Salah satu tujuan pernikahan adalah menjaga kelangsungan hidup manusia di muka bumi melalui proses beranak-pinak di antara putra Adam dengan putri Hawa`, terjaganya kelangsungan hidup ini sedemikian penting bagi manusia itu sendiri, sehingga Allah Ta’ala menjadikan para Nabi mempunyai keluarga dan anak keturunan. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (Ar-Ra’ad: 38).

Dengan terjaganya kelangsungan hidup manusia, maka terjaga pula hikmah dari penciptaan manusia di muka bumi yaitu untuk beribadah kepada Allah Ta’ala, karena kehidupan bumi masih berdenyut, maka peluang adanya orang-orang yang menyembah Allah masih terbuka, artinya Allah masih mempunyai penyembah. “Dan sekarang campurilah istrimu dan carilah apa yang Allah tetapkan untukmu.” (Al-Baqarah: 187). Dan apa yang Allah tetapkan untuk kita adalah anak menurut salah satu penafsiran di kalangan para mufassirin.

Siapa yang mengandung anakmu? Dan anak siapa yang kamu kandung?

Pastikan Anda telah meletakkan bibit Anda di ladang yang baik, ladang yang akan menumbuhkannya dengan baik pula, melahirkannya dan mengasuhnya dengan baik pula. Bagaimana pun ladang memberi pengaruh yang tidak dipungkiri terhadap bibit. Sebaik-baik bibit, kalau ia diletakkan di ladang yang tidak baik maka ia akan tumbuh tidak baik. Dan sebaik-baik ladang di mana Anda mempercayakan bibit Anda kepadanya adalah seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw ‘dzatu din’, seorang calon ibu dengan agama yang baik, wanita shalihah. Di samping itu, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw juga, ‘al-wadud al-walud’, wanita yang penuh cinta kasih dan banyak anak.

Wanita yang penuh cinta dan kasih, kepada suami dan kepada anaknya. Ini merupakan modal moril yang sangat diperlukan dalam bangunan rumah tangga, lebih-lebih manakala wanita yang menjadi istri sedang dalam keadaan hamil, kasih sayang kepada anak yang dikandungnya sangat mutlak. Silakan membayangkan sendiri jika seandainya ibu hamil tidak mempunyai kasih kepada janinnya?

Wanita yang banyak anak, artinya dia berahim subur sehingga mudah menumbuhkan benih yang ditanam padanya. Ini merupakan modal fisik yang berharga dan sifat ini bisa dilihat melalui keluarga yang bersangkutan, dengan ini pula Nabi saw bisa berbangga dengan banyaknya umat di hari Kiamat kelak.

Lalu anak siapa yang kamu kandung? Anda adalah wadah yang menerima, ladang yang menumbuhkan dan tempat yang bercokol padamu bibit tersebut. Anggap saja Anda adalah ladang yang subur dan wadah yang baik, maka semestinya benih yang ditanam dan bibit yang diletakkan merupakan benih dan bibit dari orang yang baik pula. Bagaimana pun penduduk sebuah tempat dan penghuni sebuah wadah memberi pengaruh terhadap tempat dan wadah tersebut. Wadah yang bersih akan menjadi kotor jika ia diisi dengan sesuatu yang kotor. Tempat yang bagus akan menjadi buruk kalau dihuni oleh penduduk yang buruk. Ladang yang subur bisa menjadi tandus jika apa yang ditanam justru malah merusak kesuburannya.

Dari sini jangan beresiko dengan menyerahkan rahim Anda dan sebelumnya kehormatan Anda kepada orang yang tidak patut mendapatkannya, orang yang hanya akan meletakkan bibit rusak dan benih kotor, sebaliknya Anda harus menyeleksi dan memilih. Pilih yang beragama istiqamah, berakhlak mulia, dengan pemahaman yang lurus sehingga bisa menjadi imam bagi apa yang telah dia tanam di rahim Anda dan bertanggung jawab sehingga tidak menyia-nyiakan Anda dan apa yang dia tanam di wadah Anda.

Niat mulia

Niat mulia memberi pengaruh mulia terhadap sasaran dan obyeknya, niat pada saat melakukan hubungan suami istri mendapatkan anak shalih yang berjihad membela dan menegakkan agama Allah, niat melahirkan generasi yang shalih yang menyembah Allah dan meramaikan bumi dengan ibadah dan ketaatan kepadaNya.

Seperti Nabiyullah Sulaiman yang bercita-cita dari para istrinya supaya masing-masing dari mereka melahirkan seorang anak laki-laki yang berjihad di jalan Allah. Nabi saw bersabda, “Sulaiman bin Dawud berkata, ‘Malam ini aku akan berkeliling kepada sembilan puluh sembilan atau seratus istri, semuanya akan melahirkan seorang penunggang kuda handal yang berjihad di jalan Allah…” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Spirit dan energi

Jika Allah Ta’ala telah mempercayakan tumbuhnya generasi penerus di rahim Anda maka Anda membutuhkan energi besar, karena dari hari ke hari Anda akan merasakan kesulitan dan beratnya kehamilan sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah, “Wahna ala wahn,” kelemahan di atas kelemahan, kesulitan di atas kesulitan. Itu kalau janin Anda sehat dan tidak bermasalah, jika tidak maka Anda lebih membutuhkan energi dan kekuatan yang lebih besar lagi.

Sebuah kehormatan dari Allah Ta’ala telah Anda raih dengan diberikannya kesempatan olehNya kepada Anda untuk menjadi perantara lahirnya generasi baru yang akan meneruskan perjuangan Anda. Amanat berupa makhluk mungil yang bersemayam di dalam hati sanubari Anda dan menyatu dengan diri Anda, menyatu tempat, menyatu emosi dan menyatu perasaan dengan Anda.

Asupan nutrisi yang halal, keikhlasan menjalani, lapang dada menerima dan perhatian yang tulus merupakan spirit dan energi kuat di masa-masa sulit tersebut dan tidak ketinggalan ihtisab, berharap pahala Allah Ta’ala semata dari semua yang yang memang harus dijalani. Doa, mengadu kepada Allah Ta’ala juga merupakan energi luar biasa yang meringankan bahkan merubah yang sulit menjadi mudah, yang sengsara menjadi nikmat. “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Furqan: 74).

Maryam binti Imran, sebuah pelajaran

Allah Ta’ala mengisahkan saat-saat sulit yang harus dialami oleh seorang wanita shalihah yang sedang mengandung putranya, Maryam putri Imran, agar menjadi pelajaran bagi semua ibu hamil, “Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma, dia berkata, ‘Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi barang yang tidak berarti lagi dilupakan.’ Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (Maryam: 22-25).

Maryam memikul dua beban berat, beban lahir karena kandungannya menanjak tua, janinnya semakin besar yang tentunya semakin memberatkannya, saat-saat melahirkan sudah semakin dekat, dan beban batin karena kehamilannya yang tanpa suami, janinnya tanpa ayah –Allah Ta’ala memang menghendaki demikian, bukan karena dosa- memicu komentar miring dari masyarakat dan cibiran dari mereka, saking beratnya beban sampai dia berharap mati sebelum semua ini terjadi.

Saya berkata kepada Anda, seberat inikah penderitaan Anda? Adakah kesulitan selama kehamilan Anda seperti kesulitan Maryam? Saya yakin tidak, kesulitan Anda dijamin lebih ringan dibandingkan Maryam, lalu mengapa harus banyak berkeluh-kesah?

Maryam adalah contoh ibu yang mengandung tanpa dukungan suami di sampingnya, karena Allah memang menjadikannya hamil tanpa suami dengan kekuasaanNya. Jika Anda hamil sementara suami berhalangan sehingga tidak mendampingi atau suami tidak ada karena suatu sebab, maka lihatlah Maryam. Dalam keadaan lemah karena kehamilan, Allah tetap memintanya untuk berusaha dan berikhtiar dalam rangka mencukupi diri dan janinnya, dan Maryam sadar sepenuhnya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Alhasil, seorang putra mulia yang kemudian diangkat oleh Allah menjadi Nabi saw, Isa putra Maryam. Wallahu a’lam. (Izzudin Karimi)