Pasukan asing, khususnya barat yang kini bertugas sebagai pasukan pemelihara keamanan nampaknya amat bernafsu untuk tinggal lebih lama lagi di wilayah-wilayah Islam yang mereka tapaki yang tengah dilanda pertikaian. Mereka terkesan mencari-cari alasan untuk dapat terus bertahan selama mungkin. Apa sesungguhnya yang mereka incar.?

Fakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) nampaknya sudah bersiap-siap untuk memperluas misi pasukannya di Afghanistan hingga mencakup pula bagian selatan negeri yang sudah porak-poranda itu. Keinginan ini diketahui ketika NATO memutuskan untuk mengirimkan sekurang-kurangnya 10.000 personil tambahan ke Afghanistan dan bisa lebih hingga mencapai 15.000 personil.

Hal tersebut berdasarkan penjelasan yang disampaikan sekjen NATO, Yap The Shefr setelah mengadakan pembicaraan dengan presiden dukungan Amerika, Hamed Karzei di Kabul. Sejak tahun 2003 lalu, NATO telah mengkoordinir komando pasukan pembantu untuk menstabilkan keamanan di Afghanistan dan kini menunggu perluasaan operasinya hingga mencakup pula bagian selatan negeri itu mulai tahun depan.

Dalam pada itu, Pakistan menyatakan tengah mempelajari kemungkinan penyerahan juru bicara Taliban, Abdul Lathief Hakimi kepada pemerintah boneka di Afghanistan bila pemerintahan Karzei mengajukan permintaan resmi atas hal itu.

Juru bicara kementerian luar negeri Pakistan mengatakan, Pakistan hingga kini belum menerima permintaan resmi dari pemerintah Afghanistan untuk menyerahkan Hakimi dan akan mempelajari hal tersebut ketika sudah ada permintaan resmi.

Kemarin di Paris, presiden boneka Afghanistan mengatakan bahwa negerinya pasti bahkan harus menuntut penyerahan Hakimi tersebut yang dinilai sebagai pencipta berbagai kejadian besar di Afghanistan.

Hakimi yang sejak tahun 2004 masih menjalankan tugasnya sebagai juru bicara resmi Taliban ditangkap di kota Cuita yang terletak di perbatasan dengan Afghanistan, selasa lalu. Namun para pejabat Pakistan mengatakan, mereka ingin melakukan interogasi terhadapnya terlebih dahulu untuk mengungkap jaringannya sebelum diserahkan kepada pemerintahan Kabul. (istod/AS)