1. Imam ar-Raghib al-Ishfahani

Beliau berkata, “Syirik yang dilakukan manusia dalam agama itu ada dua macam. Pertama, Syirik besar, yaitu menetapkan adanya sekutu bagi Allah, dan ini merupakan kekafiran yang terbesar. Kedua adalah syirik yang samar (tidak jelas) dan kemunafikan.” [1]


2. Al-‘Allamah Ali as-Suwaidi asy-Syafi’i

Beliau berkata, “Ketahuilah bahwa syirik itu adakalanya terjadi di Rububiyah, dan adakalanya terjadi di Uluhiyah. Yang ke dua ini dapat terjadi di dalam i’tiqad (keyakinan), dan juga dapat terjadi di dalam mu’amalat khusus dengan Tuhan.

Syirik yang ke dua ini, dimana kemudian timbul syirik ibadah, terbagi menjadi ucapan dan perbuatan. Dan masing-masing dari dua ini, terdapat syirik besar (syirik akbar) yang tidak terampuni. Pembicaraan kita sekarang adalah tentang syirik besar, di mana Allah mewajibkan kita untuk menjaga diri dari syirik itu. Iman seseorang tidak akan sempurna kecuali setelah ia mengetahui syirik dengan macam-macam dan sebab-sebabnya.

Seorang penyair menyebutkan:

عَرَفْتُ الشَّرَ لاَ لِلشَّرِ وَلَكِنْ لِتَوْقِيْهِ
وَمَنْ لاَيَعْرِفُ الْخَيْرَ مِنَ الشَّرِّ يَقَعُ فِيْهِ

Kukenali kejahatan bukan karena kejahatannya, melainkan untuk menjaga diri dari kejahatan itu.
Siapa yang tidak dapat membedakan antara kebaikan dan kejahatan, ia pasti akan jatuh dalam kejahatan itu.

Untuk menghindari bahaya kemusyrikan ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selalu meminta perlindungan kepada Allah dari kemusyrikan. Padahal beliau adalah orang yang paling mengetahui Allah, dan yang paling takut kepada-Nya. Dalam sebuah do’anya, beliau berkata,

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا لاَ أَعْلَمُ.

“Wahai Allah, saya meminta perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan Engkau dengan sesuatu, sedangkan aku mengetahui hal itu. Dan aku minta perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan Engkau dengan sesuatu sedangkan aku tidak mengetahui hal itu.”

Dan masih banyak lagi do’a-do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang seperti itu, khususnya seruan-seruan beliau kepada Allah. Sementara Nabi Ibrahim ‘alaihis salam juga meminta perlindungan kepada Allah dari kemusyrikan. Beliau berkata:

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“……dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.” (Ibrahim: 35)

Anak cucu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah para nabi dan rasul. Apabila Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan Nabi Ibrahim meminta perlindungan kepada Allah dari perbuatan syirik, dan mereka berdua khawatir melakukan perbuatan itu, padahal kedua orang itu adalah utusan-utusan Allah paling mulia. Maka bagaimana dengan orang-orang yang lain, siapa pun dia?

Syirik dalam Rububiyah (ketuhanan) tidak pernah dilakukan oleh orang kafir mana saja. Tidak ada yang mengatakan, bahwa pencipta alam ini ada dua yang sama wajib adanya (mesti adanya), meskipun sebagian orang kafir mengatakan tidak adanya tuhan, seperti yang dilakukan oleh Fir’aun dan lain-lain.

Adapun syirik dalam Uluhiyah (penyembahan), maka hal ini bermacam-macam berdasarkan siapa yang disembah. Namun tidak ada seorang pun yang mengatakan, bahwa alam raya ini mempunyai dua tuhan (yang wajib disembah), dimana keduanya sama sebanding, kecuali golongan berhalais (politeis). Golongan berhalais (politeis) yang menyembah selain Allah ini, mereka tidak mengatakan bahwa tuhan itu banyak, meskipun mereka menyebutkan sembahan-sembahan mereka itu dengan kata alihah (tuhan-tuhan).” [2]

Dalam bagian lain, Al-‘Allamah Ali as-Suwaidi asy-Syafi’i mengatakan: “Kesimpulannya, syirik itu ada dua macam. Syirik dalam Rububiyah, yaitu keyakinan, bahwa bersama Allah ada tuhan lain yang mencipta dan mengatur alam raya ini. Dan syirik dalam Uluhiyah, yaitu berdo’a kepada selain Allah, baik do’a itu merupakan do’a ibadah [3] maupun do’a permintaan”. [4]


3. Imam Ahmad Ibn Hajar Ali Bathmi asy-Syafi’i

Menggarisbawahi apa yang dikatakan Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ahmad bin Hajar mengatakan sebagai berikut, “Syirik itu ada dua macam; syirik besar dan syirik kecil. Siapa yang bersih (bebas) dari ke dua syirik itu, ia pasti masuk Surga. Siapa yang meninggalkan dunia dan masih melakukan syirik besar, maka ia pasti masuk Neraka. Sementara orang yang bersih dari syirik besar, tapi ia melakukan sebagian syirik-syirik kecil, sedangkan kebajikan-kebajikannya lebih banyak dari dosa-dosanya, maka ia akan masuk Surga.

Tetapi orang yang bersih dari dosa-dosa syirik besar, sedangkan dosa-dosanya dari syirik kecil juga banyak, sehingga dosa-dosa keburukannya lebih banyak daripada kebajikannya, maka ia akan masuk Neraka. Orang yang melakukan syirik akan dihukum apabila syiriknya termasuk syirik besar, atau syirik kecil tetapi banyak jumlahnya. Sementara orang yang melakukan syirik kecil yang jumlahnya sedikit dibarengi dengan keikhlasan yang banyak, maka ia tidak dikenai hukum apa-apa.

Perbuatan yang termasuk syirik besar adalah sujud [5] dan nadzar kepada selain Allah Subhaanahu Wata’ala. [6] Sedangkan yang termasuk syirik kecil adalah riya’[7], bersumpah dengan menyebut selain Allah [8] apabila yang bersangkutan tidak bermaksud mengagungkan makhluk sebagaimana mengagungkan Allah.” [9]

Catatan Kaki

[1] Al-Mufradat, hal. 452

[2] Al’Iqd ats Tsamin fi Bayan Masail ad-Din, hal. 119-120

[3] Dalil bahwa berdo’a kepada selain Allah itu syirik adalah firman Allah :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Rabbmu berfirman:”Berdo’alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Al-Mu’min. 40:60)

وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَاتَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ وَأَدْعُوا رَبِّي عَسَى أَلآ أَكُونَ بِدُعَآءِ رَبِّي شَقِيًّا. فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَايَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ

“Dan aku akan menjauhkan diri daripadamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdo’a kepada Rabbku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdo’a kepada Rabbku”. Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya’qub” (Maryam : 48-49)

Maka do’a merupakan ibadah, dan berdo’a kepada selain Allah adalah menyekutukan Allah dengan yang lain

[4] Al-‘Iqd ats-Tsamin, hal. 123

[5] Dalil bahwa sujud kepada selain Allah itu syirik adalah firman Allah:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ. وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Al-Hijr :98-99)

Dan Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Seandainya aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain selain Allah, maka aku akan menyuruh istri untuk bersujud kepada suaminya.”

[6] Dalil nadzar adalah firman Allah:

ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (Al-Hajj: 29)

[7] Dalil riya’ adalah firman Allah:

يُرَآءُونَ النَّاسَ وَلاَيَذْكُرُونَ اللهَ إِلاَّ قَلِيلاً

“Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa: 4:142)

[8] Dalil sumpah dengan menyebut nama Allah adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapa yang bersumpah dengan menyebut selain Allah, maka ia telah menjadi kafir dan musyrik.”

[9] Lihat kitab, “Tathhir al-Jinan wa al-Arkan ‘an Darn asy-Syirik wa al-Kufran, hal.38-39