Sumpah diucapkan untuk menegaskan, pengucapnya hendak meyakinkan lawan bicaranya bahwa dirinya benar dan jujur, nama yang disebut dalam sumpah adalah nama Allah demi menguatkan kebenaran perkataan, sumpah bisa benar dan bisa pula dusta, jika yang pertama maka itu yang diharapkan, jika yang kedua maka ia berakibat buruk bagi pengucapnya, Allah tidak rela namaNya dipakai untuk berdusta, sehingga peluang Dia menurunkan hukuman sangat terbuka.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari Ibnu Abbas berkata, Qasamah pertama yang terjadi di zaman jahiliyah adalah Qasamah yang terjadi pada kami, Bani Hasyim. Seorang laki-laki Bani Hasyim disewa untuk bekerja oleh sorang laki-laki dari kabilah yang lain. Laki-laki yang menyewanya itu pergi bersamanya dengan unta-untanya. Seorang laki-laki lain, juga dari Bani Hasyim berpapasan dengan laki-laki pekerja itu, pada saat itu tali kantong airnya terputus. Laki-laki lain itu berkata kepadanya, “Bantulah aku dengan memberiku seutas tali untuk mengikat kantong airku, kalau aku mengikatnya dengan tali kekang untaku maka untaku tidak mempunyai tali kekang.” Lalu laki-laki pekerja itu memberinya seutas tali sehingga dia bisa mengikat kantong airnya.

Manakala mereka singgah di sebuah tempat, semua unta diikat kecuali seekor unta. Laki-laki yang menyewanya berkata, “Mengapa unta yang satu ini tidak diikat, sementara yang lain diikat?” Laki-laki pekerja menjawab, “Tidak punya tali.” Penyewa berkata, “Di mana talinya?”

Ibnu Abbas berkata, Pemilik unta melemparnya dengan tongkat yang menjadi sebab kematiannya, namun (sebelum laki-laki yang disewa itu mati) seorang penduduk Yaman melewatinya, laki-laki itu bertanya kepada orang Yaman, “Apakah kamu menunaikan ibadah haji?” Laki-laki Yaman menjawab, ‘Tidak, tapi mungkin ya.” Laki-laki itu berkata, “Maukah kamu menyampaikan pesanku sekali seumur hidup?” Laki-laki Yaman menjawab, “Baik.” Lalu laki-laki itu berkata, “Jika kamu pergi haji maka ucapkanlah, “Wahai orang-orang Quraisy.” Jika mereka menjawabmu, maka ucapkanlah, “Wahai Bani Hasyim.” Jika mereka menjawabmu maka bertanyalah tentang Abu Thalib. Sampaikan kepadanya bahwa fulan membunuhku karena seutas tali.”

Orang yang disewa itu mati. Ketika orang yang menyewa tiba, dia didatangi oleh Abu Thalib. Abu Thalib bertanya, “Di mana teman kami?” Laki-laki itu menjawab, “Dia sakit, aku merawatnya dengan baik dan menguburnya.” Abu Thalib menjawab, “Itu sepantasnya kamu lakukan.” Beberapa saat setelah itu laki-laki Yaman yang dititipi pesan untuk disampaikan itu menunaikan haji. Dia memanggil, “Wahai orang-orang Quraisy.” Mereka menjawab, “Ini orang-orang Quraisy.” Laki-laki Yaman itu memanggil, “Wahai Bani Hasyim.” Mereka menjawab, “Ini Bani Hasyim.” Laki-laki Yaman itu bertanya, “Mana Abu Thalib?” Mereka menjawab, “Ini Abu Thalib.” Laki-laki itu berkata, “Fulan memintaku untuk menyampaikan pesan kepadamu bahwa fulan membunuhnya karena seutas tali.”

Lalu Abu Thalib mendatangi pelaku dan berkata kepadanya, “Pilihlah satu dari tiga perkara dari kami, membayar seratus unta karena kamu telah membunuh teman kami atau siapkan lima puluh dari kaummu untuk bersumpah bahwa kamu tidak membunuhnya. Jika kamu menolak maka kami membunuhmu dengannya.” Laki-laki itu mendatangi kaumnya dan kaumnya berkata, “Kami akan bersumpah.”

Seorang wanita dari Bani Hasyim yang bersuamikan laki-laki dari kaum laki-laki pembunuh dan telah melahirkan anak darinya mendatangi Abu Thalib. Wanita itu berkata, “Wahai Abu Thalib, aku ingin kamu memberikan seorang laki-laki dari lima puluh laki-laki mereka kepada anakku ini. Janganlah kamu memaksanya bersumpah di tempat di mana sumpah itu diwajibkan.” Abu Thalib mengabulkan. Seorang laki-laki dari kaum pembunuh mendatangi Abu Thalib, dia berkata, “Wahai Abu Thalib, kamu ingin lima puluh orang bersumpah sebagai ganti seratus ekor unta. Satu orang menanggung dua ekor unta. Ini dua ekor untaku, terimalah dariku, janganlah kamu mewajibkanku bersumpah di tempat di mana sumpah diwajibkan.” Abu Thalib menerimanya. Lalu datanglah empat puluh delapan orang dan mereka bersumpah.

Ibnu Abbas berkata, “Demi dzat yang jiwaku ada di tanganNya, belum genap satu tahun sementara tidak seorang pun dari keempat puluh delapan orang itu yang berkedip matanya.”

Pelajaran

1- Keberanian orang-orang yang bersumpah kepada Allah dengan sumpah palsu dan dusta. Bagaimana Allah menyegerakan hukuman bagi orang yang bersumpah dengan-Nya secara dusta.

2- Keselamatan orang-orang yang menolak bersumpah dusta karena takut kepada Allah, sebagian penduduk jahiliyah mempunyai rasa takut kepada Allah dan meyakini bahwa Allah menghukum orang yang bersumpah denganNya secara dusta.
(Izzudin Karimi)