Depsos al-Sofwa – Pagi hari itu tanggal 2 Juni 2010, kira-kira pukul 05.00 WIB, Ibu Arti Rahayu sudah membawa 2 putrinya, Oktavia Fristian W (13) kelas 1 SMP dan Yuliana Dwi (8) kelas 3 SD dari Gg.Bhayangkara No. 25 RT 02 RW 013 Pasir Gunung Selatan, Cimanggis-Depok menaiki kereta api dari Depok menuju RSCM Jakarta. Kedua kakak beradik putri pasangan Bpk Badrun Winarto (41) dan Ibu Arti Rahayu (37) ini adalah penderita Thalassaemia Mayor yang harus melakukan transfusi darah secara rutin setiap bulan di Rumah Sakit DR Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Mereka sengaja berangkat pagi-pagi sekali agar dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan lebih awal. Terlebih lagi kondisi kedua anak tersebut sudah sangat lemah dan pucat mengingat keterlambatan mereka untuk menjalani trnasfusi darah. Menurut Ibu Arti Rahayu, ia terpaksa menunda-nunda karena tidak ada biaya yang cukup untuk transfusi darah. Walaupun sebenarnya sebagian biaya sudah dibantu oleh Yayasan Thalassemia Indonesia namun untuk transportasi dan sebagian obat masih tetap harus ditanggung sendiri.

Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar hemoglobin, pasien menunggu antrian konsultasi dokter guna mendapatkan rekomendasi transfusi darah. Tim al-Sofwa yang mendampingi hari itu, mendapatkan informasi bahwa jumlah pasien daftar tunggu untuk transfusi darah mencapai 250-an orang. Karena tidak ada daftar nomor urut maka setelah pemeriksaan laboratorium, setiap pasien terpaksa hanya bisa menanti sampai namanya dipanggil tanpa ada kepastian waktu yang tepat. Jam telah menunjukkan pukul 15.30 WIB, namun pasien bernama Oktavia Fristian W dan Yuliana Dwi belum juga dipanggil bahkan hingga ruang layanan itu ditutup. Akhirnya Ibu Arti Rahayu harus membawa kedua anaknya kembali keesokan harinya ke Rumah Sakit DR Cipto Mangunkusomo Jakarta.

Hari Kamis 3 Juni 2010 keesokan harinya, tak dinyana stok darah di RSCM telah habis sehingga Ibu Arti Rahayu bersama kedua putrinya harus ke PMI pusat di Kramat Raya untuk mengambil darah. Rupanya kesulitan Ibu Arti Rahayu ternyata belum berakhir, darah yang tersedia ternyata batas kadaluwarsanya hanya 4 (empat) hari. Ini artinya, ia dan kedua putrinya terpaksa harus kembali lagi ke RSCM pada hari Selasa dan benar-benar tergambar di benaknya akan biaya yang harus ia keluarkan lagi untuk kesehatan kedua putrinya padahal untuk kebutuhan harian pun mereka sudah sulit dan terlilit pinjaman di sana-sini baik untuk biaya kontrak rumah, SPP sekolah yang masih menunggak hingga 5 bulan dan juga konsumsi harian.

Disampaikan Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH.Dr.PH dalam rangka peringatan hari Thalassaemia Sedunia di Jakarta, 9 Mei 2010. Menkes mengatakan, Indonesia termasuk dalam kelompok yang berisiko tinggi Thalassaemia. Prevalensi Thalassaemia bawaan (carrier) di Indonesia sekitar 3-8%. Jika prosentase Thalassaemia 5% saja, sedangkan angka kelahiran 23 per 1.000 dari populasi 240 juta, maka diperkirakan terdapat 3.000 bayi penderita Thalassaemia setiap tahun. Dan hingga saat ini, terdapat 1.494 penderita Thalassaemia yang berobat di Pusat Thalassaemia RSCM. Sedangkan di seluruh Indonesia mencapai 5.000 penderita. Dengan jumlah tersebut maka tidak heran jika Klinik Thalassaemia FKUI RSCM setiap bulannya dipadati oleh pasien yang ingin transfusi darah. (hb)

Mari kita bantu mereka dengan lebih peduli ke:

Bank Muamalat rekening no. 0000320458 a/n Yayasan Al-Sofwa

Contact Person Program:

Partisipasi Program : B.Sandhi Kusuma 021-78836327 / 021-32006233 (Flexy)