Sebagian orang mungkin mulai berfikir untuk membeli tiket mudik. Karena biasanya tiket itu akan habis kalau mereka tidak mempersiapkan, mengetahui waktu pembelian. Tapi, jarang sekali orang yang di bulan Rajab ini–dua bulan sebelum Ramadhan-memikirkan untuk membeli tiket bulan Ramadhan. Ada apa jama’ah? Ya, mungkin sebagian kita beranggapan bahwa bulan Ramadhan ini tidak ada apa-apanya. Yang spesial itu adalah idul fithrinya. Yang spesial itu adalah bulan syawalnya. Padahal, kita tahu Ramadhan adalah salah satu gerbong yang perlu kita nanti untuk menuju ke Surga Allah azza wa jalla.

Ramadhan adalah syahrul Qur’an, bulannya al-Qur’an. Ramadhan adalah bulan di mana pintu-pintu surga dibuka. Di mana pintu-pintu neraka ditutup. Ramadhan ini pasar murah plus diskon besar-besaran dan bonus yang tidak terbayangkan. Bayangkan di bulan Ramadhan 30.000 kali lipat, lebih baik dari seibu bulan. Artinya, ada satu momentum, satu malam yang itu lebih baik daripada 30.000 malam. kita semua tahu dengan itu, yaitu malam lailatul qadar. Kata Allah,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.(Al-Qadr: 3)

Kalau 1 bulan 30 hari, berarti dia lebih baik daripada 30.000 hari. Bayangkan kalau kita tahu ada satu hari yang sangat spesial lebih baik dari umur kita semuanya. Sebagian kita umur 40 tahun sudah mati, 50 tahun mati, 60 tahun mati, 70 tahun mati. 1000 bulan itu 80 tahun plus 4 bulan. Apakah ini bukan sesuatu yang spesial yang seharusnya menjadi catatan kita mulai saat ini?

Kita sekarang berada di bulan persiapan. Anda pernah melihat atlit olimpiade. Bagaimana dia, kalau ternyata pada olimpiade sebelumnya dia mendapatkan perunggu bagaimana ia berusaha untuk mendapatkan emas, ia terus berlatih. Karena dia mencari sesuatu. Karena dia mengangan-angankan sesuatu yang indah yang dia harus berjuang. Dan, semua atlit itu–Allahu Akhbar- mereka ingin menang. Bagaimana dengan kita? apakah kita ingin menang di bulan Ramadhan? Ya, persiapannya di bulan Rajab ini. Ini minimal.

Berkaitan dengan bulan Rajab ini, Allah azza wa jalla berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat itu), dan perangilah kaum Musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (at-Taubah: 36)

Di dalam ayat ini Allah menyebutkan tentang jumlah bulan di sisi Allah azza wa jalla sejak penciptaan langit dan bumi dan itu tertulis, berapa?  12 bulan. Oh, sama saja ustadz. Kita lihat bulan-bulan masehi juga 12 bulan. Tapi berbeda. Allah mengatakan,

مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Di antara dua belas itu ada empat bulan haram.

Apa yang dimaksud dengan bulan haram?

Yang pertama, di bulan-bulan itu dilarang memulai peperangan.

Yang kedua, berbuat dosa di bulan haram ini bobot dosanya lebih berat daripada berbuat dosa di bulan lain.

Kemudian Allah mengatakan,

ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

Itu ketetapan agama yang lurus.

Ini urusan agama. Bukan urusan budaya. Bukan urusan tradisi. Tapi ini berbincang tentang agama,

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Kalian jangan menzalimi diri-diri kalian di bulan-bulan itu.

Apa bulan haram itu?

Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda, dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dan Muslim dari riwayat Abi Bakrah,

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Setahun itu ada dua belas bulan. Di antara dua belas bulan itu ada empat bulan haram. Tiga di antaranya berurutan, yaitu, Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Dan, Rajab Mudhar, yang letaknya di antara Jumada (al-Akhirah) dan Sya’ban.

Dan kita sedang berada di dalamnya.

Sebagian kita –mungkin- yang dia ketahui hanya bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember, dan Desember.

Kita bicara agama, buat yang muslim. Karena semua agama punya ajaran dan kita diperintahkan untuk toleransi. Tapi, jangan lupa, engkau harus tahu agamamu.

Jadi, bulan Rajab ini, kalau kita lihat, Rajab, Sya’ban, Ramadhan. Allahumma Ballighnaa Ramadhan. (Semoga Allah menyampaikan kita ke bulan Ramadhan). Bulan Rajab, inilah bulan persiapan untuk Ramadhan.

Modal hidup manusia itu adalah waktu. Kita melihat covid-19, ya tahun lalu, setelah bulan Ramadhan, setelah Idul Fithri, ketika idul adha itu telah banyak menyebabkan kematian di negeri kita ini. Artinya, ada orang-orang yang kemarin masih merasakan Ramadhan, tahun ini sudah tidak bisa ikut Ramadhan. Ia berada di lubang yang sempit sana. Yang kondisinya ditentukan oleh amalnya ketika ia hidup di dunia. Tentunya setelah rahmat Allah azza wajjalla. Jadi, modal hidup manusia itu waktu. Ketika waktu kita habis, walau pun kita masih punya mobil, walau pun kita punya tunggakan hutang, punya harta yang tersimpan, punya barang yang belum dijual, belum laku, tapi waktu kita habis, semua akan kita tinggalkan.

Dan bicara waktu, waktu ini terdiri dari detik, berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam, jam berubah menjadi hari, hari berubah menjadi bulan, bulan berubah menjadi tahun.

Para ulama memberikan sebuah perumpamaan, yang dengan perumpamaan itu orang lebih mudah mencerna dan menjadi mudah menghafalnya. Mereka menyebutkan bahwasanya, tahun itu ibaratkan pohon, yang daun-daunnya akan muncul di bulan Rajab. Kemudian, dia akan berbunga dan menjadi buah di bulan Sya’ban, kemudian kalau buah itu dirawat jangan sampai rontok, niscaya di bulan Ramadhan adalah bulan memetik buah tersebut.

Bulan ini, bulan Rajab adalah bulan persiapan untuk Ramadhan. Banyak ungkapan para ulama tentang bulan Rajab ini, agar kita termotivasi untuk mempersiapkan diri demi Ramadhan.

Ada yang mengatakan,’Bulan rajab adalah bulan untuk meninggalkan dosa.’ Meninggalkan keteledoran kita, kelengahan kita. Sebagian kita, dari selesai Ramadhan tahun lalu mulai tenggelam dalam dosa-dosanya. Maka, bulan Rajab bulan untuk meninggalkan hal itu. ‘Sedangkan bulan Sya’ban adalah bulan untuk beramal.’ Untuk menunjukkan kesetiaan kita. Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- di bulan Sya’ban, beliau berpuasa sunnah hampir full (sebulan penuh). Ketika beliau ditanya, ‘kenapa Anda berpuasa di bulan Sya’ban ini tidak seperti di bulan-bulan lainnya? Ini pertanyaan Usamah bin Zaid kepada Nabi. Maka, jawab Nabi, ‘Itu bulan yang dilalaikan oleh manusia, di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan.’ Bulan sya’ban ini, bulan terjepit. Rajab bulan haram, Ramadhan kita tahu dengan kemuliaannya. Orang banyak lalai. ‘Di bulan Sya’ban itu diangkat amalan menuju kepada Allah Rabbul ‘Alamin, maka aku ingin diangkat amalku sementara aku dalam kondisi puasa.’

Maka, bulan Sya’ban adalah bulan beramal, dan bulan menunjukkan kesetiaan kita.  Setelah di bulan Rajab kita memperbaiki diri kita, meninggalkan dosa, di mana kita akan beramal?

Kalau seseorang akan bercocok tanam mau tidak mau ia harus membersihkan lahannya. Tidak bisa dia menanam dalam kondisi di lahannya terdapat pohon-pohon. Sebagian pohonnya adalah pohon yang beracun, pohon yang mengganggu. Maka solusinya, di bulan Rajab ini, kalau yang ingin menanam, maka bersihkan dulu lahannya. Dengan apa? Dengan memperbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah, bertaubat, berhenti berbuat dosa.

Dikatakan, bahwa ‘Rajab bulan taubat.’

Ingat! Berbuat dosa di bulan Rajab tidak seperti berbuat dosa di selain bulan haram. Maka, jagalah dirimu, dengan menyesali dosa-dosa yang pernah engkau lakukan, meninggalkannya dan bertekad untuk tidak mengulangi.

Sya’ban bulan Mahabbah (cinta)

Setelah bertobat bagaimana kita menjalin cinta dengan pencipta kita. Karena bulan Sya’ban adalah ‘Syahrul Mahabbah.’ (bulan cinta). Mulai kita berpuasa di bulan Sya’ban, memperbanyak puasa sebelum kita puasa full di bulan Ramadhan. Karena di antara amalan yang paling dicintai Allah adalah puasa. Dan kalau kita mendengar hadis bahwasanya orang yang berpuasa itu akan masuk Surga dari pintu khusus yang namanya ‘babu ar-Rayyan’, itu bukan untuk yang berpuasa Ramadhan. Itu untuk yang memperbanyak puasa sunnah. Makanya Allah azza wa jalla dalam sebuah hadis qudsi mengatakan,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Semua amalan manusia itu sudah ada perhitungannya, kecuali puasa, puasa itu milik-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan.

 

Ramadhan Syahrul Qurbah

Ramadhan bulan untuk mendekat kepada Allah azza wa jalla. Setelah kita bersih-bersih. Kita bertobat, memperbanyak istighfar, kemudian kita menghiasi diri dengan memuji Allah, memperbanyak amal shaleh, maka bulan Ramadhan adalah ‘Syahrul Qurbah’, bulan untuk mendekatkan diri kepada Allah azza wajalla. Maka, kita dapat melihat sebagian salafush Shaleh, di luar bulan Ramadhan biasa mengkhatamkan al-Qur’an setiap tujuh malam. Jadi, setiap malam, dalam shalat malamnya membaca 1/7 al-Qur’an. Sehingga, dalam tujuh hari khatam. Masuk bulan Ramadhan tiga malam khatam. Kemudian masuk 10 hari terakhir bulan Ramadhan di mana ini adalah puncak dari bulan Ramadhan, tiap malam khatam al-Qur’an.

Bagaimana kita akan mengkhatamkan al-Qur’an tiga hari atau tiga malam, kalau kita di bulan Rajab dan di bulan Sya’ban tidak melakukan apa-apa?

Coba Anda lihat orang-orang yang lari marathon itu, dia latihan, dia menjaga fisiknya, supaya kuat. Bukan ketika dia sampai di hari h, dia langsung lari. Satu kilo meter sudah tepar.

Kemudian ada yang mengatan, ‘Rajab Syahrul Hurmah, Sya’ban Syahrul Hidmah, Ramadhan Syahrun Ni’mah’

‘Rajab itu bulan penghormatan atau penyambutan.’ Jadi, kalau kita lihat proses, Rajab ini adalah bulan sambutan. Kalau ada tamu, disambutnya mulai kapan? di bulan Rajab.

Bulan Sya’ban bulan pelayanan. Yakni, setelah tamunya disambut kemudian dilayani.

Kemudian Ramadhan bulan untuk menikmati santapan.

Tapi, prosesnya dimulai di bulan Rajab.

Ada juga yang mengatakan, “Rajab Syahrul Ibadah” Rajab itu bulan untuk meperbanyak ibadah. “Sya’ban Syahruz Zahadah” Sya’ban bulan untuk zuhud, maka Nabi memperbanyak puasa di bulan tersebut. Jangan sibuk memikirkan perut dan yang di bawah perutnya saja. Orang itu kalau di bulan Sya’ban sudah berlatih memperbanyak puasa, maka tidak akan ada acara ‘balas dendam’ di bulan Ramadhan.

Dzunun al-Mishri rahimahullah mengatakan,

رَجَبٌ لِتَرْكِ الْآفَاتِ، وَشَعْبَان لِاسْتِعْمَالِ الطَّاعَاتِ، وَرَمَضَان لِانْتِظَارِ الْكَرَامَاتِ

 “Rajab adalah bulan untuk meninggalkan kejelekan, Sya’ban bulan untuk mengerjakan (menambah) kataatan dan Ramadhan adalah bulan untuk menjemput kemuliaan.

Bagaimana seseorang tidak mencari kemuliaan sementara pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka di tutup, setan-setan dibelenggu, penyeru kebaikan tiap malam menyeru, ‘Wahai orang yang ingin kebaikan, saatnya engkau meraihnya, Wahai orang yang mencari keburukan saatnya engkau berhenti melakukannya.

Dzunnun al-Mishri melanjutkan perkataanya,

فَمَنْ لَمْ يَتْرُك الآفَاتِ، وَلَمْ يَسْتَعْمِل الطَّاعَات، وَلَم يَنْتَظِر الْكَرَامَاتِ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ التُّرَهَاتِ

“Maka orang yang tidak meninggalkan dosa (di bulan Rajab) dan (di bulan Sya’ban), ia juga tidak memperbanyak ketaatan dan dia juga tidak menanti kemuliaan (di bulan Ramadhan) maka ia termasuk orang-orang yang lalai, orang-orang yang remeh.”

Dzunnun al-Mishri juga mengatakan,

رَجَب شَهْرُ الزَّرْعِ، وَشَعْبَان شَهْرُ السَقْيِ، وَرَمَضَان شَهْرُ الْحَصَادِ

Rajab bulan untuk menanam benih, bulan Sya’ban bulan untuk menyirami, (yang sudah engkau tanam, hendaknya dijaga. Sebab jika tidak disirami akan mati) dan Ramadhan bulan untuk memanen.

Maka, kita lihat, orang yang di bulam Rajab menanam dosa, kesalahan, keburukan, tidak berhenti berbuat dosa, maka di bulan Ramadhan dia panen dosa kembali. Karena ia menanam dosa dan keburukan.

وَكُلٌّ يَحْصُدُ مَا زَرَعَ، ويُجْزَى مَا صَنَعَ، وَمَنْ ضَيَّعَ الزِّرَاعَةَ نَدِمَ يَوْمَ حَصَادِهِ

“Semua orang akan memetik apa yang ia tanam, ia akan mendapatkan balasan atas apa yang dia lakukan, barang siapa (yang ketika waktu menanam) dia tidak (asal-asalan) menanam (ia tidak memilih benih-benih yang baik) maka ia akan menyesal pada hari memanen.”

Mau tidak mau dia akan menyesal. Dan dia akan merasakan akibat yang buruk.

Maka, bulan Rajab ini, dikatakan, ‘Miftahu Asyhuril Khairi Wal Barakah’, kunci bulan-bulan kebaikan dan berkah’

Jadi, kalau mau masuk Sya’ban, Ramadhan, maka kuncinya di bulan Rajab ini. Kalau engkau tidak membuka bulan Rajab ini dengan kebaikan, bagaimana dengan bulan Sya’ban, bagaimana dengan bulan Ramadhan?

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber:

Disalin dari sebagian ceramah Ustadz Dr. Syafiq Reza Basalamah, MA. dalam kajian tematik bertemakan ‘Bulan Rajab Bulan Menanam Kebaikan.’