KITAB PERSELISIHAN, BUKTI DAN PENGAKUAN

  1. Pendakwa harus menunjukkan bukti dan yang mengingkarinya harus bersumpah.
  2. Hakim memberikan putusan berdasarkan:
    a) Ikrar (pengakuan).
    b) Kesaksian dua orang lelaki.
    c) Atau seorang lelaki dan dua orang wanita.
    d) Atau seorang dan sumpah pendakwa.
    e) Sumpah orang yang mengingkari dakwaan.
    f) Sumpah penolakan.
    Bentuknya: orang yang mengingkari disuruh untuk bersumpah tetapi menolak dan dia menerima sumpah pendakwa.

g) Dengan pengetahuannya (hakim)

Apabila hakim mengetahui masalah yang sebenarnya, maka dia boleh untuk memberikan putusan berdasarkan apa yang dia ketahui. Ini pendapat penulis sendiri.

  1. Tidak boleh menerima persaksian:
    a) Orang yang tidak adil.
    b) Pengkhianat.
    c) Orang yang sedang bermusuhan.
    d) Orang yang tertuduh.
    e) Orang yang nafkahnya ditanggung oleh tuan rumah (pembantu dll) untuk penghuni rumah.
    f) Penuduh.
    g) Bukan seorang badui (primitif) terhadap orang yang berbudaya.
  • Diterima persaksian orang yang bersaksi atas pengakuan perbuatan dan perkataannya apabila terbebas dari tuduhan.
    Seperti pemberitahuan wanita yang menyusui apabila mengaku telah menyusui dua orang, maka dia diterima ucapannya. Ini merupakan persaksian dia atas pengakuan atas perbuatannya.

  • Saksi palsu termasuk dosa yang paling besar.

  • Apabila bertentangan antara dua bukti dan tidak didapati yang bisa menguatkannya, maka barang yang didakwakan dibagikan kepada kedua orang yang berperkara.
    Seandainya dua orang bertengkar pada seekor onta dan buktinya sama-sama kuat, maka onta tersebut dibagi kepada keduanya sama-sama separoh.

  • Apabila pendakwah tidak memiliki bukti, dia tidak ada pilihan lain kecuali menerima sumpah pemiliknya sekalipun dia jahat.

  • Bukti tidak akan diterima setelah bersumpah.

  • Barangsiapa yang mengaku memiliki sesuatu dan dia seorang yang berakal, baligh, tidak bergurau (serius) dan tidak mustahil secara akal dan kebiasaan, maka dia harus menerima apa yang dia akui dalam keadaan bagaimanapun.

  • Cukup memberikan sekali pangakuan dengan tidak membedakan antara perbuatan yang mendatangkan hukuman dan lainnya sebagaimana yang akan datang.

  • Maksudnya cukup memberikan satu kali pengakuan, baik pengakuan tentang zina atau harta. Maksud penulis yaitu tidak membedakan antara pengakuan hudud yang satu dan yang lainnya. Berbeda dengan orang yang mensyaratkan pengakuan atas perzinahan dilakukan empat kali.