Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ، قَالَ: بِسْمِ اللهِ، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ. وَإِذَا خَرَجَ، قَالَ: بِسْمِ اللهِ، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ.

“Apabila Rasulullah a masuk masjid beliau mengucapkan, ‘Dengan (menyebut) Nama Allah, ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad.’ Dan jika beliau keluar beliau mengucapkan, ‘Dengan (menyebut) Nama Allah, ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad’.”

Takhrij Hadits: Hasan: Diriwayatkan oleh Ibn as-Sunni no. 88. Al-Hasan bin Musa al-Ras’ani menyampaikan kepadaku, Ibrahim bin al-Haitsam menyampaikan kepada kami, Ibrahim bin Muhammad bin al-Bukhturi Syaikh yang Shalih dari Baghdad menyampaikan kepada kami, Isa bin Yunus menyampaikan kepada kami dari az-Zuhri dari Anas dengan hadits tersebut.
Al-Asqalani dalam al-Lisan 2/384 berkata, “Rawi-rawinya dari Isa ke atas adalah rawi-rawi ash-Shahih, Ibrahim bin al-Haitsam diperbincangkan, dan ia telah berlalu akan tetapi ia tidak memungkinkan (meriwayatkan) hadits munkar ini, aku tidak mengetahui syaikhnya, ia tidak disebutkan oleh al-Khatib di Tarikh Baghdad dan Ibnu Najjar dalam Dzailnya. Penyakitnya menurutku berasal dari Syaikh Ibn as-Sunni yaitu ar-Ruqi di mana biografinya tercantum di al-Mizan. Wallahu a’lam.”
Ucapan al-Asqalani ini diikuti, oleh as-Sakhawi di mana dia berkata, “Pada sanadnya terdapat rawi yang tidak dikenal.”
Aku berkata, “Ibrahim bin al-Haitsam adalah rawi tsiqah, apa yang dikatakan padanya insya Allah tidak berpengaruh. Adapun Syaikh Ibn as-Sunni maka kemungkinan besar telah terjadi kekeliruan informasi bagi al-Asqalani, oleh karena itu dia mencantumkan hadits Ibn as-Sunni ini dalam al-Mizan 2/384 pada biografinya al-Husain bin Musa Abu Thayyib ar-Ruqi, padahal yang tercantum di Ibn as-Sunni adalah al-Hasan bin Musa ar-Ras’ani. Yang terakhir ini biografinya tercantum dalam Tarikh Baghdad dengan riwayat beberapa orang hafizh darinya. Adz-Dzahabi berkata tentangnya, “Jujur,” dan disetujui oleh al-Asqalani. Akan tetapi sanad ini masih tetap dhaif dalam semua kondisi, karena adanya Ibrahim bin Muhammad al-Bukhturi (yang tercantum dalam al-Lisan Ibrahim bin Muhammad an-Najirami), aku tidak menemukan ada yang menyebutkan biografinya. Adapun pernyataan tsiqah yang tercantum di sanad maka ia tidak bisa dipegang sebagaimana sudah diketahui. Hanya saja sedikit kelemahan ini dikuatkan dengan hadits Abu Humaid sebelumnya no. 84 dan hadits Fatimah yang hadir no. 89. Hadits ini dicantumkan oleh Ibnu Taimiyah dalam al-Kalim yang diawali dengan ucapan yang mengisyaratkan kedhaifannya, ia didhaifkan oleh al-Asqalani dan as-Sakhawi dan dihasankan oleh al-Albani. Daninsya Allah ia memang hasan.

Kami meriwayatkan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada waktu masuk dan ke-luar masjid, juga dari riwayat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Takhrij Hadits: Dhaif sekali: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath no. 6608, dan Ibn as-Sunni no. 89 dari dua jalan yang dhaif, dari Salim bin Abdul A’la, dari Nafi’, dari Ibnu Umar dengan hadits tersebut.
Dikatakan dalam al-Majma’ 2/35, “Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath dan pada sanadnya terdapat Salim bin Abdul A’la, rawi matruk.” Aku berkata, “Dan tertuduh.” As-Sakhawi berkata, “Sanadnya dhaif sekali.”

Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dari Abdullah bin al-Hasan, dari ibunya, dari neneknya, dia berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ، حَمِدَ اللهَ تَعَالَى، وَسَمَّى، وَقَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَافْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ. وَإِذَا خَرَجَ، قَالَ مِثْلُ ذلِكَ، وَقاَلَ: اَللّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ فَضْلِكَ.

“Apabila Rasulullah a masuk masjid beliau mengucapkan hamdalah dan basmalah, dan beliau menambahkan, ‘Ya Allah ampunilah aku dan bukakan untukku pintu-pintu rahmatMu.’ Apabila beliau keluar beliau mengucapkan seperti itu dan beliau menambahkan, ‘Ya Allah buka-kanlah untukku pintu-pintu karuniaMu’.”

Takhrij Hadits: Shahih: Kecuali hamdalah dan istighfar, keduanya munkar; diriwayatkan oleh Abdur Razzaq no. 1664; Ibnu Abi Syaibah no. 29755; Ahmad 6/282 dan 283; Ibnu Majah, Kitab al-Masajid, Bab ad-Du’a’ Inda Dukhul al-Masjid, 1/253, no. 771; at-Tirmidzi, Kitab ash-Shalah, Bab Ma Yaqulu Inda Dukhul al-Masjid, 2/314, no. 314 dan 315; Abu Ya’la 6754, 6822 dan 6823; ath-Thabrani dalam ad-Du’a’ no. 423-425; Ibn as-Sunni no. 87; al-Ashbahani dalam at-Targhib no. 1648: dari beberapa jalan, dari Abdullah bin al-Hasan dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan, sanadnya tidak bersambung. Fatimah binti Husain tidak bertemu dengan Fatimah al-Kubro.” Ucapan ini disetujui oleh al-Asqalani dalam ucapannya, “Hadits ini adalah yang terkuat dalam hal ini (yakni shalawat kepada Nabi pada waktu masuk masjid) meskipun ia diperbincangkan,” maksudnya adalah sanadnya yang terputus. Ini benar, at-Tirmidzi menghasankannya, al-Asqalani sendiri cenderung kepadanya dan al-Albani menshahihkannya karena ada syahid-syahid yaitu hadits-hadits sebelumnya. Mesti diperhatikan bahwa syahid-syahid ini tidak menguatkan secara keseluruhan karena tambahan hamdalah dan istighfar, diriwayatkan secara tersendiri maka keduanya tetap dhaif. Yang menguatkan kedhaifannya adalah bahwa hamdalah ini diriwayatkan secara sendiri oleh Sa’ir bin al-Khumus di Ibn as-Sunni dan al-Ashbahani, tanpa sisa riwayat lainnya. Begitu pula riwayat istighfar, ia goncang, ia hadir di sebagian riwayat dan tidak di riwayat yang lain.

Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ، تَدَاعَتْ جُنُوْدُ إِبْلِيْسَ، وَأَجْلَبَتْ، وَاجْتَمَعَتْ كَمَا تَجْتَمِعُ النَّحْلُ عَلَى يَعْسُوْبِهَا، فَإِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ، فَلْيَقُلْ: اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ إِبْلِيْسَ وَجُنُوْدِهِ، فَإِنَّهُ إِذَا قَالَهَا، لَمْ يَضُرَّهُ.

“Jika salah seorang dari kalian hendak keluar dari masjid, maka pasukan iblis saling memang-gil, mereka berkumpul dan bersatu seperti lebah berkumpul di sekitar pemimpinnya, jika salah seorang dari kalian berdiri di pintu masjid hendaklah dia mengucapkan, ‘Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari iblis dan bala tentaranya.’ Karena apabila dia mengucapkannya niscaya iblis tidak memudharatkannya.”

Takhrij Hadits: Dhaif sekali: Diriwayatkan oleh Ibn as-Sunni no. 155. Muhammad bin Amr bin Zufar menyampaikan kepadaku, Ahmad bin Muhammad bin Yahya bin Hamzah menyampaikan kepada kami, bapakku menyampaikan kepada kami dari bapaknya, Hisyam bin Zaid mengabarkan kepadaku, dari Salim bin Amir al-Khabayiri dari Abu Umamah dengan hadits tersebut.
Muhammad bin Amr: Aku tidak menemukan biografinya, Muhammad bin Yahya hafalannya kacau. Ibnu Hibban berkata, “Dia tsiqah pada dirinya dan haditsnya, yang dihindari adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Muhammad bin Yahya bin Hamzah dan saudaranya Ubaidah, karena dua orang ini memasukkan segala sesuatu kepadanya.” Aku berkata, “Ini termasuk darinya, jadi sanadnya rusak.” Al-Albani berkata, “Sangat dhaif.”

اَلْيَعْسُوْبُ : Pejantan lebah, atau menurut pendapat lain pemimpinnya.

Sumber: dikutip dari Buku “Ensiklopedia Dzikir dan Do’a Al-Imam An-Nawawi Takhrij & Tahqiq: Amir bin Ali Yasin. Diterbitkan oleh: Pustaka Sahifa Jakarta. Telp. 021-84998039. Oleh: Abu Nabiel)