Yang dimaksud dengan kitab amal adalah lembaran-lembaran amal dan itu ada yang baik dan ada yang buruk, sedangkan para saksi adalah para malaikat yang menjaga dan mencatat amal makhluk, termasuk para saksi adalah pendengaran, penglihatan, kulit dan semua indera perasa, yang mana pada hari Kiamat akan dikatakan kepada hamba, “Cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu, dan para malaikat yang menulis menjadi saksi.”

Tentang kitab amal, Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman,

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun”. “ (Al-Kahfi: 49).

Dalam ayat lain disebutkan, “Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari Kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”.” (Al-Isra’: 13-14).

Masih mengenai kitab amal dan para saksi, Allah berfirman, “Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Rabbnya; dan diberikanlah kitab (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. “ (Az-Zumar: 69).

Dalam ayat lain disebutkan,

وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ

“Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi. “ (Qaf: 21).

Muslim meriwayatkan, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ketika kami sedang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tertawa hingga tampak gigi gerahamnya, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tahukah kalian mengapa aku tertawa?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Karena pendebatan hamba pada hari kiamat, ia mengatakan, “Wahai Rabb, bukankah Engkau melindungiku dari kezhaliman?” Rabb berkata, “Ya.” Ia berkata lagi, “Sesungguhnya aku tidak membolehkan terhadap diriku kecuali saksi dari diriku sendiri.” Rabb berkata, “Cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu sementara para malaikat yang menulis menjadi saksi.” Beliau melanjutkan, “Lalu dikekanglah mulutnya (sehingga tidak dapat berbicara) kemudian dikatakan kepada anggota tubuhnya, “Bicaralah.” Lalu anggota tubuhnya mengatakan amal-amal perbuatannya. Kemudian dibiarkan antara dirinya dan perkataan itu, kemudian ia berkata, “Hancur lagi binasa bagi kalian, padahal karena membela kalian (aku mendebat!).”

Firman Allah yang mengisyaratkan tentang hisab yang ringan, yakni penghadapan kepada Rabb, “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja sungguh-sungguh menuju Rabbmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak, “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (Al-Insyiqaq: 6-12).