Ini saatnya saya mulai masuk ke dalam tujuan yang dimaksud kitab ini. Saya menye-butkannya dengan mengikuti urutan kehidupan yang umum, maka aku memulai dengan awal bangunnya seseorang dari tidurnya kemudian sesudahnya secara berurutan sampai tidurnya kembali di malam hari, kemudian sesudah dia bangun di malam hari di mana dia tidur setelahnya. Semoga Allah memberi taufik.

BAB DOA YANG DIUCAPKAN JIKA BANGUN DARI TIDUR

(36) Kami meriwayatkan dalam dua kitab Shahih karya dua imam ahli hadits: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari dan Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ، يَضْرِبُ عَلَى كُلِّ عُقْدَةٍ مَكَانَهَا: عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيْلٌ، فَارْقُدْ. فَإِنِ اسْتَيْقَظَ وَذَكَرَ اللهَ تَعَالَى، انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ تَوَضَّأَ، انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى، انْحَلَّتْ عُقْدَهُ كُلَّهَا، فَأَصْبَحَ نَشِيْطًا طَيِّبَ النَّفْسِ، وَإِلاَّ، أَصْبَحَ خَبِيْثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ.

“Setan membuat tiga simpul ikatan di tengkuk salah seorang dari kalian jika dia tidur. Setan menstempel atas setiap simpul ikatan pada tempatnya dengan ucapan, ‘Malammu masih panjang, tidurlah’. Jika dia bangun dan berdzikir kepada Allah c maka satu simpul ikatan tersebut terbuka. Jika dia berwudhu maka satu simpul ikatan tersebut terbuka. Jika dia shalat maka seluruh simpul ikatan tersebut terbuka, sehingga dia di pagi hari menjadi orang yang bersemangat, berjiwa baik. Jika tidak maka dia (di pagi hari) menjadi orang yang memiliki hati buruk dan malas.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tahajjud, bab Uqad asy-Syaithan Ala al-Qafiyah, 3/24, no.1142; dan Muslim, Kitab al-Musafirin, Bab Man Nama al-Laila Ajma’, 1/538, no. 776, pent.). Ini adalah lafazh riwayat al-Bukhari dan riwayat Muslim senada dengannya.وَ “قَافِيَةُ الرَّأسِ” : tengkuk, kepala bagian belakang.

(37) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dari Hudzaifah bin al-Yaman p dan dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, keduanya, berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ a إِذَا أَوَى إِلَى فِراشِهِ، قَالَ: بِاسْمِكَ اللّهُمَّ أَحْيَا وَأَمُوْتُ. وَإِذَا اسْتَيْقَظَ، قَالَ: اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ.

“Apabila Rasulullah a beranjak ke tempat tidur, beliau mengucapkan, ‘Dengan namaMu ya Allah aku hidup dan aku mati’. Jika beliau bangun beliau mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami dan kepadanya kami dikem-balikan’.”

(38) Kami meriwayatkan di kitab Ibn as-Sunni dengan sanad yang shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ، فَلْيَقُلْ: اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ رَدَّ عَلَيَّ رُوْحِيْ وَعَافَانِيْ فِي جَسَدِيْ وَأَذِنَ لِيْ بِذِكْرِهِ

“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidur, maka hendaklah dia mengucapkan ‘Segala puji bagi Allah yang mengembalikan ruhku kepadaku, memberiku keafiatan pada tubuhku dan mengizinkanku mengingatNya’.”

Takhrij Hadits: Hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab, 5/472/ no. 3401; an-Nasa`i dalam Amal al-Yaumi Wa al-Lailah no. 872; Ibn as-Sunni dalam Amal al-Yaumi Wa al-Lailah no.9: dari jalan Sufyan bin Uyainah, dari Ibnu Ajlan, dari Sa’id al-Maqburi, dari Abu Hurairah, dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan.” An-Nawawi berkata, “Shahih.” Al-Asqalani mengkritiknya dalam Amal al-Adzkar 1/290-Futuhat, dengan ucapan, “Kurang tepat… ia termasuk riwayat Muhammad bin Ajlan secara tersendiri, dia adalah rawi jujur tetapi hafalannya kurang, lebih-lebih dari al-Maqburi. Jadi hadits yang dia riwayatkan secara tersendiri termasuk hadits hasan.” Al-Albani menyatakannya jayid (baik), pent.

(39) Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha dari Nabi Shallallahu ‘alaihissalam, beliau bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُوْلُ عِنْدَ رَدِّ اللهِ تَعَالَى رُوْحَهُ عَلَيْهِ: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، إِلاَّ غَفَرَ اللهُ تَعَالَى لَهُ ذُنُوْبَهُ، وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ.

“Tidak ada seorang hamba yang mengucapkan pada saat Allah mengembalikan ruhnya kep-danya, ‘Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan, bagiNya segala puji dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu’, kecuali Allah mengam-puni untuknya dosa-dosanya meskipun seperti buih lautan.”

Takhrij Hadits: (Dhaif Sekali): Diriwayatkan oleh al-HasanHasan bin Sufyan didalam MusnadMusnadnya (1/292 Futuhat); Ibn as-Sunni (no.10:) dari jalan Abdul Wahab bin ad-Dhahhak, Ismail bin Ayyasy menyampaikan kepada kami, dari Muhammad bin Ishaq, dari Musa bin Wardan, dari Nabil Shahibul Aba‘ (pemilik kain sarung) dari Aisyah Radhiyallahu ‘anhu.
Ini adalah sanad yang gelap, Abdul Wahab adalah rawi yang matruk dan tertuduh, Ibnu Ayyasy adalah rawi dengan riwayat yang dhaif dari selain orang-orang Syam, dan ini salah satunya, Ibnu Ishaq mudallis dan di sini dia meriwa-yatkan dengan lafazh ‘dari’, sementara Musa dan Nabil diperbincangkan. Hadits ini memiliki jalan lain di dalam MusnadMusnad al-Haris bin Usamah (1/292 Futuhat) akan tetapi padanya terdapat Ishaq bin Abdullah bin Abu Farwah, rawi matruk. Oleh karena itu al-Asqalani berkata, “Sangat lemah.” Dan ia sebagaimana yang dia katakan, pent.

Sumber: dikutip dari Buku “Ensiklopedia Dzikir dan Do’a Al-Imam An-Nawawi Takhrij & Tahqiq: Amir bin Ali Yasin. Diterbitkan oleh: Pustaka Sahifa Jakarta. Oleh: Abu Nabiel)