Makna Uluhiyah

Uluhiyah berasal dari kata al-ilah yang berarti Tuhan yang disembah. Uluhiyah adalah nisbat kepada al-ilah karena ia merupakan sifat Allah yang ditetapkan oleh nama, “Allahâ€‌. Jadi yang dimaksud dengan Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam ketuhananNya dengan memberikan hakNya berupa berbagai macam ibadah hanya kepadaNya semata. Tauhid ini juga dikenal dengan Tauhid Ibadah, karena ia berarti memberikan ibadah hanya kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.

Kedudukan Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah merupakan inti dakwah para rasul, dimulai dari Nuh sebagai rasul pertama sampai Muhammad sebagai rasul penutup.

Firman Allah, “Dan sungguhnya Kami relah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), â€کSembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut.â€‌ (An-Nahl: 36).

Firman Allah, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, â€کBahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’: 25).

Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syuaib dan lain-lainnya kompak berseru, “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan yang haq bagimu selainNya.” (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85).

Dan telah diwahyukan kepada Muhammad saw, “Katakanlah, â€کSesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama.â€‌ (Az-Zumar: 11).

Tauhid inilah yang menjadi titik perselisihan antara para rasul dengan orang-orang yang menentang mereka sehingga terjadilah apa yang terjadi di antara mereka dengan para rasul. Baginda Nabi saw sendiri telah bersabda, “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang haq selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.â€‌ (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Tauhid ini adalah kewajiban mukallaf pertama kali berikut konsekuensinya. Firman Allah, “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) yang haq selain Allah.â€‌ (Muhammad: 19).

Tauhid ini menjadi titik dakwah para rasul karena ia merupakan asas di mana semua amal ibadah dibangun di atasnya, tanpa mewujudkannya, semua amal baik akan sia-sia, karena jika ia tidak terwujud maka yang bercokol adalah lawannya yakni syirik, di mana Allah telah berfirman tentangnya, “Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.â€‌ (Al-An’am: 88). Wallahu a’lam.