antara akal sehat dan hawa nafsuMereka berkata, “Penyakit akal adalah hawa nafsu.” Benar, bila hawa nafsu sudah naik ke otak, tidak ada usaha menepisnya, maka ia menguasai akal, saat itu akan sakit dan tidak bekerja dengan baik, karena itu orang yang berakal adalah orang yang menguasai hawa nafsunya dan orang dungu adalah orang yang memperturuti hawa nafsunya.

Wahab bin Munabbih berkata, “Akal dan hawa nafsu bergelut, siapa yang menang, akan menguasai pemiliknya.”

Ibnu Duraid berkata,

آفَةُ العَقْلِ الهوَى فَمَنْ عَلاَ عَلىَ هَوَاهُ عَقْلهُ فَقَدْ نَجاَ

Penyakit akal adalah hawa nafsu, barangsiapa akalnya
Mengalahkan hawa nafsunya maka dia telah selamat.

Mereka berkata, “Barangsiapa memutuskan dengan hawa nafsu maka dia memutuskan secara zhalim.”

Mereka berkata, “Hawa nafsu adalah musuh akal, bila kamu menghadapi dua perkara dan tidak ada yang kamu mintai pendapatnya, maka jauhilah yang lebih dekat kepada hawa nafsumu.”

إِذَا حارَ ذِهْنُكَ فِى مَعْنَيَينِ وَأعْيا كَ حَيْثُ الهَوَى وَالصَّوَابُ
فَدَعْ مَا هَوِيْتَ فَإنَّ الهَوَى يَقُوْدُ النُّفُوسَ إِلىَ مَا يُعَابُ

Bila akalmu bingung menghadapi dua perkara
Kamu tidak tahu, mana yang salah dan yang benar
Maka tinggalkan apa yang kamu sukai, karena hawa nafsu
Menyeret jiwa kepada apa yang membuatnya dicela.

Mereka berkata, “Cintamu terhadap sesuatu membutakan dan menulikan.” Karena cinta adalah hawa nafsu, bila ia tak dikendalikan maka kedua mata menjadi rabun, tak sanggup melihat seimbang dan obyektif, kedua telingan menjadi tuli sehingga tak kuasa berkeja dengan baik.

Sufyan ats-Tsauri berkata, “Manusia paling berani adalah yang paling berani melawan hawa nafsunya.” Dia berkata, “Di antara perkara remeh ada yang menyeret kepada malapetaka.”

Mereka berkata, Hisyam bin Abdul Malik tidak mengucapkan syair selain bait ini,

إِذَا أَنْتَ لَمْ تَعْصِ الهَوَى قَادَكَ الهَوَى إِلىَ بَعْضِ ماَ فِيهِ علَيْكَ مَقاَلُ

Bila kamu tidak melawan hawa nafsu, maka ia akan menyeretmu
Ke sebagian perkara yang membuatmu dicela karenanya.

Ibnu Abdul Bar berkata, seandainya dia berkata,

إِلىَ كُلِّ ماَ فِيهِ علَيْكَ مَقاَلُ

Ke semua perkara yang membuatmu dicela karenanya.

Sebagian orang berkata, “Jangan patuhi wanita dan hawa nafsu, sesudah itu lakukan sesukamu.” Ibnu Abdul Bar berkata, seandainya dia berkata, ‘Jangan patuhi hawa nafsu.’ Niscaya ia sudah cukup.

Mereka berkata, “Allah tidak menyebutkan hawa nafsu di dalam al-Qur`an kecuali Dia mencelanya.”

Mereka berkata, “Bila akalmu menguasaimu maka ia untukmu, bila hawa nafsu menguasaimu maka ia atasmu.”

Umar bertanya kepada Mu’awiyah, “Siapa orang yang paling sabar?” Dia menjawab, “Orang yang akalnya mengendalikan hawa nafsunya.”

الحُبُّ زُوْرٌ وَالهَوَى بَاطِل وَالقَلْبُ مَا أَجْرَيْتَهُ يَجْرِي
وَتَرْكُ مَا تَهْوَى يَسِيرٌ إِذَا أَعْمَلْتَ فِيهِ سَعَةُ الصَّدْرِ

Cinta itu palsu dan hawa nafsu itu batil
Hati berjalan ke mana ia kamu jalankan
Meninggalkan hawa nafsu itu mudah
Bila kamu menghadapinya dengan lapang dada.

Abdullah bin Mu’awiyah bin Abdullah bin Ja’far berkata,

عَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةُ وَلَكِنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِي المَسَاوِيَا

Mata rela itu buta dari segala cacat
Tetapi mata benci menampakkan segala keburukan.

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا

Janganlah kebencianmu kepada satu kaum menyeretmu untuk berbuat tidak adil.

Bahjatul Majalis, Al-Hafizh Ibnu Abdul Bar.