Nabi adalah makhluk Allah terpilih, dipayungi oleh perlindungan, pertolongan dan penjagaan dari Allah, didukung dengan mukjizat-mukjizat luar biasa yang membuat manusia beriman. Allah memuliakan orang-orang yang beriman dan mengikutinya di dunia dan di akhirat, sebaliknya Allah menghinakan dan memburukkan orang-orang yang menentang dan memusuhinya, bahkan menyegerakan kehinaan tersebut di dunia kepada orang-orang yang kelewat batas dalam memusuhinya sampai hendak menyakiti atau membunuhnya.

Ubay bin Khalaf

Salah seorang pemuka Quraisy yang getol memusuhi dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dia menyuruh Uqbah bin Abi Muaith meludah di wajah Rasulullah dan dia melakukannya, dia menumbuk tulang-tulang lapuk dan menaburkannya di wajah Rasulullah, dia menyiapkan seekor kuda dan berjanji membunuh Rasulullah di atas punggung kuda tersebut, suatu kali dia berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Muhammad, aku menyiapkan seekor kuda, aku memberinya jagung setiap hari, aku akan membunuhmu di atas punggungnya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Justru aku yang akan membunuhmu insya Allah.”

Dalam perang Uhud, ketika Rasulullah membawa mundur kaum muslimin di sebuah celah di gunung Uhud, mendekatlah Ubay bin Khalaf seraya berteriak nyaring, “Mana Muhammad, aku tidak selamat kalau dia selamat.” Kaum muslimin berkata, “Ya, Rasulullah, apakah salah seorang dari kami menghadapinya?” Rasulullah menjawab, “Tidak perlu, biarkan saja.” Ketika Ubay semakin dekat Rasulullah mencabut tombak milik al-Harits bin ash-Shimnah, Rasulullah menyongsong Ubay dan beliau menusuknya tepat di lehernya yang merupakan celah di antara baju perang dan topi baja pelindung kepala, lukanya tidak seberapa tetapi cukup membuat Ubay hampir terpelanting dari kudanya beberapa kali. Akhirnya Ubay mundur bergabung dengan rekan-rekannya sementara darah dari lukanya sudah berhenti. Ubay berkata, “Muhammad membunuhku.” Rekan-rekannya berkata, “Dasar penakut. Lukamu tidak seberapa.” Ubay berkata, “Muhammad pernah berkata kepadaku di Makkah, ‘Aku membunuhmu’, demi Allah seandainya Muhammad meludahiku niscaya dia membunuhku.” Mereka pulang ke Makkah dan di tengah jalan Ubay mati.

Amir bin Thufail

Pengkhianat, dia mengkhianati tujuh puluh orang Qurra sahabat yang dikirim oleh Rasulullah sebagai dai ke daerah Nejd, dia yang menghasung suku Ushayah, Ra’al dan Dzakwan untuk memerangi para Qurra tersebut dan mereka semua terbunuh kecuali seorang, Kaab bin Zaid bin an-Najjar.

Amir bin Thufail datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama delegasi Bani Amir bin Sha’sha’ah dengan kebencian dan permusuhan menyala di dalam dada. Mendekati Madinah Amir dengan kawannya Arbad bin Qais menyusun rencana membunuh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika delegasi tiba, Amir datang dan berpura-pura berbicara dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sementara Arbad menyusup di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan pedang di tangan. Ketika pedang hendak diayunkan tangan Arbad tertahan tidak bisa digerakkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa atas dua orang ini.

Keduanya pulang dengan kegagalan, di tengah jalan Allah mengirim petir menyambar Arbad berikut unta yang dikendarainya, keduanya hangus terbakar. Amir sendiri singgah di rumah seorang wanita dari suku Salul –suku yang dipandang rendah oleh suku-suku Arab lainnya- dia terserang penyakit kelenjar unta di lehernya dan mati karenanya, sebelum dia mati dia berkata, “Kelenjar seperti kelenjar unta dan mati di rumah wanita Saluliyah.”

Utbah bin Abu Lahab

Suatu hari laki-laki ini datang kepada Nabi dan berkata, “Saya kafir kepada ‘Demi bintang bila ia terbenam.’ dan ‘Kemudian dia mendekat lalu lebih dekat lagi.’ Kemudian laki-laki ini mulai menyakiti Nabi, merobek bajunya dan meludahi wajahnya, hanya saja ludahnya tidak mengenai sasaran.

Akhirnya Nabi mengucapkan, “Ya Allah, kuasakan atasnya seekor anjing dari anjing-anjingMu.” Suatu kali Utbah ini pergi bersama beberapa orang Quraisy, mereka singgah di sebuah tempat di Syam bernama az-Zarqa`, malam itu seekor singa mengelilingi mereka, Utbah yang mengetahui berkata, “Celaka diriku, demi Allah, singa ini memangsaku, sebagaimana doa Muhammad atasku. Muhammad membunuhku sementara dia di Makkah dan saya di Syam.”

Singa itu menyerang dan memangsanya di antara teman-temannya. Matilah dia. Wallahu a’lam.