PASAL

Ketahuilah bahwa saya menisbatkan hadits-hadits yang saya cantumkan dalam kitab ini kepada kitab-kitab yang masyhur dan kitab-kitab lainnya yang telah saya jelaskan. Jika hadits berasal dari ash-Shahihain: al-Bukhari dan Muslim atau dari salah satunya, maka saya hanya menyandarkannya kepada keduanya karena dengan itu targetnya terealisasi yaitu keshahihannya, karena seluruh hadits yang ada di kedua kitab tersebut adalah shahih.[ Kecuali lafazh-lafazh yang sangat sedikit dan riwayat-riwayat yang muallaq yang dikritik oleh sebagian imam yang hafizh, akan tetapi dalam kasus yang jarang yang tidak menodai keumuman kaidah ini, pent.] Jika hadits itu dari selain Shahihain maka saya menisbatkannya kepada kitab-kitab sunan dan kitab-kitab yang sepertinya disertai penjelasan tentang keshahihannya, kehasanannya, atau kedhaifannya -jika memang ada- di kebanyakan tempat dan terka-dang saya melupakan keshahihannya, kehasanannya dan kedhaifannya.

Ketahuilah bahwa salah satu kitab yang mana saya banyak menukil darinya, ada-lah Sunan Abu Dawud. Kami telah meriwayatkan darinya bahwa dia berkata, “Aku menye-butkan di kitabku hadits yang shahih dan yang sepertinya serta yang mendekatinya. Jika ada hadits yang tingkat kelemahannya parah maka saya menjelaskannya. Jika saya tidak berkomentar maka hadits tersebut layak, sebagian adalah lebih shahih dari sebagian yang lain.” Ini adalah ucapan Abu Dawud. Ucapan ini mengandung faidah yang baik yang dibutuhkan oleh penulis kitab ini dan lainnya, yaitu, bahwa hadits yang diriwa-yatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan dia tidak menyinggung kedhaifannya berarti hadits tersebut menurutnya adalah shahih atau hasan di mana keduanya dijadikan dalil dalam perkara hukum, lebih-lebih dalam perkara Fadha`il. Jika memang demikian maka apabila anda mendapatkan hadits dari riwayat Abu Dawud dan tidak terdapat pernyataan tadh’if padanya, maka ketahuilah bahwa dia tidak mendhaifkannya.[ Di hal 56 aku telah menjelaskan bahwa para ulama muhaqqiq dari kalangan para ulama tidak menyetujui Imam an-Nawawi dalam kesimpulannya tersebut, mereka berseberangan dengannya, pent.] Wallahu a’lam.

Saya memandang perlu meletakkan di awal kitab ini sebuah bab tentang keutamaan dzikir secara mutlak di mana di dalamnya saya menyebutkan kalimat-kalimat ringan sebagai pengantar kepada yang berikutnya kemudian saya menyebutkan maksud kitab ini pada bab-babnya dan saya menutup kitab ini, insya Allah dengan bab istighfar dengan harapan semoga Allah menutup kita semuanya dengannya. Hanya Allah Pemberi taufik, hanya kepada Allah kita sepenuhnya percaya, bertawakal, berserah diri dan berpegang teguh.

Sumber: dikutip dari Buku “Ensiklopedia Dzikir dan Do’a Al-Imam An-Nawawi Takhrij & Tahqiq: Amir bin Ali Yasin. Diterbitkan oleh: Pustaka Sahifa Jakarta. Oleh: Abu Nabiel)