KITAB SHALAT

1. Awal waktu Zuhur adalah tergelincirnya matahari.

2. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu selain fa’i zawal telah sama dengan panjang bendanya(Akhir waktu Zuhur dan permulaan waktu Ashar adalah ketika bayangan benda sama dengan bendanya ditambah bayangan matahari di tengah langit. Untuk mengetahui fa’i zawal , maka suruhlah seorang berdiri kemudian awasi bayangan sebelum tergelincir matahari, bayangan tersebut akan surut hingga berhenti. Apabila bayangan bertambah panjang dari arah lain saat tergelincir matahari (zawal asy-Syams), maka sisa bayangan sebelum pertambahan panjang tersebut adalah fa’i zawal. Hitunglah bayangan tersebut ditambah bayangan yang sama dengan benda aslinya agar mengetahui akhir waktu Zuhur dan awal waktu Ashar.)

3. Itulah (akhir waktu Zuhur) awal waktu Ashar.

4. Akhir waktunya (Ashar) adalah selama matahari masih putih bersih (sebelum tenggelam).

5. Awal waktu Maghrib adalah terbenamnya matahari.

6. Akhir waktunya adalah hilangnya syafaq (teja) merah.

7. Itulah awal waktu Isya’.

8. Akhir waktunya adalah pertengahan malam.

9. Awal waktu Shubuh adalah apabila terbit fajar.

10. Dan akhirnya adalah terbit matahari.

11.Orang yang tertidur dari shalatnya atau lupa, maka waktunya adalah ketika ia terjaga atau ingat.

12.Orang yang mendapat uzur dan mendapatkan satu rakaat shalat (kemudian habis waktunya), maka dia telah mendapatkan shalat.

13. Shalat tepat waktu adalah wajib.

14. Melakukan shalat jamak karena uzur adalah boleh.

15. Orang yang tayamum dan orang yang kurang (tidak bisa sempurna) shalatnya dan bersucinya, mereka shalat seperti yang lainnya tanpa ditunda.

16. Waktu-waktu makruh untuk shalat:
a) Setelah Shubuh sampai matahari naik sepenggalah.
b) Ketika zawal (matahari berada di tengah langit).
c) Setelah Ashar sampai tenggelam matahari.

Bab Adzan

17. Disyariatkan kepada penduduk setiap negeri untuk:
a) Mengangkat satu orang (atau lebih) sebagai muadzdzin.
b) Adzan dengan lafazh adzan yang sudah disyariatkan.
c) Dilakukan setelah masuk waktu shalat.

18. Disyariatkan bagi setiap orang yang mendengar adzan untuk menjawab muadzdzin.

19. Kemudian disyariatkan iqamah dengan cara dan lafazh yang telah ditentukan.

20. Wajib bagi orang yang shalat untuk:
a) Membersihkan baju, badan dan tempat shalatnya dari najis.
b) Menutup auratnya.
c) Tidak menyelimuti seluruh badannya dengan satu baju(Istimalu ash-shamma’ maksudnya menyelimuti seluruh badannya dengan pakaian, tidak mengangkat ujungnya dan tidak membiarkan tempat untuk keluar tangannya )
d) Tidak sadal(Sadal yaitu seseorang memanjangkan pakaiannya tanpa memendekkan ujung tangannya, tetapi dia melipatnya dan memasukkan tangannya . Ibnul Atsir berkata, “Dia berselimut dengan pakaiannya dan memasukkan tangannya dari dalam kemudian dia ruku’ dalam keadaan demikian.” Atau dikatakan bahwasanya seorang menaruh sarung di atas kepalanya dan membiarkan ujungnya terjulur ke kanan dan ke kiri dengan tidak menaruhnya di bawah ketiaknya.’ (Nihayah). )
e) Tidak isbal (memanjangkan sarung atau kainnya di bawah kedua mata kaki).
f) Tidak boleh shalat dengan baju:
– Yang terbuat dari sutera.
– Pakaian popularitas.
– Hasil curian.
g) Wajib menghadap Ka’bah apabila dia melihatnya secara langsung atau sama dengan hukum melihat. Sementara orang yang tidak bisa melihat Ka’bah dia menghadap kepada arah ka’bah setelah melakukan penelitian.

Bab Tata Cara Shalat

21. Shalat tidak sesuai syariat (tidak sah) kecuali dengan niat.

22. Semua rukun-rukunnya adalah fardhu kecuali:
a) Duduk tasyhud awal.
b) Duduk istirahat(Duduk istirahat adalah duduk sejenak seukuran kembalinya setiap anggota badan ke tempat aslinya. Ia dilakukan setelah bangun dari sujud kedua pada rakaat pertama dan ketiga (dalam shalat yang empat rakaat, penj)

23. Rukun-rukunnya tidak wajib kecuali:
a) Takbiratul Ihram.
b) Membaca al-Fatihah pada setiap rakaat sekalipun dia menjadi makmum.
c) Tasyahhud (Tahiyat) akhir
d) Salam.

24. Selain dari itu adalah sunnah, yaitu:
a) Mengangkat tangan pada empat tempat; ketika takbiratul ihram, ruku’, I’tidal, dan bangun dari tasyahud awal.
b) Menaruh tangan kanan di atas tangan kiri ketika berdiri (di dada).
c) Membaca doa iftitah setelah takbiratul ihram.
d) Membaca Audzubillah.
e) Ta’min (membaca Amin).
f) Membaca surat selain surat al-Fatihah.
g) Bacaan tasyahud awal.
h) Duduk istirahat
i) Membaca dzikir (doa) yang disyariatkan pada setiap rukun.
j) Memperbanyak doa untuk kebaikan dunia dan akhirat dengan doa yang telah ada riwayatnya atau yang tidak ada riwayatnya.

Pasal Hal-Hal yang Membatalkan Shalat

25. Shalat menjadi batal dengan:
a) Berbicara.
b) Disibukkan dengan melakukan sesuatu di luar perbuatan shalat.
c) Meninggalkan syarat atau rukun shalat dengan sengaja.

Pasal Orang yang Boleh Tidak Shalat dan
Shalat Orang Sakit

26. Shalat tidak wajib selain kepada mukallaf.

27. Shalat gugur kepada orang yang:
a) Tidak bisa lagi shalat dengan isyarat.
b) Pingsan sehingga keluar dari waktunya.

28. Orang sakit shalat dengan berdiri. Apabila tidak bisa, maka dengan duduk kemudian dengan berbaring.

Bab Shalat–Shalat Sunnah

29. Yaitu:
a) 4 rakaat sebelum Zuhur.
b) 4 rakaat sesudahnya.
c) 4 rakaat sebelum Ashar.
d) 2 rakaat setelah Maghrib.
e) 2 rakaat setelah Isya’.
f) 2 rakaat sebelum Shubuh.
g) Shalat Dhuha.
h) Shalat malam, maksimal 13 rakaat dengan witir di akhirnya.
i) Shalat Tahiyatul masjid.
j) Shalat Istikharah.
k) Dua rakaat antara dua adzan.

Bab Shalat Berjamaah

30. Shalat berjamaah termasuk sunnah yang paling ditekankan.

31. Bisa dilakukan minimal oleh dua orang.

32. Semakin banyak orang yang berjamaah, maka semakin banyak pahalanya.

33. Boleh shalat berjamaah di belakang orang yang lebih rendah kedudukannya.

34. Paling utama imam itu termasuk orang yang shalih.

35. Lelaki mengimami wanita dan tidak boleh sebaliknya.

36. Boleh shalat wajib bermakmum pada orang yang sedang shalat sunah dan sebaliknya.

37. Wajib mengikuti imam kecuali dalam hal yang membatalkan.

38. Tidak boleh seorang mengimami orang-orang yang benci kepadanya.

39.Imam melakukan shalat seukuran orang yang paling lemah di antara mereka.

40. Didahulukan; penguasa, pemilik rumah, paling banyak hafalan, paling tinggi ilmunya kemudian paling tua (untuk menjadi imam).

41.Apabila shalat imam salah, maka dosanya ditanggung dirinya, bukan ditanggung makmum.
42.Tempat makmum adalah di belakang imam, kecuali satu orang maka dia berdiri di sebelah kanannya.

43. Imam sesama kaum wanita berada di tengah-tengah shaf (barisan).

44. Mendahulukan; barisan lelaki dewasa, lalu anak, kemudian perempuan.

45. Orang yang paling berhak untuk berada di barisan pertama adalah mereka yang paling dewasa dan paling mengerti.

46. Makmum wajib:
a) Meluruskan barisan mereka.
b) Menutup celah-celah (merapatkan) barisan.
c) Menyempurnakan barisan pertama, kemudian berikutnya dan selanjutnya.

Bab Sujud Sahwi

47. Sujud sahwi adalah dua sujud yang dilakukan sebelum salam atau setelahnya dengan takbiratul ihram, tasyahud kemudian salam.

48. Disyariatkan sujud sahwi karena:
a) Meninggalkan yang sunnah.
b) Adanya kelebihan walaupun satu rakaat secara sengaja.
c) Ragu pada jumlah bilangan.

49. Apabila imam melakukan sujud sahwi, maka makmum wajib mengikutinya.

Bab Mengganti Shalat-Shalat yang Tertinggal

50. Apabila ditinggalkan dengan sengaja bukan karena udzur, maka hutang Allah Subhanahu waTa’ala lebih utama untuk dibayar (wajib diqadha).

51. Jika meninggalkan karena udzur, maka tidak wajib diqadha’, namun dilakukan setelah hilangnya uzur.

52. Kecuali shalat hari raya, maka dilakukan pada hari berikutnya.

Bab Shalat Jumat

53. Shalat Jumat wajib atas setiap mukallaf, kecuali:
a) Wanita.
b) Hamba sahaya.
c) Musafir.
d) Orang sakit.

54. Shalat Jumat sama dengan shalat-shalat yang lainnya, tidak berbeda dengannya kecuali disyariatkan dua khutbah sebelum shalat Jumat.

55. Waktunya sama dengan waktu Zuhur.

56. Bagi orang yang melaksanakan shalat Jumat untuk:
a) Tidak melangkahi pundak orang lain.
b) Menyimak dengan baik ketika disampaikan dua khutbah.

57. Disunahkan untuk:
a) Segera berangkat ke masjid.
b) Memakai wewangian.
c) Berhias.
d) Mendekat dengan imam.

58. Barangsiapa yang mendapatkan satu rakaat (kemudian imam salam), maka dia telah mendapatkan shalat Jumat.

59. Shalat Jumat yang bertepatan dengan hari raya adalah rukhsah.

Bab Shalat Dua Hari Raya

60. Shalat dua hari raya adalah dua rakaat.

61. Pada rakaat pertama membaca takbir tujuh kali sebelum membaca al-Fatihah.

62. Kemudian pada rakaat kedua lima kali takbir juga sebelum baca al-Fatihah.

63. Menyampaikan khutbah setelahnya.

64. Disunahkan untuk:
a) Berhias.
b) Dilakukan di luar kampong.
c) Berbeda jalan (pulang dan pergi).
d) Makan sebelum keluar untuk shalat Idul Fithri dan tidak makan sebelum shalat hari raya adha.

65. Waktunya setelah matahari meninggi seukuran satu tombak hingga matahari berada di tengah langit (zawal).

66. Tidak ada adzan dan iqamah di dalamnya.

Bab Shalat Khauf

67. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah melakukannya dengan berbagai cara.

68. Semua (cara tersebut) adalah boleh (sah).

69. Apabila sedang sangat ketakutan atau ketika perang berkecamuk, maka boleh dilakukan dengan berjalan atau naik kendaraan, sekalipun tidak menghadap ke arah kiblat atau dengan isyarat.

Bab Shalat Shafar

70. Wajib mengqashar shalat bagi orang yang telah keluar dari daerahnya dengan maksud musafir sekalipun kurang dari satu barid.

71. Apabila menetap di sebuah tempat dengan tidak pasti (kapan berakhirnya) maka dia melakukan qashar selama 20 hari, setelah itu dia melakukan shalat dengan sempurna.

72. Apabila telah bertekad untuk tinggal, maka dia menyempurnakan shalatnya setelah empat hari.

73. Dia boleh melakukan jamak takdim atau ta’khir dengan satu adzan dan dua iqamah.

Bab Shalat Dua Gerhana

74. Shalat dua gerhana adalah sunah.

75. Pelaksanaannya yang paling shahih adalah dua rakaat.

76. Pada setiap rakaat ; dua ruku’ dan disebutkan juga tiga, empat dan lima kali ruku’.

77. Membaca pada setiap antara dua ruku’ apa yang mudah dari al-Qur’an.

78. Dan disebutkan juga pada setiap rakaat satu ruku’.

79. Disunahkan untuk:
a) Berdoa.
b) Bertakbir.
c) Memberikan sedekah.
d) Istighfar.

Bab Shalat Istisqa

80. Shalat istisqa (meminta hujan) disunahkan ketika terjadi kemarau dan dilaksanakan dua rakaat.

81. Setelah shalat disampaikan khutbah yang berisi peringatan, motivasi untuk taat dan larangan bermaksiat.

82. Hendaknya imam dan orang-orang yang bersamanya memperbanyak:
a) Istighfar.
b) Berdoa agar dihentikan (oleh Allah Subhanahu waTa’ala) dari kemarau panjang.

83. Semua hadirin membalikkan selendangnya masing-masing.