. Ia akan bergembira jika mereka mendapatkan kesenangan dan ia akan sedih jika mereka tertimpa musibah, baik dalam urusan dunia maupun akhirat.

Kedua: Ridha kepada Tuhannya dan hatinya penuh dengan keridhaan.
Ibnul Qayyim berkata, “Ridha akan membukakan pintu keselamatan bagi yang melakukannya, karena keridhaan itu dapat menjadikan jiwa seseorang menjadi bersih dari kecurangan, iri dan dengki, dan sesungguhnya tidak ada orang yang dapat lolos dari siksaan Allah kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih. Adalah mustahil hati menjadi bersih bila disertai kebencian dan tidak ada keridhaan, semakin besar keridhaan seseorang maka semakin bertambah bersihlah hatinya. Iri, dengki dan curang adalah perbuatan yang selalu mengiringi kemarahan, sementara hati yang bersih dan baik selalu mengiringi keridhaan. Begitu pula dengan dengki, ia adalah buah dari kemarahan, sebagaimana hati yang bersih adalah buah dari ridha.”

Ketiga: Ingat perhitungan amal dan siksaan yang akan ditimpakan kepada mereka yang menyakiti kaum Muslimin yang disebabkan oleh keburukan jiwa dan perangai, yaitu berupa iri, dengki, menggunjing, mengadu domba, mengolok-olok dan sebagainya.

Keempat: Doa
Hendaknya seorang hamba selalu berdoa agar Allah menjadikan hatinya bersih terhadap saudara-saudaranya, dan juga berdoa untuk kebaikan dirinya. Inilah jalan yang ditempuh oleh orang-orang shalih. Allah Ta’ala berfirman,artinya, “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang”.” (QS. al-Hasyr: 10)

Kelima: Ingat bahwa orang yang Anda tiupkan racun ke dalam dirinya adalah saudara Muslim, bukan orang Yahudi, bukan pula Nashrani. Anda dan saudara Muslim itu telah disatukan dalam ikatan Islam, mengapa pula Anda menyakitinya.

Demikian pembahasan singkat mengenai dengki, dan faktor pendukungnya serta beberapa sarana untuk menghapusnya. Semoga Allah melindungi hati kita dari penyakit yang sangat berbahaya ini. Amin. (Redaksi)

[Sumber: Disadur dari kitab, “al-Hasad”, karya: Abdul Malik al-Qasim, edisi Indonesia: Dengki, penerbit Yayasan al-Sofwa, Jakarta]