Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu , ia mengatakan,

مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم طَعَامًا قَطُّ: إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ، وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika berselera, maka beliau mema-kannya; dan jika tidak suka, maka beliau meninggalkannya.”

Dalam riwayat Muslim,

وَإِنْ لَمْ يَشْتَهِهِ، سَكَتَ.

“Jika beliau tidak berselera, maka beliau diam.”

Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah, dari Hulb ash-Shahabi radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,

سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم ، وَسَأَلَهُ رَجُلٌ: إِنَّ مِنَ الطَّعَامِ طَعَامًا أَتَحَرَّجُ مِنْهُ. فَقَالَ: لاَ يَتَحَلَّجَنَّ فِي صَدْرِكَ شَيْءٌ ضَارَعْتَ بِهِ النَّصْرَانِيَّةَ.

“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh seseorang, ‘Di antara makanan ada makanan yang tidak saya ragukan (kehalalannya).’ Beliau bersabda, ‘Janganlah terbetik dalam hatimu suatu keraguan yang dengannya engkau menyerupai kaum Nasrani’.”

Aku katakan, Hulb dengan dhammah ha’, sukun lam dan ba’ muwahhadah. Ucapan yatahallajanna, dengan ha’ muhmalah sebelum lam dan jim sesudahnya. Demikian ditetapkan oleh al-Harawi, al-Khaththabi dan mayoritas imam. Demikian pula kami mene-tapkannya dalam manuskrip-manuskrip yang kami dengar, yaitu Sunan Abu Dawud dan selainnya, dengan ha’ muhmalah. Abu as-Sa’adat Ibnu Atsir menyebutkannya dengan muhmalah juga. Kemudian ia mengatakan, “Diriwayatkan pula dengan kha’ mu’jamah, dan keduanya semakna.” Menurut al-Khaththabi, “Maknanya, janganlah terbersit dalam hatimu suatu keraguan. Ia berasal dari al-halj, yaitu gerakan dan kekacauan. Di antaranya, halj al-quthn (memintal kapas).” Ia mengatakan, “Makna dhara’ta an-Nasraniyyah, ialah engkau menyerupai kaum Nasrani.” Mudhara’ah artinya muqarabah fi asy-syibh (menyerupai).

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky