Penyakit-penyakit Hati

Dan ketahuilah, bahwa kebaikan kebersihan dan keistiqamahan hati tidak akan bisa dicapai kecuali dengan membersihkannya dari berbagai penyakit dan melindunginya dari berbagai noda yang dapat merusaknya. Penyakit dan noda tersebut pada intinya ada lima macam dan semua itu merupakan sumber segala penyakit dan bencana. Barangsiapa yang selamat darinya, maka selamatlah ia.
“Maka jika anda selamat darinya, niscaya anda selamat dari bahaya besar,
jika tidak, maka aku tidak menjamin anda selamat”.

  • Penyakit pertama: Syirik (menyekutukan Allah), baik syirik kecil maupun besar. Syirik adalah kezhaliman yang sangat besar dan merupakan pokok segala kerusakan dan keburukan, hati bisa menjadi gelap, bahkan mati dan binasa karena syirik (menyekutukan Allah) itu.
    فَمَن يُرِدِ الله أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ للإسلام وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقاً حَرَجاً كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السماء كذلك يَجْعَلُ الله الرجس عَلَى الذين يُؤْمِنُونَ
    “Barangsiapa yang Allah menghendaki kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Al-An’am: 125).

    Allah juga berfirman,
    الذين ءَامَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إيمانهم بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الامن وَهُمْ مُّهْتَدُونَ
    “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82).

    Hanya orang-orang beriman yang benar-benar beriman dan tidak mencampuradukkan imannya dengan syirik sajalah yang mendapat keamanan dan petunjuk yang sempurna dari Allah Tuhan semesta alam, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’aala,
    سَنُلْقِى فِى قُلُوبِ الذين كَفَرُواْ الرعب بِمَآ أَشْرَكُواْ بالله مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سلطانا
    “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu.” (Ali Imran: 151).

    Hati tidak akan bisa selamat dan tidak akan dapat baik kecuali dengan bertauhid kepada Allah semata. Sejauh kualitas ketulusan iman dan kemurnian keyakinan yang dimiliki seseorang, sejauh itu pulalah kelapangan dada dan kebersihan hati yang bisa ia raih.

    Hati itu diciptakan agar mengenal Penciptanya, mencintai dan mengesakan-Nya, dan supaya Tuhan yang telah menciptakannya itu ia cintai melebihi segala sesuatu selain-Nya dan berharap hanya kepada-Nya semata. Jadi, kebersihan dan kelapangan hati itu terletak pada keberhasilannya di dalam meraih tujuan dari diciptakannya, yaitu mengenal Allah, mencintai dan mengagungkan-Nya. Dan kebinasaannya terletak pada hal yang sebaliknya. Maka tidak akan ada kebaikan dan kelapangan sama sekali bagi hati tanpa merealisasikan hal-hal tersebut. (Majmu’ Fatawa, 18/163)

  • Penyakit kedua: Melakukan bid’ah dan menyalahi sunnah Nabi shallallahu ‘alahi wasallam. Bid’ah itu hanya akan menambah pelakunya semakin jauh dari Allah. Ia dapat merusak hati dan menghilangkan darinya apa saja yang berguna dan yang mensucikannya.

    Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alahi wasallam dan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang diada-adakan. Dan setiap perkara yang diada-adakan (baru) itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat!

    Apabila hati telah penuh dengan noda bid’ah maka ia menjadi gelap dan pandangannya pun menjadi kacau-balau, sehingga bagaimana mungkin ia akan mendapat keselamatan. Oleh karena itu, para ulama salaf sepakat dalam hal bahayanya bergaul dengan ahli bid’ah, karena pergaulan dengan mereka dapat menimbulkan kerusakan hati.

    Al-Fudhail bin Iyadh radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barangsiapa bergaul dengan pelaku bid’ah, maka Allah menimpakan kebutaan baginya.” Maksudnya adalah kebutaan hati. Semoga Allah melindungi kita dari itu.

    “Apabila kamu tidak sakit, lalu kamu bergaul dengan orang yang mengidap penyakit, dan kamu menjadi sahabatnya, maka sesungguhnya kamu adalah orang yang sakit.”

    Nabi shallallahu ‘alahi wasallam telah mengindikasikan bahwa di antara faktor yang dapat membersihkan hati dari dengki dan cengkeraman hawa nafsu yang merupakan penyakit hati adalah berpegang teguh kepada jama’atul muslimin, yaitu tidak keluar dari mereka dengan suatu bid’ah atau kesesatan.

  • Penyakit ketiga: Mematuhi kehendak nafsu syahwat dan melakukan dosa-dosa.

    Syahwat dan dosa-dosa merupakan penyebab utama kebinasaan dan kerusakan hati. Allah subhanahu wata’aala berfirman menjelaskan akibat mengikuti kehendak nafsu syahwat:
    أَفَرَءَيْتَ مَنِ اتخذ إلهه هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ الله على عِلْمٍ وَخَتَمَ على سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ على بَصَرِهِ غشاوة فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ الله أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ
    “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan imu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Al-Jatsiyah: 23).

    Perhatikanlah, bagaimana sikap tunduk kepada kehendak nafsu menjadi faktor yang menyebabkan hati dikunci mati. Lalu, perhatikan dan renungkan pula, bagaimana pengaruh kunci dan tutup yang menutup rapat hati itu menjalar dari hati ke seluruh anggota tubuh, “dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Al-Jatsiyah: 23).

    Maka waspadalah wahai pembaca yang mengharapkan hatinya selamat. Waspadalah terhadap penyakit hati yang disebabkan oleh nafsu syahwat karena ia akan menimbulkan malapetaka dan kebinasaan. Allah subhanahu wata’aala berfirman,
    كَلاَّ بَلْ رَانَ على قُلُوبِهِمْ مَّا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
    “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka” (Al-Muthaffifin: 14).

    (Ketahuilah bahwa) dosa-dosa itu dapat membuat hati menjadi buta. Maka hindarilah, dan hindarilah perbuatan-perbuatan maksiat (dosa), sebab akibatnya sangat fatal sekali.
    “Aku perhatikan dosa-dosa itu mematikan hati,
    dan kecanduan kemaksiatan dapat menimbulkan kenistaan.
    Meninggalkan perbuatan dosa adalah kehidupan bagi hati,
    maka, lebih baik anda mengingkarinya.”

    Imam Muslim telah meriwayatkan hadits yang bersumber dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhu. Ia menuturkan, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,
    تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوْبِ كَالْحَصِيْرِ عُوْدًا عُوْدًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيْهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيْهِ نُكْنَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى تَصِيْرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلُ الصَّفَا فَلاَ تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَاْلأَرْضُ، وَاْلآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًا كَالْكَوْزِ مُجَخِّيًا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوْفًا وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ.
    “Fitnah-fitnah (dosa-dosa) menodai hati bagaikan tikar, satu helai-satu helai. Maka, setiap hati menelannya, maka ia ternodai oleh satu noda hitam. Dan setiap hati yang menolaknya, maka ia dibercaki oleh satu bercak putih, sehingga itu menjadi dua macam bentuk hati, (yang pertama), hati putih bersih seperti mutiara yang mengkilau, sehingga ia tidak akan dibinasakan oleh suatu dosa selagi langit dan bumi masih utuh. Yang kedua, hati yang menjadi hitam pekat seperti bejana hitam yang tertelungkup, ia tidak kenal kebaikan dan tidak pula mengingkari kemungkaran, kecuali apa yang di gandrungi oleh nafsunya.” (Shahih Musliim no.144)

    Jadi, dosa-dosa kemaksiatan itu bisa meliputi hati dari segala arah. Maka apabila seseorang mengikuti kehendak nafsu dan melakukan kemaksiatan, satu kegelapan masuk ke dalam hatinya bersamaan dengan kemaksiatan yang ia lakukan itu. Kemudian, apabila ia terus melakukannya dan tidak bertobat, maka kegelapan demi kegelapan masuk dan bertambah dan ia pun makin gelisah, kebinasaan pun pasti mengintainya dan ia akan terjerumus di dalam kehancuran sementara ia tidak menyadarinya. Kegelapan itu pun akan semakin kuat hingga tampak di raut wajahnya hitam dapat dilihat oleh setiap orang.

    Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya kebajikan itu menyebabkan cahaya di dalam hati, sinar di wajah, kekuatan pada jasmani, melapangkan rizki dan rasa cinta banyak orang. Sedangkan keburukan (dosa) menyebabkan kegelapan di dalam hati, kemuraman pada muka, kelemahan pada jasmani dan benci manusia.”

    Putih atau sinar terang dan hitam atau kemuraman yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alahi wasallam di dalam hadits di atas, adakalanya dapat diketahui oleh orang-orang yang taqwa, hanya saja akan lebih jelas tampak secara sempurna di wajah pelakunya pada hari Kiamat kelak, yaitu pada hari seluruh rahasia dilahirkan dan seluruh yang tersembunyi ditampakkan, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’aala,
    وَيَوْمَ القيامة تَرَى الذين كَذَبُواْ عَلَى الله وُجُوهُهُم مُّسْوَدَّةٌ أَلَيْسَ فِى جَهَنَّمَ مَثْوًى لّلْمُتَكَبّرِينَ .
    وَيُنَجّى الله الذين اتقوا بِمَفَازَتِهِمْ لاَ يَمَسُّهُمُ السوء وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
    “Dan pada hari Kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri? Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh adzab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita.” (Az-Zumar: 60-61).

    Firman-Nya lagi,
    يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الذين اسودت وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُم بَعْدَ إيمانكم فَذُوقُواْ العذاب بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ . وَأَمَّا الذين ابيضت وُجُوهُهُمْ فَفِى رَحْمَةِ الله هُمْ فِيهَا خالدون
    “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih bersih, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan), “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu”. Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada di dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.” (Ali Imran: 106-17).

    Sesungguhnya, semua dosa, baik yang besar maupun yang kecil itu merusak hati dan mengeruhkan kebersihannya. Maka dari itu Allah subhanahu wata’aala memerintahkan agar semua dosa ditinggalkan, seraya berfirman,
    وَذَرُوا ظَاهِرَ الْأِثْمِ وَبَاطِنَهُ
    “Dan tinggalkanlah dosa yang tampak dan yang tersembunyi.” (Al-An’am: 120).

    Maka setiap orang beriman wajib meninggalkan dosa yang lahir maupun yang batin, apalagi dosa-dosa hati (batin) sangat berbahaya dan mematikan.

    Di antara dosa hati (yang tersembunyi) ada riya’ yang dapat merusak amal, ujub yang bisa menjadikan amal bagai abu yang bertebaran, dengki dan hasad yang dapat menghapus pahala-pahala kebajikan dan memperbanyak dosa.

    Di antara kemaksiatan yang merusak hati dan memadamkan cahayanya adalah membiarkan mata memandang hal-hal yang diharamkan. Maka dari itu, Allah subhanahu wata’aala memerintahkan kaum beriman agar menjaga pandangan mata, seraya berfirman,
    قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
    “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.” (An-nur: 30).

    Dan Allah subhanahu wata’aala juga telah berfirman guna memberi petunjuk kepada para sahabat Nabi apabila mereka hendak berbicara kepada istri-istri beliau,
    وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعاً فَاسْأَلوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
    “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53).

    Barangsiapa menjaga pandangan matanya agar tidak jatuh pada yang haram, niscaya Allah menggantinya dengan bashirah (mata hati) yang jeli dan hati yang sehat, bersih lagi kuat. Maka peliharalah pandangan matamu, wahai pembaca, dari hal-hal yang diharamkan. Sebab, alangkah sering satu pandangan mata kepada hal yang diharamkam mengakibatkan kekacauan hati.

    Di antara hal yang dapat merusak hati dan mencemarkan kesuciannya adalah mendengarkan musik dan nyanyian. Musik dan nyanyian itu merusak hati. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Sesungguhnya nyanyian itu dapat menimbulkan ke-munafikan, ssebagaimana air dapat menumbuhkan sayur-sayuran.” Musik dan nyanyian itu membuat hati merasa berat untuk bertafakkur dan merenungkan ayat-ayat Allah subhanahu wata’aala, membuat telinga anda (pembaca) berat untuk mendengar Al-Qur’an dan menjadikan diri anda malas dan berat untuk melakukan ketaatan dan berbuat baik.

    Allah subhanahu wata’aala berfirman,
    وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُواً أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ)
    “Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan.” (Luqman: 6).

    Banyak sekali ulama salaf yang menjelaskan bahwa lahwal hadits (perkataan yang tidak berguna) di dalam ayat di atas adalah nyanyian atau lagu. Kebanyakan ahli tafsir pun mengartikan demikian. Maka waspadalah, was-padalah terhadap lagu-lagu, musik dan nyanyian, jangan anda mendengarnya. Janganlah anda tergiur dengan sikap kebanyakan orang (yang suka mendengarnya), karena firman Allah berikut ini layak bagi mereka:
    وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
    “Dan jika kamu patuh kepada kebanyakan manusia yang ada di bumi ini, niscaya mereka menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Al-An’am: 116).

    Perbanyaklah anda berdoa dengan membaca:
    اَللَّهُمَّ طَهِّرْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.
    (Ya Allah, sucikanlah diriku dari dosa-dosaku dengan air, es dan salju.)

    Sebab, dosa-dosa, baik yang kecil apalagi yang besar pasti menyebabkan hati keruh dan kotor, maka ia butuh disucikan.

  • Penyakit keempat: Masalah-masalah syubhat (hal yang belum jelas) yang membutakan dari kebenaran dan menyesatkan manusia.

    Syubhat adalah penyakit yang sangat berbahaya lagi mematikan dan menghapus lezatnya iman, menumbuhkembangkan bisikan syaitan, membuat pelakunya tidak dapat mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alahi wasallam. Allah subhanahu wata’aala telah berfirman,
    فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ
    “Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya.” (Ali Imran: 7).

    Mereka sama sekali tidak mengambil pelajaran dari Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi shallallahu ‘alahi wasallam, karena ketika mereka mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah bukan untuk mencari petunjuk (kebenaran), melainkan untuk membuat keragu-raguan (tasykik), penyesatan dan tasybih.

    Penjelasan di atas mengharuskan kita waspada terhadap hal-hal yang syubhat dan para pelakunya, karena sangat berbahaya bagi hati hingga menjerumuskannya ke jurang kebinasaan. Karena hasilnya, kalau tidak kekafiran, maka adalah kemunafikan. Maka dari itu waspadailah masalah-masalah syubhat dan para pelakunya. Jangan sekali-kali anda mendengarnya dan jangan membaca buku-buku mereka atau bergaul dengan mereka. Tapi pergaulilah mereka sebagaimana diperintahkan Allah subhanahu wata’aala,
    وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذاً مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعاً
    “Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir dalam Jahannam.” (An-Nisa’: 140).

    Orang-orang pencinta syubhat itu adalah orang yang paling suka membicarakan ayat-ayat Allah secara batil. Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah pernah berpesan, “Awas, jangan sekali-kali kamu duduk beserta orang yang dapat merusak hatimu, dan jangan sekali-kali duduk beserta orang yang selalu menuruti nafsunya, sebab aku khawatir murka Allah akan menimpamu.”

    Tidak heran apabila beliau berpesan demikian, sebab para ahli syubhat itu berupaya menimbulkan keragu-raguan terhadap keyakinan orang mukmin dan berita yang disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alahi wasallam. Mereka bersungguh-sungguh di dalam memperindah perbuatan yang menentang Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alahi wasallam dengan akal fikiran busuk, syubhat-syubhat rendahan dan prasangka dusta mereka.
    فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْراً لَهُمْ
    “Sekiranya mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (Muhammad: 21).

    Allah juga berfirman,
    أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافاً كَثِيراً
    “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (An-Nisa’: 82).

    Dan Dia berfirman,
    لا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
    “Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Fushshilat: 41-42).

  • Penyakit kelima: Lalai

    Kelalaian itu adalah keteledoran yang menimpa hati dan membuatnya buta sehingga tidak dapat mengambil mana yang baik bagi dirinya dan meninggalkan mana yang membahayakan. Kelalaian itu merupakan dasar dari segala keburukan. Meski demikian, kelalaian merupakan sikap yang paling menyebar pada manusia. Allah subhanahu wata’aala berfirman,
    وَإِنَّ كَثِيراً مّنَ الناس عَنْ ءاياتنا لغافلون
    “Dan sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar lalai dari ayat-ayat Kami.” (Yunus: 92)

    Lalai adalah penyakit (wabah) yang sangat berbahaya, oleh karenanya Allah memperingatkan kita terhadapnya dan Dia melarang kita untuk bergaul dengan orang-orang yang lalai, seraya berfirman,
    وَلاَ تَكُنْ مِّنَ الغافلين
    “Janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 205).
    وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطاً
    “Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampaui batas.” (Al-Kahfi: 28).

    Kelalaian itu membuat hati lupa terhadap apa-apa yang dapat mensucikan, yang berguna, yang mengembangkan dan memperbaiki dan membersihkannya.