قَالَ اللهُ تَعَالى: وَإِذْ نَجَّيْنَاكُم مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُـوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَآءَكُمْ وَفيِ ذَلِكُمْ بَلآَءُُمِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمُُ{49} وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ {50} وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِن بَعْدِهِ وَأَنتُمْ ظَالِمُونَ {51} ثُمَّ عَفَوْنَا عَنكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ {52} وَإِذْ ءَاتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ {53}

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabb-mu.[49], Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.[50], Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. [51], Kemudian sesudah itu Kami ma’afkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.[52], Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kau mendapat petunjuk [53]”. (Q,.s.al-Baqarah/02: 49-53)

TAFSIR AYAT

Makna Ayat Secara Global

Kelima ayat tersebut mengandung empat nikmat besar yang dianugerahkan oleh Allah kepada Bani Israil. Nikmat-nikmat tersebutlah yang diperintahkan kepada mereka untuk diingat sehingga mereka dapat bersyukur kepada-Nya, yaitu dengan beriman kepada Rasul-Nya, Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan dien-Nya, al-Islam.

Nikmat Pertama adalah nikmat tatkala Allah menyelamatkan mereka dari kejaran Fir’aun dan tentaranya sehingga mereka lolos dari kekuasaannya yang zhalim dan dari beraneka ragam siksaan yang ditimpakan kepada mereka. Diantara bentuk siksaan tersebut; menyembelih bayi-bayi yang lahir dari jenis kelamin laki-laki dan membiarkan kaum wanita menjadi pelayan mereka di rumah layaknya sebagai para budak wanita.

Nikmat Kedua adalah terbelahnya laut untuk mereka dan tenggelamnya musuh mereka disana setelah mereka berhasil lolos serta dapat melihat kejadiannya secara langsung dengan mata kepala mereka sendiri.

Nikmat Ketiga adalah nikmat Allah Ta’ala mema’afkan perbuatan mereka yang dianggap sebagai kesalahan fatal dan tindakan kejahatan. Tindakan tersebut adalah menjadikan anak lembu buatan sebagai Tuhan dan sesembahan mereka. Allah Ta’ala mema’afkan mereka dan tidak menyiksa mereka dengan azab-Nya karenanya dengan alasan agar mereka mau bersyukur kepada-Nya. Bentuk rasa syukur itu adalah dengan beribadah hanya kepada-Nya semata.

Nikmat Keempat adalah Allah memuliakan Nabi Musa ‘alaihissalâm dengan menurunkan kepadanya kitab Taurat yang didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya serta mukjizat-mukjizat yang dengannya kebatilan Fir’aun dapat dikalahkan dan dimenangkannya dakwah al-Haq yang dibawa oleh Nabi Musa ‘alaihissalâm.

Itulah nikmat-nikmat yang terkandung di dalam kelima ayat diatas dimana mengetahuinya berarti mengetahui arti dari ayat-ayat tersebut secara global kecuali pada kalimat (artinya) ‘Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabb-mu’ dalam ayat pertamanya (ayat 49). Kalimat ini memberitakan bahwa siksaan yang dilakukan Fir’aun dan orang-orang sepertinya terhadap Bani Israil merupakan cobaan dari Allah dan ujian besar bagi mereka. Demikian pula dengan ayat ketiganya (ayat 51), disana terdapat janji Allah kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat yang dengannya dia memerintah** Bani Israil setelah diselamatkannya * mereka selama 40 malam pada bulan Dzulqa’dah dan sepuluh Dzulhijjah, Namun tatkala beliau sedang tidak berada di tempat, as-Samiry mengumpulkan seluruh perhiasan wanita Bani Israil dan menciptakan anak lembu buatan dari olahan bahan tersebut, lalu mengajak mereka untuk menyembahnya. Mereka pun akhirnya menyembahnya sehingga -sebenarnya- mereka berhak untuk mendapatkan ‘azab karena perbuatan tersebut namun Allah mema’afkan mereka agar mereka mau bersyukur kepada-Nya. [Ays]

Makna Ayat Per-penggalan

Ayat 49:

{ “Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu …} : di dalam ayat tersebut kata ‘Najjaynâ’ (Kami selamatkan) adalah sama maknanya dengan kata ‘Anjayna’. [Zub]

{dari (Fir’aun)…} : kata ‘Fir’aun’ memiliki beberapa pengertian; ada yang mengatakan bahwa ia adalah nama raja ketika itu (bukan gelar atau sebutan-red). Ada lagi yang mengatakan bahwa ia adalah nama untuk setiap raja yang menguasai Mesir kuno (sebagai julukan atau sebutan-red). [Zub]

{dan pengikut-pengikutnya}
{mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya…}: menyiksa kamu sehingga merasakan ‘azab yang sangat berat. Penjelasan tentang spesifikasi ‘azab tersebut ada pada lanjutan ayat setelahnya… [Zub]

{mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan…}: dengan membiarkan kaum wanita tersebut hidup supaya dapat melayani mereka dan dilecehkan. Sedangkan perintah menyembelih anak-anak laki-laki dan membiarkan hidup anak-anak wanita karena memiliki para peramal dimana mereka ini memberitahu Fir’aun perihal akan lahirnya seorang anak laki-laki dari kalangan Bani Israil yang kelak akan menyebabkan dirinya binasa di tangannya. [Zub]

{Dan pada yang demikian itu…}: yaitu kejahatan yang telah disebutkan serta kebaikan yang Allah berikan kepada mereka. [Zub]

{terdapat cobaan-cobaan yang besar…} : di dalam ayat tersebut arti kata Balâ’ adalah ikhtibâr (ujian/cobaan). [Zub]

{dari Rabb-mu} : untuk mengetahui seberapa jauh kamu melakukan kewajiban bersyukur, ta’at dan beriman kepada Rasul-Nya. [Zub]

Ayat 50:

{Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu…}: Kami belah untuk kamu sehingga menjadi kering airnya dan kamu dapat berjalan diatasnya. Sedangkan laut yang dimaksud adalah laut al-Qalzam yang terletak di terusan Suez . [Zub]

{lalu Kami selamatkan kamu…}: dari ketenggelaman
{dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya…}: Kata Âli Fir’aun di dalam ayat tersebut maknanya adalah Atbâ’ (pengikut-pengikut). [Zub]

{sedang kamu sendiri menyaksikan}: mereka melihat ke arah diri mereka sendiri dalam kondisi selamat dan melihat ke arah pengikut-pengikut Fir’aun dalam kondisi tenggelam. [Zub]

Ayat 51:

{Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah)…}: Janji tersebut berasal dari Allah sedangkan Musa hanyalah menerima. [Zub]

{empat puluh malam…}: Allah Ta’ala menjanjikannya setelah itu agar dia datang ke bukit Thûr sehingga Dia Ta’ala berbicara dengannya dan memberinya wahyu. [Zub]

{lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim}: yakni kamu jadikan anak lembu sebagai sesembahan setelah Musa pergi ke bukit Thûr. [Zub]

Ayat 52:

{Kemudian sesudah itu Kami ma’afkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur}: yakni sesudah kamu menyembah anak lembu tersebut, Kami berkenan memberikan ma’af atas dosa besar yang kamu perbuat. [Zub]

Ayat 53:

{Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa…}
{Al-Kitab…}: yakni taurat
{dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah (al-Furqân) agar kau mendapat petunjuk}: Ada yang mengatakan maknanya adalah al-Hujjah dan al-Bayân (penjelasan) dengan tanda-tanda yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa berupa tongkat, tangan dan lain-lain. [Zub]

PETUNJUK AYAT

  • Penyebutan berbagai nikmat mendorong*** seseorang untuk mensyukurinya sebab syukur adalah target utama dari penyebutan suatu nikmat.
  • Bahwa Allah Ta’ala ketika menguji para hamba-Nya karena ada hikmah agung di balik itu sehingga tidak boleh menentang dan memprotes kepada Allah Ta’ala atas perbuat-Nya menguji para hamba-Nya tersebut.
  • Syirik merupakan suatu bentuk kezhaliman**** karena definisinya adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
  • Diantara hikmah di balik diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia sehingga mengenal Rabb mereka dan sebagai cara mendekatkan diri kepada-Nya di dalam ibadah mereka kepada-Nya. Dengan begitu, mereka akan menjadi sempurna dan berbahagia di dalam dunia alam kehidupan.

Catatan:

  • Syaikh Abu Bakar al-Jazâiry berkata: “ Hari diselamatkannya Bani Israil terjadi pada tanggal 10 Muharram sebagaimana yang disebutkan di dalam shahih Bukhary dan selainnya bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam tatkala datang ke Madinah dalam rangka hijrah, beliau mendapatkan kaum Yahudi berpuasa pada hari tanggal 10 Muharram (‘Asyura’) tersebut. Lantas beliau bertanya kepada mereka tentang hal itu. Mereka menjawab: ‘ yaitu hari yang baik dimana Allah menyelamatkan Bani Israil’. Maka, beliau pun berpuasa pada hari itu dan memerintahkan (kepada umatnya) agar berpuasa juga pada hari itu dengan sabdanya: ‘Kita lebih berhak untuk meneladani Nabi Musa ketimbang mereka’ “. [Ays]
  • Syaikh Abu Bakar al-Jazâiry berkata: “Diantara hal yang sangat disayangkan dan menyedihkan adalah kondisi kaum Muslimin yang diberi cobaan oleh Allah, berupa penjajahan yang dilakukan oleh kaum Nasrani terhadap mereka. Setiap suatu penduduk atau negeri dari kaum Muslimin yang merdeka, maka penduduk atau negeri ini justeru meminta diberlakukannya undang-undang kaum Kafir sehingga menjadi hukum yang mengatur kaum Muslimin. Sedangkan Bani Israil di bawah kepemimpinan Musa tidak demikian; begitu mereka merdeka maka Musa membawa kepada mereka hukum Rabb dan memerintah mereka dengannya”. [Ays]
  • Syaikh Abu Bakar al-Jazâiry mengomentari: “Oleh karena itu, prinsip bersyukur adalah mengakui nikmat terlebih dahulu, yaitu mengingatnya dengan hati dan lisan”. [Ays]
  • Yakni sebagaimana firman Allah Ta’ala (artinya) : “Sesungguhnya perbuatan syirik itu merupakan kezhaliman yang besar” …{Ramadlan 1423 H}

(Diambil dari Kitab Aysar at-Tafaasiir li Kalaam ‘al-Aliy al-Kabiir [disingkat: Ays] karya Syaikh Abu Bakar al-Jazâiriy dan Kitab Zubdatut Tafsir min Fath al-Qadîr [disingkat: Zub] karya DR. Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar)